Sahabat Nabi yang Sufi sampai Imam Hasan al-Basri

Rabu, 27 Oktober 2021 - 17:15 WIB
Imam Hasan al-Basri adalah guru para sufi. Rabiah al-Adawiyah salah sau santrinya. (Ilusrasi : Ist)
Figur Rasulullah SAW adalah manifestasi pertama sufisme. Kemudian Ali bin Abi Thalib , dan beberapa sahabat lainnya yang dikenal memiliki tingkat kezuhudan dan kesalehan yang tinggi. Pascapara sahabat, guru sufi yang legendaris adalah Imam Hasan al-Basri .



Seyyed Hossein Nasr dalam bukunya berjudul Sufism menyebut di antara tokoh-tokoh sahabat paling awal yang dipertimbangkan sebagai seorang sufi adalah Abu Darda . Dia menekankan pentingnya aktivitas meditasi (tafakkur), dan meyakini bahwa ketakwaan jauh lebih penting ketimbang ibadah selama 40 tahun tapi tanpa disertai ketakwaan.

Pada diri Abu Darda ditemukan kualitas seorang sufi yang dapat dijadikan sebagai pembeda di antara anggota masyarakat yang lainnya pada waktu itu.

Tokoh lainnya adalah Abu Dzar al-Ghifari , seorang pelopor gerakan hidup sederhana yang menentang segala bentuk kemewahan. Mengenai sosok Abdu Dzar, Rasulullah pernah berkomentar, “Tak akan pernah lagi dijumpai di bawah langit ini, orang yang lebih benar ucapannya dari Abu Dzar.”



Sepeninggal Rasulullah, Abu Dzar menentang gaya hidup mewah Gubernur Damaskus di era kekhalifahan Utsman bin Affan , yakni Muawiyah. Karena sikapnya yang dianggap terlalu keras, Abu Dzar akhirnya mesti rela hidup di pengasingan di Rabzah.

Hudzaifah bin al-Yaman juga dianggap mirip dengan Abu Dzar, dia juga menjalani kehidupan yang sederhana dan menekankan pentingnya kemurnian hati untuk mencapai kesempurnaan iman.

Di antara kisah hidupnya yang menggambarkan kesederhanaan terjadi pada saat-saat akhir hayatnya. Beberapa sahabatnya membawakan kain kafan yang baru dan agak mewah, dan Hudzaifah dengan tegas menolaknya, meminta digantikan dengan kain kafan yang jelek saja.

Khalid Muhammad Khalid dalam buku berjudul Karakteristik Perihidup 60 Sahabat Rasulullah menyebut menjelang wafat, Hudzaifah menggumam pelan, “Selamat datang wahai maut. Kekasih tiba di waktu rindu. Hati bahagia, tak ada keluh atau sesalku.”

Sahabat Nabi lainnya yang dianggap sebagai sufi adalah Imran bin Husain al-Khuzai. Dia datang dan menyatakan baiatnya kepada Nabi Muhammad SAW pada saat Perang Khaibar.

Di masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab , Imran ditugaskan untuk membimbing penduduk Basra, Iraq, untuk mendalami agama Islam.

Sampai akhir hayatnya pada 52 H/672 M dia tetap menetap di Basra. Di masa hidupnya di Basra, dia dianggap sebagai orang yang paling saleh dan mengabadikan diri sepenuhnya untuk beribadah dan mendidik beberapa murid.

Di antara beberapa muridnya yang memperoleh nama besar dan kemashyuran adalah Hasan al-Basri.



Tarekat Sufi

Hasan al-Basri kemudian mendirikan tarekat sufi di Basra, dan ini dianggap sebagai sumber dari semua tarekat sufi pada masa-masa selanjutnya.

Kisah kehidupannya yang paling terkenal dirangkum dalam sebuah kitab hagiografi karya Farid al-Din Attar yang berjudul Tadhkirat al-Auliya’.

Imam Hasan al-Basri juga dikenal sebagai perawi hadist-hadist Nabi dan juga sebagai penggagas ilmu kalam dalam fase perkembangan formal.

Selain itu, beliau juga dianggap sebagai bapak dari ilmu tasawuf. Berbagai macam tarekat tasawuf di masa setelahnya, dalam silsilah ikatan spiritual guru dan murid, semuanya akan bermuara kepada Hasan.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
cover top ayah
هُنَالِكَ دَعَا زَكَرِيَّا رَبَّهٗ‌ ‌ۚ قَالَ رَبِّ هَبۡ لِىۡ مِنۡ لَّدُنۡكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً‌ ‌ ۚ اِنَّكَ سَمِيۡعُ الدُّعَآءِ
Di sanalah Zakaria berdoa kepada Tuhannya. Dia berkata, Ya Tuhanku, berilah aku keturunan yang baik dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar doa.

(QS. Ali 'Imran Ayat 38)
cover bottom ayah
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More