Inilah Penyebab Pahala Amal Saleh Bisa Terhapus
Selasa, 21 Desember 2021 - 17:00 WIB
Ada beberapa sebab mengapa pahala amal saleh bisa terhapus begitu saja. Padahal, pahala tersebut diraihnya dengan susah payah, karenanya jika amal saleh terhapus maka menjadi musibah besar bagi seorang mukmin. Sudah menjadi jumhur ulama bahwa amal saleh yang dilakukan seseorang mempunyai kemungkinan untuk terhapus jika tidak hati-hati menjaga diri dari dosa .
Perhatikan firman Allah Subhanhu wa ta'ala berikut:
"Jika kamu (Muhammad) berbuat syirik, sungguh akan terhapus semua amalmu dan sungguh kamu akan menjadi orang rugi. (QS. az-Zumar: 65).
Sementara perbuatan dosa besar maupun dosa kecil – selain kekufuran dan murtad – dosa semacam ini tidak menghapus seluruh amal, juga tidak menghalangi diterimanya amal saleh. Namun bisa saja menghapus sebagian amal , sesuai tingkatan nilai dosa. Kelak akan ditimbang. Jika amal baiknya lebih dominan dibandingkan dosanya, maka dia berhak mendapatkan pahala. Sebaliknya, jika dosanya lebih berat dibandingkan amal baiknya, maka dia berhak mendapatkan hukuman.
Dalam Hadis Bukhari, dari Qutaibah, dari Jarir, dari Al A’masy, dari Ibrahim, dari ‘Alqomah, dari ‘Abdullah radhiyallahu ‘anhu, beliau menyebutkan ayat :
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman” (QS. Al An’am: 82).
Ketika disebutkan ayat ini, para sahabat pun menjadi khawatir. Mereka berkata, "Wahai Rasulullah, siapakah yang tidak mencampurkan keimanannya dengan kesyirikan?" Lantas Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Itu bukanlah kezholiman seperti yang kalian sangkakan. Tidakkah kalian pernah mendengar nasehat Lukman pada anaknya, “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.” (HR. Bukhari)
Hadis tersebut menegaskan bahwa kesyirikan adalah penghapus amal saleh. Hal ini berlaku sejak dahulu, yaitu para Nabi dan Rasul terdahulu. Ulama besar, Imam As Sa’di rahimahullah menjelaskan, jika kamu berbuat syirik , niscaya akan terhapuslah amalmu. Ini mencakup semua amalan, yaitu bahwa perbuatan syirik itu menghapus semua amalan.
Orang yang terhapus amalnya maka tentu termasuk orang-orang yang merugi, maksudnya rugi dunia dan akhirat. Maka, dengan kesyirikan, terhapuslah semua amalan. Dan pelakunya berhak mendapatkan hukuman dan azab." Sehingga, tidaklah cukup seseorang hanya mengenal tauhid dan mengamalkannya. Pengetahuan tentang pentingnya tauhid dan bahayanya syirik pun mutlak diperlukan agar seseorang tidak terjerumus ke dalamnya.
Sayangnya, banyak orang tidak memahami hakikat kesyirikan dan betapa dahsyat bahayanya sehingga mereka pun meremehkannya. Padahal semakin kuat tauhid seseorang, seharusnya dia semakin takut akan syirik dan khawatir menjadi pelakunya. Sebaliknya seseorang yang tidak memahami hakikat tauhid akan meremehkannya sehingga tidak ada sedikipun rasa takut di hatinya.
Allah Ta’ala berfirman :
"Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun.” (QS. Al-Maidah: 72).
Sebagai mukmin, tentu kita perlu pahami juga bahwa tidak ada seorang pun yang terlepas dari gelimang dosa. Ampunan dosa merupakan rahmat Allah yang diberikan kepada semua hamba. Namun, hal ini dikecualikan bagi orang-orang musyrik (jika sampai mati ia masih membawa dosa syiriknya tanpa bertaubat), karena begitu besarnya dosa syirik. Ini menunjukkan bahwa dosa syirik merupakan dosa yang sangat besar. Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Perhatikan firman Allah Subhanhu wa ta'ala berikut:
لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
"Jika kamu (Muhammad) berbuat syirik, sungguh akan terhapus semua amalmu dan sungguh kamu akan menjadi orang rugi. (QS. az-Zumar: 65).
Sementara perbuatan dosa besar maupun dosa kecil – selain kekufuran dan murtad – dosa semacam ini tidak menghapus seluruh amal, juga tidak menghalangi diterimanya amal saleh. Namun bisa saja menghapus sebagian amal , sesuai tingkatan nilai dosa. Kelak akan ditimbang. Jika amal baiknya lebih dominan dibandingkan dosanya, maka dia berhak mendapatkan pahala. Sebaliknya, jika dosanya lebih berat dibandingkan amal baiknya, maka dia berhak mendapatkan hukuman.
Dalam Hadis Bukhari, dari Qutaibah, dari Jarir, dari Al A’masy, dari Ibrahim, dari ‘Alqomah, dari ‘Abdullah radhiyallahu ‘anhu, beliau menyebutkan ayat :
الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman” (QS. Al An’am: 82).
Ketika disebutkan ayat ini, para sahabat pun menjadi khawatir. Mereka berkata, "Wahai Rasulullah, siapakah yang tidak mencampurkan keimanannya dengan kesyirikan?" Lantas Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
إنه ليس بذاك، ألا تسمع إلى قول لقمان: { يَا بُنَيَّ لا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
“Itu bukanlah kezholiman seperti yang kalian sangkakan. Tidakkah kalian pernah mendengar nasehat Lukman pada anaknya, “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.” (HR. Bukhari)
Hadis tersebut menegaskan bahwa kesyirikan adalah penghapus amal saleh. Hal ini berlaku sejak dahulu, yaitu para Nabi dan Rasul terdahulu. Ulama besar, Imam As Sa’di rahimahullah menjelaskan, jika kamu berbuat syirik , niscaya akan terhapuslah amalmu. Ini mencakup semua amalan, yaitu bahwa perbuatan syirik itu menghapus semua amalan.
Orang yang terhapus amalnya maka tentu termasuk orang-orang yang merugi, maksudnya rugi dunia dan akhirat. Maka, dengan kesyirikan, terhapuslah semua amalan. Dan pelakunya berhak mendapatkan hukuman dan azab." Sehingga, tidaklah cukup seseorang hanya mengenal tauhid dan mengamalkannya. Pengetahuan tentang pentingnya tauhid dan bahayanya syirik pun mutlak diperlukan agar seseorang tidak terjerumus ke dalamnya.
Sayangnya, banyak orang tidak memahami hakikat kesyirikan dan betapa dahsyat bahayanya sehingga mereka pun meremehkannya. Padahal semakin kuat tauhid seseorang, seharusnya dia semakin takut akan syirik dan khawatir menjadi pelakunya. Sebaliknya seseorang yang tidak memahami hakikat tauhid akan meremehkannya sehingga tidak ada sedikipun rasa takut di hatinya.
Allah Ta’ala berfirman :
إِنَّهُ مَن يُشْرِكْ بِاللهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَالِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنصَارٍ
"Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun.” (QS. Al-Maidah: 72).
Sebagai mukmin, tentu kita perlu pahami juga bahwa tidak ada seorang pun yang terlepas dari gelimang dosa. Ampunan dosa merupakan rahmat Allah yang diberikan kepada semua hamba. Namun, hal ini dikecualikan bagi orang-orang musyrik (jika sampai mati ia masih membawa dosa syiriknya tanpa bertaubat), karena begitu besarnya dosa syirik. Ini menunjukkan bahwa dosa syirik merupakan dosa yang sangat besar. Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ مَاتَ وَهْوَ يَدْعُو مِنْ دُونِ اللَّهِ نِدًّا دَخَلَ النَّارَ