Sejarah Dzikir Jalalah Atau Talqinul Dzikir dan Keutamaannya
Sabtu, 18 September 2021 - 17:38 WIB
Setelah beliau menuntun hadirin dengan dzikir di atas, beliau bercerita: "Sesungguhnya ada seorang laki-laki yang sholeh, beliau adalah Al-Qodhi Abdullah Al Baghdadiy. Beliau berkata: "Aku pernah melihat Nabi Muhammad di dalam mimpi dan beliau terlihat pucat sekali, lalu aku berkata kepada Nabi Muhammad.
"Kenapa engkau wahai Nabi, wajah engkau pucat sekali?" Lalu Nabi menjawab: "Di malam ini telah meninggal 1.500 orang dari umat-Ku, dua dari mereka meninggal dalam keadaan iman dan sisanya meninggal tanpa membawa iman (Su'ul khotimah)."
Aku berkata lagi kepada Nabi Muhammad: "Lalu apa kiat-kiat dari engkau untuk orang-orang yang bermaksiat agar mereka meninggal dengan membawa iman?
Nabi Muhammad berkata: "Ambillah kertas ini dan baca isinya, siapa orang membacanya dan membawanya lalu dia memindah dari satu tempat ke tempat yang lain (menyebarkan dan mengajarkan) maka termasuk golongan-Ku dan akan meninggal dalam keadaan membawa iman, akan tetapi siapa orang yang telah mendengarkannya dan dia tidak membacanya, tidak menyebarkannya maka dia lepas dari-Ku dan akupun lepas darinya."
Seketika itu aku langsung terbangun dari tidurku dan aku lihat kertas tersebut yang telah ada digenggamanku ternyata di dalamnya berisi tulisan (dzikir) yang penuh barokah.
Diceritakan juga bahwasanya Al-Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf (Gresik) juga di ingatkan juga oleh Nabi Muhammad melalui mimpi tentang keutamaan dzikir tersebut untuk di dawamkan dan di kabarkan ke seluruh umat Nabi Muhammad.
Dari cerita di atas terdapat hikmah tersendiri bagi umat Nabi Muhammad agar selamat dari hilangnya iman. Maka ketika haul beliau Al-Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf senantisa melantunkan Dzikir Jalalah tersebut hingga saat ini diamalkan oleh para Habaib.
(rhs)