Sejarah Dzikir Jalalah Atau Talqinul Dzikir dan Keutamaannya
Sabtu, 18 September 2021 - 17:38 WIB
Berdzikir (mengingat Allah) adalah salah satu ibadah yang sangat dicintai Allah dan Rasul-Nya. Allah berfirman dalam Al-Qur'an:
اِنَّنِىۡۤ اَنَا اللّٰهُ لَاۤ اِلٰهَ اِلَّاۤ اَنَا فَاعۡبُدۡنِىۡ ۙ وَاَقِمِ الصَّلٰوةَ لِذِكۡرِىۡ
"Sungguh, Aku ini Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan laksanakanlah sholat untuk mengingat Aku (berzikir)." (QS. Thaha Ayat 14)
Dari banyak macam dzikir, ada satu kalimat dzikir yang sering diamalkan para wali dan ulama. Dzikir ini dikenal dengan nama Dzikir Jalalah.
Berikut sejarah Dzikir Jalalah dan keutamaannya dikutip dari Cahaya Tarim. Diceritakan, pada tahun 1937 Masehi Al-Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf datang ke Kwitang (Jakarta Pusat) untuk menghadiri Maulid Akhir Khomis Awal Ashar yang diselenggarakan di Masjid Kwitang oleh Al-Habib Ali bin Abdurrohman Al-Habsyi.
Ketika acara akan selesai, Habib Ali meminta Habib Abu Bakar untuk memimpin Talqinu dzikir. Saat itu Habib Ali berkata kepada yang hadir: "Kita akan dengar dan ikuti Talqinudzikir yang mana dimohon kepada seorang yang sama-sama kita cintai Al-Habib Abu Bakar dari Kota Gresik (Habib Ali menahan pembicaraannya, lalu terdengar suara tangis beliau sambil meneruskan bicaranya beliau berkata).
Hadirin lihatlah, beliau punya wajah-wajah yang nampak akan Nur Cahaya Rasulullah SAW beruntung bagi kita atas kehadirannya".
Lalu Habib Abu Bakar berdiri dan Habib Ali berdiri di sampingnya, kemudian Habib Abu Bakar memulai Talqinu dzikir dengan perkataan:
"Orang Islam hidup dengan kalimat Laa ilaaha illallah, mati dengan kalimat Laa ilaaha illallah, selamat di alam barzakh berkat Laa ilaaha illallah, masuk surga karena Laa ilaaha illallah."
Habib Ali Kwitang menangis begitu juga jamaah yang hadir beribu-ribu jumlahnya, akhirnya Habib Abu Bakar mengangkat tangannya dan mengeluarkan jari telunjuk beliau menghadap langit, seraya berkata:
قَلَ نَّبِيُّ ﷺ اَفْضَلُ مَا قُلْتُ اَنَا وَ النَّبِيُّنَ مِنْ قَبْلِيْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ
Artinya:
"Telah bersabda Nabi (Muhammad) semoga Allah memberikan sholawat dan salam kepadanya, bahwasanya: "Seutama-utamanya ucapan yang pernah kusebutkan (kuajarkan), begitu juga para nabi sebelumku adalah Tiada tuhan selain Allah."(Kitab An-Nasho'aih Ad-Diniyah)
مُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللّٰهْ ﷺ كَلِمَةُ الْحَقُّ عَلَيْهَا نَحْيًا وَ عَلَيْهَا نَمُوْتُ وَ عَلَيْهَا نُبْعَثُ اِنْشَآءَ اللَّهَ تَعَالَى مِنَ الْآمٍنِيْنَ آمِيْنٌ
"Muhammad utusan Allah (Semoga Allah memberikan sholawat dan salam kepada-Nya) adalah perkataan yang benar. Atas-Nya aku dihidupkan, atas-Nya aku dimatikan, atas-Nya aku dibangkitkan, jika Allah yang Maha Luhur menghendaki termasuk orang yang aman. Kabulkan..."
Lalu Habib Abu Bakar berkata lagi: "Ikuti apa yang saya ucapkan bersama. Laki maupun perempuan, jangan ada yang terlewat untuk ikut mengucapkannya"
لَا اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهْ اَلْمَوْجُوْدُ فِيْ كُلِّ زَمَانِ
"Tiada tuhan selain Allah, Dzat yang selalu ada di setiap zaman."
لَا اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهْ اَلْمَعْبُوْدُ فِيْ كُلِّ مَكَانِ
"Tiada tuhan selain Allah, Dzat yang selalu di sembah di setiap tempat"
اِنَّنِىۡۤ اَنَا اللّٰهُ لَاۤ اِلٰهَ اِلَّاۤ اَنَا فَاعۡبُدۡنِىۡ ۙ وَاَقِمِ الصَّلٰوةَ لِذِكۡرِىۡ
"Sungguh, Aku ini Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan laksanakanlah sholat untuk mengingat Aku (berzikir)." (QS. Thaha Ayat 14)
Dari banyak macam dzikir, ada satu kalimat dzikir yang sering diamalkan para wali dan ulama. Dzikir ini dikenal dengan nama Dzikir Jalalah.
Berikut sejarah Dzikir Jalalah dan keutamaannya dikutip dari Cahaya Tarim. Diceritakan, pada tahun 1937 Masehi Al-Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf datang ke Kwitang (Jakarta Pusat) untuk menghadiri Maulid Akhir Khomis Awal Ashar yang diselenggarakan di Masjid Kwitang oleh Al-Habib Ali bin Abdurrohman Al-Habsyi.
Ketika acara akan selesai, Habib Ali meminta Habib Abu Bakar untuk memimpin Talqinu dzikir. Saat itu Habib Ali berkata kepada yang hadir: "Kita akan dengar dan ikuti Talqinudzikir yang mana dimohon kepada seorang yang sama-sama kita cintai Al-Habib Abu Bakar dari Kota Gresik (Habib Ali menahan pembicaraannya, lalu terdengar suara tangis beliau sambil meneruskan bicaranya beliau berkata).
Hadirin lihatlah, beliau punya wajah-wajah yang nampak akan Nur Cahaya Rasulullah SAW beruntung bagi kita atas kehadirannya".
Lalu Habib Abu Bakar berdiri dan Habib Ali berdiri di sampingnya, kemudian Habib Abu Bakar memulai Talqinu dzikir dengan perkataan:
"Orang Islam hidup dengan kalimat Laa ilaaha illallah, mati dengan kalimat Laa ilaaha illallah, selamat di alam barzakh berkat Laa ilaaha illallah, masuk surga karena Laa ilaaha illallah."
Habib Ali Kwitang menangis begitu juga jamaah yang hadir beribu-ribu jumlahnya, akhirnya Habib Abu Bakar mengangkat tangannya dan mengeluarkan jari telunjuk beliau menghadap langit, seraya berkata:
قَلَ نَّبِيُّ ﷺ اَفْضَلُ مَا قُلْتُ اَنَا وَ النَّبِيُّنَ مِنْ قَبْلِيْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ
Artinya:
"Telah bersabda Nabi (Muhammad) semoga Allah memberikan sholawat dan salam kepadanya, bahwasanya: "Seutama-utamanya ucapan yang pernah kusebutkan (kuajarkan), begitu juga para nabi sebelumku adalah Tiada tuhan selain Allah."(Kitab An-Nasho'aih Ad-Diniyah)
مُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللّٰهْ ﷺ كَلِمَةُ الْحَقُّ عَلَيْهَا نَحْيًا وَ عَلَيْهَا نَمُوْتُ وَ عَلَيْهَا نُبْعَثُ اِنْشَآءَ اللَّهَ تَعَالَى مِنَ الْآمٍنِيْنَ آمِيْنٌ
"Muhammad utusan Allah (Semoga Allah memberikan sholawat dan salam kepada-Nya) adalah perkataan yang benar. Atas-Nya aku dihidupkan, atas-Nya aku dimatikan, atas-Nya aku dibangkitkan, jika Allah yang Maha Luhur menghendaki termasuk orang yang aman. Kabulkan..."
Lalu Habib Abu Bakar berkata lagi: "Ikuti apa yang saya ucapkan bersama. Laki maupun perempuan, jangan ada yang terlewat untuk ikut mengucapkannya"
لَا اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهْ اَلْمَوْجُوْدُ فِيْ كُلِّ زَمَانِ
"Tiada tuhan selain Allah, Dzat yang selalu ada di setiap zaman."
لَا اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهْ اَلْمَعْبُوْدُ فِيْ كُلِّ مَكَانِ
"Tiada tuhan selain Allah, Dzat yang selalu di sembah di setiap tempat"