Tafsir Surat Yasin Ayat 20-22: Figur Orang Tak Bernama dari Pinggiran Kota

Kamis, 25 November 2021 - 17:11 WIB
Hal ini secara tidak langsung menyindir tradisi aneh masyarakat Antokiah yang tidak logis. Bagaimana bisa seorang yang tidak memungut sepeserpun atas pertolongannya dianggap pembawa sial. Selain itu, pembelaan tersebut, menurut Quraish Shihab, menyiratkan kebiasan-kebiasan masyarakat Antokiah yang penuh pamrih.

Ketulusan sudah hilang dari mereka. Pikirannya dipenuhi dengan kecurigaan atas untung material yang akan didapatkan oleh para utusan itu.

Masyarakat Antokiah hampir tidak percaya adanya ketulusan. Kecurigaan yang demikian tidak akan timbul apabila tidak ada tradisi untung-rugi yang mendarah daging dalam setiap aktivitas sosial mereka.

Pantas saja, pembelaan yang dikemukakan oleh Habib adalah, “Ikutilah orang yang tidak meminta imbalan kepadamu dan mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk”. Secara tidak langsung menyindir pandangan masyarakat Antokiah masa itu. Mereka mengukur semua orang dengan diri mereka sendiri dan selalu menduga adanya keuntungan material dibalik aktivitas semua orang.



Allah SWT berfirman:

وَمَا لِيَ لَا أَعْبُدُ الَّذِي فَطَرَنِي وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ


Mengapa aku tidak menyembah (Tuhan) yang telah menciptakanku dan yang hanya kepada-Nya-lah kamu (semua) akan dikembalikan? ( QS Yasin : 22 )

Wahab bin Munabbih sebagaimana dikutip ucapannya oleh Ibn Jarir at-Tabari menyatakan bahwa Habib adalah sosok pemuda pemberani yang dengan gagahnya memperjuangkan dan membela kebenaran yang diyakininya. Ia tidak gentar ‘melawan arus’ demi mempertahankan idealismenya.

Habib menyuarakan tauhid kepada kaumnya yang menyembah berhala. Ia juga dengan terang-terangan menampakkan keimananya kepada mereka. Akibat hal tersebutlah pada beberapa ayat berikutnya diceritakan Habib sampai dibunuh oleh penduduk Antokiah.

Hamka dalam Tafsir al-Azhar menjelaskan, ucapan Habib tersebut merupakan sebuah bentuk pertanyaan yang secara lahiriah ditujukan kepada dirinya sendiri, namun hakikatnya merupakan sindiran pada orang-orang yang enggan menyembah Allah Swt yang telah menciptakan mereka seperti para penduduk Antokiah ini.

Sementara Ibn Asyur berpendapat, kalimat tersebut seakan-akan menanyakan, “Siapa yang bisa mencegahku menyembah Tuhan yang telah menciptaku?” Sebab Allah Swt telah memberikan manusia keinginan (iradah) dan kemampuan (qudrah) untuk melaksanakan perintahnya.

Allah SWT juga telah menerangkan melalui utusan-utusannya mana jalan yang benar dan mana jalan yang salah. Sebagaimana firmannya dalam QS. Al-Insan: 3 yang berbunyi:

إِنَّا هَدَيْنَاهُ السَّبِيلَ إِمَّا شَاكِرًا وَإِمَّا كَفُورًا


Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir. ( QS AL-Insan : 3 )

Dalam tafsirnya, Quraish Shihab menggaris bawahi kata fatara yang menurutnya berbeda dengan kata khalaqa maupun ja’ala yang sama-sama berarti menciptakan.

Fatara bermakna menciptakan dari ketiadaan atau penciptaan yang pertama kali. Ini mengisyaratkan bahwa Allah Swt adalah yang pertama kali menciptakan manusia dan kelak kepadanya pulalah terakhir kali mereka akan dikembalikan.

Kita semua berasal dari Allah SWT Kita dan segala nikmat yang kita rasakan hakikatnya milik Allah SWT semata, maka ketika masanya telah tiba, semua akan kembali kepadanya. Filosofi ini yang agama Islam ajarkan ketika seseorang menghadapi musibah.

(mhy)
Halaman :
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
cover top ayah
شَهۡرُ رَمَضَانَ الَّذِىۡٓ اُنۡزِلَ فِيۡهِ الۡقُرۡاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَ بَيِّنٰتٍ مِّنَ الۡهُدٰى وَالۡفُرۡقَانِۚ فَمَنۡ شَهِدَ مِنۡكُمُ الشَّهۡرَ فَلۡيَـصُمۡهُ ؕ وَمَنۡ کَانَ مَرِيۡضًا اَوۡ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنۡ اَيَّامٍ اُخَرَؕ يُرِيۡدُ اللّٰهُ بِکُمُ الۡيُسۡرَ وَلَا يُرِيۡدُ بِکُمُ الۡعُسۡرَ وَلِتُکۡمِلُوا الۡعِدَّةَ وَلِتُکَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰٮكُمۡ وَلَعَلَّکُمۡ تَشۡكُرُوۡنَ
Bulan Ramadan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda antara yang benar dan yang batil. Karena itu, barangsiapa di antara kamu ada di bulan itu, maka berpuasalah. Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (dia tidak berpuasa), maka wajib menggantinya, sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur.

(QS. Al-Baqarah Ayat 185)
cover bottom ayah
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More