Tafsir Surat Yasin Ayat 2-4: Sumpah Allah atas Kerasulan Nabi Muhammad SAW
Kamis, 04 November 2021 - 15:34 WIB
اَنَا سَيِّدُ وَلَدِ آدَمَ وَلَا فَخْرَ
Saya penghulu keturunan Adam as tapi saya tidak sombong (HR. at-Tabrani no. 1648)
Adapun kata shirat al-mustaqim pada ayat keempat, oleh Nawawi ditafsirkan dengan syariat yang teguh. Bahkan menurut beliau, syariat Islam yang dibawakan Nabi Muhammad SAW merupakan syariat yang paling teguh dan kokoh di antara syariat-syariat sebelumnya.
Quraish Shihab mengulas hal ini lebih dalam. Sirat baginya adalah jalan yang lebar, sedangkan mustaqim berarti lurus. Sirat berbeda dengan sabil yang juga berarti jalan. Kata sirat dalam Al-Qur’an selalu berbentuk tunggal (mufrad), yang mengisyaratkan bahwa ia hanya ada satu dan merupakan jalan yang benar.
Berbeda dengan sabil yang bisa berarti jalan yang benar maupun jalan yang salah. Maka sirat mustaqim adalah jalan yang lebar, luas lagi lurus yang mengantarkan seseorang kepada kebahagiaan dunia dan akhirat.
Tiga ayat di atas turun sebagai respons atas orang-orang kafir Quraisy yang meragukan kerasulan Nabi Muhammad SAW. Sebagaimana keterangan dari Ibn Abbas yang disitir oleh Al-Qurtubi dalam kitab tafsirnya:
قال ابن عباس : قالت كفار قريش لست مرسلا ، وما أرسلك الله إلينا ، فأقسم الله بالقرآن المحكم أن محمدا من المرسلين
Ibn Abbas berkata, “Orang-orang kafir suku Quraish berujar; ‘Engkau bukanlah seorang rasul. Allah tidak mengutusmu kepada kami.’ Seusai mereka berkata demikian, Allah SWT bersumpah dengan Al-Qur’an bahwa Nabi Muhammad saw termasuk di antara para rasulnya.”
(mhy)