Kisah Arisa, Mualaf asal Jepang (3): Ketika Sang Bunda Ikut Masuk Masjid
Rabu, 03 November 2021 - 08:24 WIB
Setelah melalui perenungan, karena banyak sekali keajaiban yang tidak bisa dilakukan manusia di dunia, dia menyimpulkan bahwa Tuhan itu ada.
Pada awalnya, Arisa juga menganggap bahwa Islam adalah agama nun jauh di padang pasir sana, yang diperuntukkan untuk orang-orang asing, bukan dirinya.
Meski demikian, tidak seperti orang-orang pada umumnya, Arisa tidak memiliki prasangka buruk terhadap Islam. “Sejujurnya, saya tidak memiliki kesan buruk terhadap Islam, saya hanya belum memiliki kekaguman yang cukup untuk ini (Islam),” katanya berkisah.
Sampai kemudian Arisa mulai mempelajari cara-cara sholat, tujuannya bukan untuk spiritualitas, melainkan hanya untuk mencari pengalaman saja.
Dia ingin memahami sudut pandang muslim ketika sedang beribadah. Selain itu, di rumah, dia mulai mendengarkan Al-Quran melalui ponselnya dan mencoba mengingatnya.
Dia juga mengikuti ceramah-ceramah agama Islam bersama teman-temannya. Sambil berjalan, dia mulai tertarik terhadap keindahan Islam dan kebaikan orang-orang Islam sebelum benar-benar menyadarinya.
Kala itu dia masih belum sadar, bahwa sesungguhnya dia telah benar-benar jatuh cinta terhadap Islam.
Sampai pada suatu waktu, ketika Arisa bekerja paruh waktu di acara Tokyo International Book Fair sebagai penerjemah Bahasa Malaysia, dua orang wanita Muslim, asli orang Jepang, datang ke stannya. Arisa sangat bersemangat bertemu dengan mereka. Dia ingin mendengar kisah mereka, yang asli orang Jepang, namun memilih untuk memeluk agama Islam.
Kepada dua wanita Muslim Jepang itu, Arisa bertanya tentang kisah mereka, bagaimana mereka bisa masuk Islam. Salah satu dari wanita itu menceritakan kisahnya kepada Arisa.
“Saya begitu tersentuh dengan kisahnya, dan saya juga merasa lega ketika tahu bahwa saya bukan hanya satu-satunya yang khawatir tentang beralih (ke agama Islam). Saya tidak dapat menghentikan air mata yang mengalir,” kata Arisa.
Melihat Arisa menangis, wanita muslim Jepang itu memeluk Arisa. Keesokan harinya, Arisa mendapatkan pesan darinya, “Assalamualaikum Arisa. Bagaimana kabarmu? Pernahkah kamu mengucap syahadat sebelumnya? Jika kamu mengucapkan ini dengan sangat jernih dari hati, kamu bisa masuk ke jannah, insyaAllah.”
Dia menjelaskan bahwa syahadat itu sangat penting. Dan jika Arisa memang percaya kepada Allah, meskipun hanya mengucapkannya kepada diri sendiri, menurutnya, pada dasarnya Arisa sudah menjadi saudara muslimnya.
Setelah menerima pesan tersebut, sendirian, Arisa di kamarnya mengucapkan syahadat. “Saya mengucapkan syahadat di dalam kamarku. Meskipun ini tidak resmi, tetapi hatiku penuh dengan kebahagiaan, sebab saya merasa Allah melihatku. Alhamdulillah,” kenang Arisa.
Pada awalnya, Arisa juga menganggap bahwa Islam adalah agama nun jauh di padang pasir sana, yang diperuntukkan untuk orang-orang asing, bukan dirinya.
Meski demikian, tidak seperti orang-orang pada umumnya, Arisa tidak memiliki prasangka buruk terhadap Islam. “Sejujurnya, saya tidak memiliki kesan buruk terhadap Islam, saya hanya belum memiliki kekaguman yang cukup untuk ini (Islam),” katanya berkisah.
Sampai kemudian Arisa mulai mempelajari cara-cara sholat, tujuannya bukan untuk spiritualitas, melainkan hanya untuk mencari pengalaman saja.
Dia ingin memahami sudut pandang muslim ketika sedang beribadah. Selain itu, di rumah, dia mulai mendengarkan Al-Quran melalui ponselnya dan mencoba mengingatnya.
Dia juga mengikuti ceramah-ceramah agama Islam bersama teman-temannya. Sambil berjalan, dia mulai tertarik terhadap keindahan Islam dan kebaikan orang-orang Islam sebelum benar-benar menyadarinya.
Kala itu dia masih belum sadar, bahwa sesungguhnya dia telah benar-benar jatuh cinta terhadap Islam.
Sampai pada suatu waktu, ketika Arisa bekerja paruh waktu di acara Tokyo International Book Fair sebagai penerjemah Bahasa Malaysia, dua orang wanita Muslim, asli orang Jepang, datang ke stannya. Arisa sangat bersemangat bertemu dengan mereka. Dia ingin mendengar kisah mereka, yang asli orang Jepang, namun memilih untuk memeluk agama Islam.
Kepada dua wanita Muslim Jepang itu, Arisa bertanya tentang kisah mereka, bagaimana mereka bisa masuk Islam. Salah satu dari wanita itu menceritakan kisahnya kepada Arisa.
“Saya begitu tersentuh dengan kisahnya, dan saya juga merasa lega ketika tahu bahwa saya bukan hanya satu-satunya yang khawatir tentang beralih (ke agama Islam). Saya tidak dapat menghentikan air mata yang mengalir,” kata Arisa.
Melihat Arisa menangis, wanita muslim Jepang itu memeluk Arisa. Keesokan harinya, Arisa mendapatkan pesan darinya, “Assalamualaikum Arisa. Bagaimana kabarmu? Pernahkah kamu mengucap syahadat sebelumnya? Jika kamu mengucapkan ini dengan sangat jernih dari hati, kamu bisa masuk ke jannah, insyaAllah.”
Dia menjelaskan bahwa syahadat itu sangat penting. Dan jika Arisa memang percaya kepada Allah, meskipun hanya mengucapkannya kepada diri sendiri, menurutnya, pada dasarnya Arisa sudah menjadi saudara muslimnya.
Setelah menerima pesan tersebut, sendirian, Arisa di kamarnya mengucapkan syahadat. “Saya mengucapkan syahadat di dalam kamarku. Meskipun ini tidak resmi, tetapi hatiku penuh dengan kebahagiaan, sebab saya merasa Allah melihatku. Alhamdulillah,” kenang Arisa.
(mhy)