Al-Kindi: Pening dengan Perdebatan Tentang Kontradiksi dalam Al-Qur’an
Selasa, 05 Oktober 2021 - 17:13 WIB
Ilmuwan muslim Al-Kindi sempat dibuat pusing dalam menghadapi kritikus Al-Quran dari kaum atheis, Yahudi, Kristen dan aliran-aliran lain. Al Kindi akhirnya mengirim muridnya untuk bertanya kepada ulama yang mumpuni untuk menjawab persoalan tersebut.
Pada masa Al-Kindi, Islam menghadapi banyak kritik dari berbagai kalangan pemikir aliran dan agama lain. Tak sedikit di antara kritik itu yang menyebabkan umat Islam terguncang dan bingung.
Salah satu tema kontroversial yang kerap ditulis pada periode itu adalah soal kontradiksi dalam Al-Qur’an. Berbagai pemikir atheis, Yahudi , Kristen dan aliran-aliran lain kerap menelurkan karya berkenaan dengan kontradiksi-kontradiksi dalam al-Qur’an . Akibatnya, murid-murid Al-Kindi kebingungan.
Sedikit demi sedikit Al-Kindi mencoba menjawab berbagai keberatan dan kritik yang dilontarkan berkenaan dengan masalah tersebut.
Tapi kemudian, tibalah saatnya Al-Kindi merasa kelelahan. Dia mengutus salah seorang murid dekatnya berkelana mencari alim ulama yang bisa memberikan jawaban singkat padat dan tuntas soal kontradiksi-kontradiksi al-Qur’an.
Setelah berkeliling ke sana kemari, orang-orang di Samarra, Irak, akhirnya menyuruh muridnya untuk mendatangi majlis taklim Imam Hasan Al-Askari.
Mendengar pertanyaan murid Al-Kindi itu, Imam Hasan Al-Askari menawarkan ini: “Bagaimana kalau saya beri kau kunci masalah keilmuan.”
“Sangat menyenangkan,” jawab murid Al-Kindi.
Lalu Imam Hasan Al-Askari melontarkan pertanyaan sederhana: “Bukankah kau tahu selalu ada kemungkinan bahwa maksud Sang Pembicara (Allah) selalu bisa berbeda dengan pengertian yang ditangkap oleh si pembaca?!”
Bahkan, dalam komunikasi antarmanusia saja selalu ada kemungkinan salah paham antara pembicara dan lawannya. Akibatnya, kehati-hatian lawan bicara jauh lebih logis ketimbang tuduhan si lawan bicara bahwa pembicara telah terjebak dalam kontradiksi. Apalagi dalam konteks ini pembicara adalah Tuhan yang Maha Mengetahui.
“Betul, memang selalu ada kemungkinan seperti itu,” jawab murid Al-Kindi.
“Padahal, kontradiksi mengasumsikan persamaan antara maksud Sang Pembicara dengan pemahaman si pembaca.”
Jelasnya, tak ada kontradiksi antara dua objek yang memang sejak awal berbeda.
Mendengar jawaban singkat ini, murid itu segera meminta diri dan bergegas menemui Al-Kindi. Di hadapan Al-Kindi, dia bilang bahwa dia punya gagasan untuk menjawab tuntas semua isu berkenaan dengan kontradiksi dalam al-Qur’an. Lalu dia mulai bercerita. Mendengar gagasan muridnya ini, Al-Kindi berkomentar, “Beritahu aku dari mana kau dapat gagasan ini?”
“Ini gagasanku sendiri,” jawabnya.
Al-Kindi menggelengkan kepala dan menimpali, “Tak mungkin gagasan seperti ini datang dari dirimu, karena di sini terletak argumen yang pasti datang dari ilmu yang tinggi.”
Setelah didesak, muridnya itu lantas mengakui bahwa dia memperolehnya dari Imam Hasan Al-Askari. Mendengar nama Hasan Al-Askari, Al-Kindi langsung berkomentar, “Memang hanya dia yang punya kapasitas untuk memberi jawaban sekelas ini. Dia mewarisi ilmu Nabi dan memperoleh ilmu langsung dari Tuhan.”
Pakar Farmakologi
Pada masa Al-Kindi, Islam menghadapi banyak kritik dari berbagai kalangan pemikir aliran dan agama lain. Tak sedikit di antara kritik itu yang menyebabkan umat Islam terguncang dan bingung.
Salah satu tema kontroversial yang kerap ditulis pada periode itu adalah soal kontradiksi dalam Al-Qur’an. Berbagai pemikir atheis, Yahudi , Kristen dan aliran-aliran lain kerap menelurkan karya berkenaan dengan kontradiksi-kontradiksi dalam al-Qur’an . Akibatnya, murid-murid Al-Kindi kebingungan.
Sedikit demi sedikit Al-Kindi mencoba menjawab berbagai keberatan dan kritik yang dilontarkan berkenaan dengan masalah tersebut.
Tapi kemudian, tibalah saatnya Al-Kindi merasa kelelahan. Dia mengutus salah seorang murid dekatnya berkelana mencari alim ulama yang bisa memberikan jawaban singkat padat dan tuntas soal kontradiksi-kontradiksi al-Qur’an.
Setelah berkeliling ke sana kemari, orang-orang di Samarra, Irak, akhirnya menyuruh muridnya untuk mendatangi majlis taklim Imam Hasan Al-Askari.
Mendengar pertanyaan murid Al-Kindi itu, Imam Hasan Al-Askari menawarkan ini: “Bagaimana kalau saya beri kau kunci masalah keilmuan.”
“Sangat menyenangkan,” jawab murid Al-Kindi.
Lalu Imam Hasan Al-Askari melontarkan pertanyaan sederhana: “Bukankah kau tahu selalu ada kemungkinan bahwa maksud Sang Pembicara (Allah) selalu bisa berbeda dengan pengertian yang ditangkap oleh si pembaca?!”
Bahkan, dalam komunikasi antarmanusia saja selalu ada kemungkinan salah paham antara pembicara dan lawannya. Akibatnya, kehati-hatian lawan bicara jauh lebih logis ketimbang tuduhan si lawan bicara bahwa pembicara telah terjebak dalam kontradiksi. Apalagi dalam konteks ini pembicara adalah Tuhan yang Maha Mengetahui.
“Betul, memang selalu ada kemungkinan seperti itu,” jawab murid Al-Kindi.
“Padahal, kontradiksi mengasumsikan persamaan antara maksud Sang Pembicara dengan pemahaman si pembaca.”
Jelasnya, tak ada kontradiksi antara dua objek yang memang sejak awal berbeda.
Mendengar jawaban singkat ini, murid itu segera meminta diri dan bergegas menemui Al-Kindi. Di hadapan Al-Kindi, dia bilang bahwa dia punya gagasan untuk menjawab tuntas semua isu berkenaan dengan kontradiksi dalam al-Qur’an. Lalu dia mulai bercerita. Mendengar gagasan muridnya ini, Al-Kindi berkomentar, “Beritahu aku dari mana kau dapat gagasan ini?”
“Ini gagasanku sendiri,” jawabnya.
Al-Kindi menggelengkan kepala dan menimpali, “Tak mungkin gagasan seperti ini datang dari dirimu, karena di sini terletak argumen yang pasti datang dari ilmu yang tinggi.”
Setelah didesak, muridnya itu lantas mengakui bahwa dia memperolehnya dari Imam Hasan Al-Askari. Mendengar nama Hasan Al-Askari, Al-Kindi langsung berkomentar, “Memang hanya dia yang punya kapasitas untuk memberi jawaban sekelas ini. Dia mewarisi ilmu Nabi dan memperoleh ilmu langsung dari Tuhan.”
Pakar Farmakologi