Al-Idrisi sang Pemandu Marcopolo, Ibnu Batutta, dan Colombus
Sabtu, 04 Desember 2021 - 09:58 WIB
Hal ini sangat wajar, mengingat hasil-hasil laporan para pelancong Muslim memang lebih akurat dan relevan untuk digunakan daripada data dan informasi dari para pelaut Barat yang umumnya bercampur dengan mitologi dan fiksi.
"Tapi dalam tim ini juga dilibatkan beberapa sarjana barat untuk melengkapi, ataupun memverifiksi data wilayah yang oleh ilmuwan Muslim belum disinggahi," ujar Brady Hibbs.
Hanya bagaimanapun, data dan informasi yang didapat dari kedua belas sarjana ini masih jauh dari cukup untuk memenuhi target yang diharapkan Roger II dan Al-Idrisi. Sebagai upaya untuk melengkapinya, Al- Idrisi kemudian melakukan wawancara langsung ke kota-kota Palermo, Catania, Messina, dan Syracuse untuk menanyai para pelancong yang sedang berlabuh di pelabuhan.
Mereka diwawancarai tentang banyak aspek dari daerah-daerah yang mereka singgahi. Di antaranya, sifat tanah yang mereka kunjungi, termasuk orang-orang yang mendiami wilayah, budaya mereka, sumber daya yang ditemukan di wilayah ini, perdagangan apapun yang terjadi di wilayah tersebut, dan infrastruktur kota-kota tersebut.
Roger II juga sempat mengerahkan petugas kerajaannya untuk membantu para sarjana ini mengumpulkan lebih banyak informasi.
Tak jarang, Al-Idrisi dihadapkan pada informasi-informasi yang saling bertentangan satu sama lain. Untuk inilah Al-Idrisi kerap melakukan cross-check terkait informasi yang diterimanya.
Selama bertahun-tahun, Al-Idrisi menyaring fakta-fakta yang berhasil dikumpulkannya. Ia hanya memilih keterangan dan penjelasan yang paling jelas sebagai acuan membuat peta.
Penjelasan dari seorang navigator akan dikonfrontasi kepada navigator lainnya. Bahkan tak jarang Al-Idrisi juga mengkonfirmasi informasi-informasi tersebut dengan karya-karya para sarjana klasik, seperti Ptolemy, Ibn Hawqal, Ibn Khurdadhbih, dan al-Jayhani.
Survei Paling Megah
Bertahun-tahun Al-Idrisi dan Tim melakukan upaya ini. Tidak mengherankan bila Brady Hibbs menilai, apa yang dilakukan oleh Al-Idrisi dan Tim, adalah survei abad pertengahan yang paling megah di dunia.
Alhasil, mega-proyek ini baru selesai pada tahun 1154 M, setelah menghabiskan waktu selama hampir 15 tahun. Semua hasil temuan dan kajian selama bertahun-tahun itu di verifikasi kembali, setelah itu barulah akhirnya dirumuskan.
Mereka mulai memasukkan satu persatu kepingan infomasi wilayah ke objek visual berupa gambar bersambung.
Satu per satu wilayah disusun berdasarkan koordinatnya, hingga akhirnya peta dunia tersebut selesai secara utuh.
Roger II sangat puas dengan hasil pekerjaan ini, dan meminta mereka agar peta tersebut diukir di atas sebuah cakram perak yang besar. Setelah selesai, bola bumi yang diciptakannya itu memiliki berat sekitar 400 kilogram.
Dalam peta itu, Al-Idrisi menggambarkan enam benua dengan dilengkapi jalur perdagangan, danau, sungai, kota-kota utama, daratan serta gunung-gunung.
Tak cuma itu, peta yang dibuatnya itu juga sudah memuat informasi mengenai jarak, panjang dan tinggi secara tepat.
Roger merasa bahwa peta itu persis seperti yang dia harapkan, dan karena kepuasannya dengan karya al-Idrisi, dia menugaskan al-Idrisi untuk membuat karya lain untuknya, yaitu sebuah catatan yang berisi tentang data geografis tentang peta yang dibuatnya, serta ringkasan dari semua temuan mereka selama lima belas tahun penelitian.
Catatan inilah yang kemudian dinamakan Nuzhat al-Mushtaq fi Ikhtiraq al–Afaq (Kegembiraan dari Seseorang yang Ingin Melintasi Wilayah Dunia), atau hanya disebut sebagai al-Kitab al-Rujari. Dalam bahasa Inggris disebut “The Book of Roger”, atau dalam bahasa Latin dinamakan “Tabula Rogeriana”.
The Book of Roger kemudian menjadi acuan utama para pencong dunia pada abad-abad selanjutnya. Ini adalah ensiklopedia geografi yang berisi peta serta informasi mengenai negara-negara di Eropa, Afrika dan Asia secara rinci.
"Tapi dalam tim ini juga dilibatkan beberapa sarjana barat untuk melengkapi, ataupun memverifiksi data wilayah yang oleh ilmuwan Muslim belum disinggahi," ujar Brady Hibbs.
Hanya bagaimanapun, data dan informasi yang didapat dari kedua belas sarjana ini masih jauh dari cukup untuk memenuhi target yang diharapkan Roger II dan Al-Idrisi. Sebagai upaya untuk melengkapinya, Al- Idrisi kemudian melakukan wawancara langsung ke kota-kota Palermo, Catania, Messina, dan Syracuse untuk menanyai para pelancong yang sedang berlabuh di pelabuhan.
Mereka diwawancarai tentang banyak aspek dari daerah-daerah yang mereka singgahi. Di antaranya, sifat tanah yang mereka kunjungi, termasuk orang-orang yang mendiami wilayah, budaya mereka, sumber daya yang ditemukan di wilayah ini, perdagangan apapun yang terjadi di wilayah tersebut, dan infrastruktur kota-kota tersebut.
Roger II juga sempat mengerahkan petugas kerajaannya untuk membantu para sarjana ini mengumpulkan lebih banyak informasi.
Tak jarang, Al-Idrisi dihadapkan pada informasi-informasi yang saling bertentangan satu sama lain. Untuk inilah Al-Idrisi kerap melakukan cross-check terkait informasi yang diterimanya.
Selama bertahun-tahun, Al-Idrisi menyaring fakta-fakta yang berhasil dikumpulkannya. Ia hanya memilih keterangan dan penjelasan yang paling jelas sebagai acuan membuat peta.
Penjelasan dari seorang navigator akan dikonfrontasi kepada navigator lainnya. Bahkan tak jarang Al-Idrisi juga mengkonfirmasi informasi-informasi tersebut dengan karya-karya para sarjana klasik, seperti Ptolemy, Ibn Hawqal, Ibn Khurdadhbih, dan al-Jayhani.
Survei Paling Megah
Bertahun-tahun Al-Idrisi dan Tim melakukan upaya ini. Tidak mengherankan bila Brady Hibbs menilai, apa yang dilakukan oleh Al-Idrisi dan Tim, adalah survei abad pertengahan yang paling megah di dunia.
Alhasil, mega-proyek ini baru selesai pada tahun 1154 M, setelah menghabiskan waktu selama hampir 15 tahun. Semua hasil temuan dan kajian selama bertahun-tahun itu di verifikasi kembali, setelah itu barulah akhirnya dirumuskan.
Mereka mulai memasukkan satu persatu kepingan infomasi wilayah ke objek visual berupa gambar bersambung.
Satu per satu wilayah disusun berdasarkan koordinatnya, hingga akhirnya peta dunia tersebut selesai secara utuh.
Roger II sangat puas dengan hasil pekerjaan ini, dan meminta mereka agar peta tersebut diukir di atas sebuah cakram perak yang besar. Setelah selesai, bola bumi yang diciptakannya itu memiliki berat sekitar 400 kilogram.
Dalam peta itu, Al-Idrisi menggambarkan enam benua dengan dilengkapi jalur perdagangan, danau, sungai, kota-kota utama, daratan serta gunung-gunung.
Tak cuma itu, peta yang dibuatnya itu juga sudah memuat informasi mengenai jarak, panjang dan tinggi secara tepat.
Roger merasa bahwa peta itu persis seperti yang dia harapkan, dan karena kepuasannya dengan karya al-Idrisi, dia menugaskan al-Idrisi untuk membuat karya lain untuknya, yaitu sebuah catatan yang berisi tentang data geografis tentang peta yang dibuatnya, serta ringkasan dari semua temuan mereka selama lima belas tahun penelitian.
Catatan inilah yang kemudian dinamakan Nuzhat al-Mushtaq fi Ikhtiraq al–Afaq (Kegembiraan dari Seseorang yang Ingin Melintasi Wilayah Dunia), atau hanya disebut sebagai al-Kitab al-Rujari. Dalam bahasa Inggris disebut “The Book of Roger”, atau dalam bahasa Latin dinamakan “Tabula Rogeriana”.
The Book of Roger kemudian menjadi acuan utama para pencong dunia pada abad-abad selanjutnya. Ini adalah ensiklopedia geografi yang berisi peta serta informasi mengenai negara-negara di Eropa, Afrika dan Asia secara rinci.