Gerhana Bulan Terlama Sore ini, Pertanda Kiamat Sudah Dekat?
Jum'at, 19 November 2021 - 14:21 WIB
Gerhana bulan sebagian yang akan terjadi sore ini, Jumat (19/11/2021), terlihat di wilayah Indonesia Timur dan Tengah. Gerhana bulan ini kali, menurut NASA, akan menjadi gerhana bulan sebagian terlama abad ini. Adakah peristiwa ini berhubungan dengan ramalan kiamat ?
Gerhana bulan terlama sepanjang Abad ke-21 terjadi pada 27-28 Juli 2018. Selama 1 jam 43 menit, rembulan memerah, sebuah fenomena yang dikenal sebagai blood moon. Jutaan manusia telah menyaksikan peristiwa tersebut.
Kala itu, peristiwa ini oleh sejumlah orang dikaitkan dengan pertanda kiamat. Paul Begley adalah salah satunya. Tokoh agama ini mengaitkan fenomena Gerhana Bulan merah darah atau blood moon dengan 70 tahun berdirinya Israel sebagai nurbuat akhir zaman.
"Blood moon jelas merupakan pertanda ilahiah tentang akhir zaman," kata dia dalam video. "Ada begitu banyak ramalan yang dimainkan di sini... kita sedang berada di akhir zaman," tuturnya.
Ia kemudian mencocokkan ramalannya itu dengan petikan kitab suci Yoel 2:30-31. "Matahari akan berubah menjadi gelap gulita dan bulan menjadi darah sebelum datangnya hari Tuhan yang hebat dan dahsyat itu."
Sejumlah astronom terkemuka membantah keterkaitan fenomena alam tersebut dengan ramalan kiamat. Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) seperti dikutip dari situs sains, LiveScience, pada Sabtu 27 Juli 2018 menyatakan, tak ada satupun bukti ilmiah yang mengaitkan blood moon dengan kiamat.
Studi tentang gerhana merupakan bagian dari ilmu astronomi sejak awal, sebab, ia merupakan salah satu fenomena alam yang menakjubkan. Saat bulan berada di belakang Bumi -yang menutupi cahaya matahari yang memancar ke Bulan.
Tanda Kebesaran Tuhan
Imam Al-Qurthubi dalam bukunya berjudul At-Tadzkiratu fi ahwal al-mawta wa ahwal al-akhirah menjabarkan tentang tanda-tanda kiamat dan perjalanan di akhirat. Salah satu tanda kiamat adalah adanya gerhana bulan.
Dia mengutip sejumlah hadis. Salah satunya diriwayatkan dari Hudzaifah, bahwa ia bercerita, "Kami sedang duduk-duduk di bawah naungan sebuah tembok di Madinah. Sementara Rasulullah, berada di dalam kamar.
Beliau menengok kami dan bertanya, 'Sedang apa kalian duduk-duduk di situ?'
Kami menjawab, 'Sedang berbincang-bincang.'
Beliau bertanya, 'Tentang apa?'
Kami menjawab, 'Tentang kiamat.'
Beliau bersabda, 'Kiamat tidak akan tiba sebelum kalian melihat 10 tandanya. Pertama-tama ialah matahari terbit dari barat, kabut, Dajjal, binatang melata, lalu tiga peristiwa gerhana bulan (yakni gerhana yang terjadi di sebelah timur, gerhana yang terjadi di sebelah barat, dan gerhana yang terjadi di semenanjung Arab).
Lalu, datangnya Isa, keluarnya Ya'juj dan Ma'juj, dan terakhir ialah munculnya api dari Yaman di sebuah jurang 'Aden. Siapa pun yang berada di belakangnya, ia akan digiring ke padang mahsyar."
Selanjutnya, bersamaan dengan kematian putra Rasulullah, Ibrahim, terjadi gerhana matahari. Kala itu, kaum Muslimin menganggap peristiwa tersebut suatu mujizat. Kata mereka terjadinya gerhana matahari karena Ibrahim meninggal. Hal ini terdengar oleh Nabi.
Rasulullah melihat mereka yang mengatakan bahwa matahari telah jadi gerhana karena kematian Ibrahim, dalam khutbahnya kepada mereka ia berkata:
"Matahari dan bulan ialah tanda kebesaran Tuhan, yang tidak akan jadi gerhana karena kematian atau hidupnya seseorang. Kalau kamu melihat hal itu, berlindunglah dalam dzikir kepada Tuhan dengan berdoa."
Islam mengajarkan peristiwa gerhana hendaklah dimaknai sebagai sarana dan media untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui ibadah shalat khusuf atau sholat gerhana.
Pada masa Nabi Muhammad SAW masih hidup, gerhana matahari pernah terjadi sebanyak tiga kali, sedangkan gerhana bulan terjadi lima kali. Dalam konteks ini, Nabi SAW mensyariatkan pelaksanaan sholat gerhana sebagai bentuk spiritualisasi.
Gerhana sebagai salah satu ayat Allah yang ditunjukkan di alam raya ini tidak sekadar peristiwa alamiah, tetapi juga peristiwa ilmiah yang menarik diobservasi, dicermati, dan diteliti secara saintifik.
Anjuran sholat sunah gerhana yang diteladankan Nabi SAW juga mengandung pesan bahwa keagungan dan kekuasaan Allah SWT berupa gerhana bulan, mengharuskan umat memiliki paradigma holistik integratif dalam memaknai ayat semesta.
Baca Juga
Gerhana bulan terlama sepanjang Abad ke-21 terjadi pada 27-28 Juli 2018. Selama 1 jam 43 menit, rembulan memerah, sebuah fenomena yang dikenal sebagai blood moon. Jutaan manusia telah menyaksikan peristiwa tersebut.
Kala itu, peristiwa ini oleh sejumlah orang dikaitkan dengan pertanda kiamat. Paul Begley adalah salah satunya. Tokoh agama ini mengaitkan fenomena Gerhana Bulan merah darah atau blood moon dengan 70 tahun berdirinya Israel sebagai nurbuat akhir zaman.
"Blood moon jelas merupakan pertanda ilahiah tentang akhir zaman," kata dia dalam video. "Ada begitu banyak ramalan yang dimainkan di sini... kita sedang berada di akhir zaman," tuturnya.
Ia kemudian mencocokkan ramalannya itu dengan petikan kitab suci Yoel 2:30-31. "Matahari akan berubah menjadi gelap gulita dan bulan menjadi darah sebelum datangnya hari Tuhan yang hebat dan dahsyat itu."
Sejumlah astronom terkemuka membantah keterkaitan fenomena alam tersebut dengan ramalan kiamat. Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) seperti dikutip dari situs sains, LiveScience, pada Sabtu 27 Juli 2018 menyatakan, tak ada satupun bukti ilmiah yang mengaitkan blood moon dengan kiamat.
Studi tentang gerhana merupakan bagian dari ilmu astronomi sejak awal, sebab, ia merupakan salah satu fenomena alam yang menakjubkan. Saat bulan berada di belakang Bumi -yang menutupi cahaya matahari yang memancar ke Bulan.
Tanda Kebesaran Tuhan
Imam Al-Qurthubi dalam bukunya berjudul At-Tadzkiratu fi ahwal al-mawta wa ahwal al-akhirah menjabarkan tentang tanda-tanda kiamat dan perjalanan di akhirat. Salah satu tanda kiamat adalah adanya gerhana bulan.
Dia mengutip sejumlah hadis. Salah satunya diriwayatkan dari Hudzaifah, bahwa ia bercerita, "Kami sedang duduk-duduk di bawah naungan sebuah tembok di Madinah. Sementara Rasulullah, berada di dalam kamar.
Beliau menengok kami dan bertanya, 'Sedang apa kalian duduk-duduk di situ?'
Kami menjawab, 'Sedang berbincang-bincang.'
Beliau bertanya, 'Tentang apa?'
Kami menjawab, 'Tentang kiamat.'
Beliau bersabda, 'Kiamat tidak akan tiba sebelum kalian melihat 10 tandanya. Pertama-tama ialah matahari terbit dari barat, kabut, Dajjal, binatang melata, lalu tiga peristiwa gerhana bulan (yakni gerhana yang terjadi di sebelah timur, gerhana yang terjadi di sebelah barat, dan gerhana yang terjadi di semenanjung Arab).
Lalu, datangnya Isa, keluarnya Ya'juj dan Ma'juj, dan terakhir ialah munculnya api dari Yaman di sebuah jurang 'Aden. Siapa pun yang berada di belakangnya, ia akan digiring ke padang mahsyar."
Selanjutnya, bersamaan dengan kematian putra Rasulullah, Ibrahim, terjadi gerhana matahari. Kala itu, kaum Muslimin menganggap peristiwa tersebut suatu mujizat. Kata mereka terjadinya gerhana matahari karena Ibrahim meninggal. Hal ini terdengar oleh Nabi.
Rasulullah melihat mereka yang mengatakan bahwa matahari telah jadi gerhana karena kematian Ibrahim, dalam khutbahnya kepada mereka ia berkata:
"Matahari dan bulan ialah tanda kebesaran Tuhan, yang tidak akan jadi gerhana karena kematian atau hidupnya seseorang. Kalau kamu melihat hal itu, berlindunglah dalam dzikir kepada Tuhan dengan berdoa."
Islam mengajarkan peristiwa gerhana hendaklah dimaknai sebagai sarana dan media untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui ibadah shalat khusuf atau sholat gerhana.
Baca Juga
Pada masa Nabi Muhammad SAW masih hidup, gerhana matahari pernah terjadi sebanyak tiga kali, sedangkan gerhana bulan terjadi lima kali. Dalam konteks ini, Nabi SAW mensyariatkan pelaksanaan sholat gerhana sebagai bentuk spiritualisasi.
Gerhana sebagai salah satu ayat Allah yang ditunjukkan di alam raya ini tidak sekadar peristiwa alamiah, tetapi juga peristiwa ilmiah yang menarik diobservasi, dicermati, dan diteliti secara saintifik.
Anjuran sholat sunah gerhana yang diteladankan Nabi SAW juga mengandung pesan bahwa keagungan dan kekuasaan Allah SWT berupa gerhana bulan, mengharuskan umat memiliki paradigma holistik integratif dalam memaknai ayat semesta.
(mhy)