Surat Yasin Ayat 26-27: Pesan Damai Habib al-Najjar saat Dirajam
Kamis, 02 Desember 2021 - 17:01 WIB
Mengutip dari Mujahid, Ibnu Katsir dalam Tafsir al-Qur’an al-‘Adzim mengatakan bahwa Allah SWT memperlihatkan wujud ganjaran yang akan ia dapat.
Begitu istimewanya ganjaran itu sehingga ia berharap kaum Antokiah juga mendapatkan ganjaran itu. Hal tersebut terungkap dalam ya laita qaumi ya’lamun (alangkah baiknya sekiranya kaumku mengetahui).
Ibnu Katsir juga mengutip dari Qatadah bahwa Habib sangat berharap kepada Allah SWT agar menampakkan juga ganjaran itu kepada kaum Antokiah, sebagaimana Allah tampakkan kepadanya agar kaum antokiah mengurungkan niat untuk merajamnya.
Namun sayang, kaum Antokiah sudah terhijab oleh keingkarannya sehingga Habib meninggal dalam keadaan dirajam dan Allah SWT memasukkannya dalam golongan al-mukramin (orang-orang yang dimuliakan).
Al-mukramin ini merupakan bentuk ganjaran yang diberikan oleh Allah SWT kepada Habib al-Najjar selain pengampunan Allah SWT. Tidak semua orang termasuk dalam golongan al-mukramin ini.
Thaba’taba’i menggaris bawahi bahwa al-Qur’an tidak menyandangkan sifat ini –dalam bentuk mutlak- kecuali kepada dua kelompok.
Pertama kepada malaikat dan kedua kepada hamba-hambanya yang tulus dan murni yang dipiilihNya sendiri untuk mengabdi kepadaNya semata.
Meskipun Allah SWT menganugerahkan kemuliaan kepada seluruh makhluknya, namun tidak semua makhluk termasuk dalam golongan al-mukramin ini.
Al-Bantani menambahkan bahwa iman dan amal salih akan mengantarkan seseorang kepada derajat al-ghufran (pengampunan) dan al-ikram (pemuliaan).
Salah satu contoh sahabat yang mendapatkan derajat al-mukramin ini adalah Urwah bin Mas’ud. Ia termasuk golongan ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Abi Hatim bahwa suatu saat Urwah meminta Nabi untuk mengutus dirinya kepada kaumnya, yakni Bani Tsaqif, untuk menyeru kepada kaumnya untuk memeluk Islam. Nahas, dirinya dipanah oleh salah satu kaumnya dan Nabi SAW berkata: “Urwah ini seperti tokoh dalam surat Yasin (Habib al-Najjar).
Keteguhan iman dan kontinyu dalam ibadah dan dakwah akan berakhir indah sebagaimana yang telah dialami oleh Habib al-Najjar.
(mhy)