Surat Yasin Ayat 45-46: Pentingnya Introspeksi Diri untuk Menatap Masa Depan

Jum'at, 07 Januari 2022 - 07:50 WIB
Surat Yasin ayat 45-46 berisi bagaimana Al-Quran mengajarkan kita untuk introspeksi diri. (Foto/Ilustrasi: Dok SINDOnews)
Surat Yasin ayat 45-46 membicarakan tentang bagaimana al-Quran mengajarkan manusia untuk selalu introspeksi diri melalui dua hal, sebagaimana yang akan dijelaskan dibawah ini.

Allah berfirman:

وَاِذَا قِيْلَ لَهُمُ اتَّقُوْا مَا بَيْنَ اَيْدِيْكُمْ وَمَا خَلْفَكُمْ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ

وَمَا تَأْتِيْهِمْ مِّنْ اٰيَةٍ مِّنْ اٰيٰتِ رَبِّهِمْ اِلَّا كَانُوْا عَنْهَا مُعْرِضِيْنَ


Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Takutlah kamu akan siksa yang di hadapanmu (di dunia) dan azab yang akan datang (akhirat) agar kamu mendapat rahmat.”

Dan setiap kali suatu tanda dari tanda-tanda (kebesaran) Tuhan datang kepada mereka, mereka selalu berpaling darinya. (QS Yasin : 45-46)



Fakhruddin Ar-Razi dalam Tafsir Mafatih Al-Ghayb, menjelaskan ayat ini masih berkaitan erat dengan ayat-ayat sebelumnya tentang bumi, bulan, matahari, malam, siang, sampai pembahasan samudera. Kesemuanya bertujuan untuk meyakinkan akan adanya Allah SWT pada suatu kaum, namun mereka mengindahkankannya.

Begitu pula kasus dalam ayat ini, mereka diancam dengan siksaan dunia dan akhirat, tapi masih saja berpaling. Ini menunjukkan kalau kebodohan mereka tak berujung, dan kelalaian mereka tak bertepi.

Padahal Allah sudah menujukkan Maha Rahmat-Nya kepada mereka, kata لَعَلَّ dalam redaksi la’allakum turhamun merupakan huruf tamanni yang berarti harapan, yakni harapan jikalau mereka bisa merasakan keberadaan Allah SWT, melalui tanda-tanda yang sudah ditunjukkan kepada mereka.



Adapun tafsir surat Yasin ayat 46 merupakan jawaban sekaligus penegasan kembali akan bengalnya mereka yang masih berpaling setelah mendapat peringatan dari para utusan, atau dikisahkan tentang kaum-kaum sebelum mereka, sampai ditunjukkan tanda-tanda kekuasaan Tuhan.

Laman Tafsir Al-Quran menganggap yang menarik dari dua ayat di atas adalah pola kalimat ma baina aidkum dan ma khalfakum yang secara tidak lansung merupakan metode al-Quran mengajar manusia agar selalu introspeksi diri. Setidaknya ada dua hal yang mencakup ini.

Pertama, menurut Sufyan At-Tsauri , pola tersebut sebagai isyarat tentang tanda-tanda yang tampak (yakni dunia) dan tanda-tanda yang tersembunyi (yakni akhirat), melalui keduanya al-Qur’an mengajak ber-tadabbur untuk lebih mengenal Allah SWT.

Kedua, seperti dimaknai oleh Quraish Shihab dalam tafsir Al-Misbah, dengan introspeksi diri sebelum melangkah ke depan (ma baina aidikum), memperbaiki planning, serta dampak apa yang akan terjadi. Di samping juga harus belajar dari pengalaman masa lalu (ma khalfakum), agar kesalahan yang sama tidak terulang kembali.

Kalimat tersebut juga mengingatkan hal yang sama kepada kita, baik sebagai individu ataupun entitas masyarakat. Supaya selalu introspeksi melalui pengalaman lampau agar langkah yang diambil ke depan bisa lebih baik.



Dua metode ini tampak sederhana namun berimplikasi besar untuk sebuah perubahan. Contohnya, Nabi Muhammad ketika hijrah dan telah menetap di Madinah, juga menerapkan metode ini untuk membangun karakter individu yang saleh juga revolusioner.

Nabi selalu mengingatkan perkara akhirat sebagai urgensi utama, dan hal ihwal dunia yang sifatnya sementara. Tujuannya adalah untuk membangun karakter kuat sebagai hamba Tuhan, sehingga segala sesuatu yang akan dikerjakan orientasinya adalah Tuhan.

Pada saat yang sama, Nabi juga selalu mengingatkan perjalanan kelam masa lalu, yang konteks ke depannya adalah perubahan, tujuannya adalah progresifitas, perubahan, dan kemajuan yang tentunya dibangun dengan hablum minnan nas (hubungan sesama manusia) agar bisa memberi manfaat pada sesama.

Jadi, dua metode ini bukanlah sesuatu yang terpisah, namun saling berkaitan, sama seperti siang dan malam, matahari dan bulan, serta masa lalu dan masa mendatang.

(mhy)
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Hadits of The Day
Dari Abu Qatadah dia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda: Tidak ada sikap lalai ketika tidur, akan tetapi kelalaian itu hanya ada ketika terjaga, yaitu mengakhirkan shalat hingga datang waktu shalat yang lain.

(HR. Sunan Abu Dawud No. 373)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More