Kisah Umar Bin Khattab: Ketika Dua Perempuan Menolak Lamarannya

Minggu, 17 April 2022 - 19:30 WIB
Pada saat Islam datang dan Umar menjadi tokoh besar dalam mendakwahkan ajaran itu, perempuan justru kurang berminat dengan dirinya. Umar dianggap terlalu galak, jarang senyum, dan pelit. Foto/Ilustrasi: art station
Pada saat remaja, Umar bin Khattab adalah idaman kaum perempuan. Sebagai lelaki perkasa, juara gulat dan pacuan kuda, berdekatan dengan Umar, syukur-syukur dinikahinya menjadi impian mereka. Hanya saja, pada saat Islam datang dan Umar menjadi tokoh besar dalam mendakwahkan ajaran itu, perempuan justru kurang berminat dengan dirinya. Umar dianggap terlalu galak, jarang senyum, dan pelit.



Pria pada zaman itu sudah biasa memiliki istri banyak dengan harapan mendapat banyak anak. Begitu juga Umar bin Khattab. Begitu masa mudanya mencapai kematangan, ia terdorong ingin menikah. Dalam hidupnya, Umar tercatat mengawini sembilan perempuan yang kemudian memberikan keturunan dua belas anak, delapan laki-laki dan empat perempuan.

Dari perkawinannya dengan Zainab putri Maz'un lahir Abdur-Rahman dan Hafsah; dengan Umm Kulsum putri Ali bin Abi Thalib lahir Zaid yang lebih tua (senior) dan Ruqayyah; dengan Ummu Kulsum binti Jarul bin Malik lahir Zaid yang lebih muda (junior) dan Ubaidillah.

Islam telah memisahkan Umar dengan Ummu Kulsum putri Jarul. Ia kawin lagi dengan Jamilah binti Sabit bin Abi al-Aflah maka lahir Asim. Nama Jamilah yang tadinya Asiyah, oleh Nabi diganti: Sebenarnya engkau Jamilah, kata Nabi.



Perkawinannya dengan Umm Hakam putri al-Haris bin Hisyam bin al-Mugirah melahirkan Fatimah. Dari perkawinannya dengan Atikah binti Zaid bin Amr lahir Iyad. Luhayyah, hamba sahaya ibu Abdur-Rahman anaknya yang menengah.

Dari Fukaihah yang juga hamba sahaya yang telah melahirkan Zaid, anaknya yang bungsu.

Kalangan sejarawan masih berbeda pendapat mengenai nama ibu Abdur-Rahman junior, ibunya seorang juga seorang hamba sahaya. Kalangan sejarawan masih berbeda pendapat mengenai nama ibunya itu.



Dianggap Jutek

Muhammad Husain Haekal dalam bukunya berjudul "Umar bin Khattab" memaparkan Umar kawin dengan empat perempuan di Mekkah, dan yang perempuan kelima setelah hijrah ke Madinah. Akan tetapi ia tidak sampai mengumpulkan mereka di rumahnya. Sebelumnya telah disebut Islam telah memisahkan Umar dari Umm Kulsum binti Jarul, dan perempuan-perempuan yang lain diceraikannya.

Mereka yang diceraikan itu Umm Hakam binti al-Haris bin Hisyam dan Jamilah yang telah melahirkan Asim. Menurut Haekal, kalau Umar masih akan berumur panjang niscaya ia masih akan kawin lagi selain kesembilan perempuan itu.

Prediksi Haekal itu terkait dengan peristiwa yang terjadi sebelum Umar wafat. Umar sempat melamar Umm Kulsum putri Abu Bakar sewaktu masih gadis kecil, sementara ia sudah memegang pimpinan umat. Ia memintanya kepada Aisyah saudaranya, Aisyah Ummul mukminin menanyakan adiknya itu, tetapi Umm Kulsum menolak dengan mengatakan bahwa Umar hidupnya kasar dan sangat keras terhadap perempuan.

Bukan itu saja. Umar juga sempat melamar Umm Aban binti Utbah bin Rabi'ah, yang juga menolak dengan mengatakan bahwa dia kikir, keluar masuk rumah dengan muka merengut.

Menurut Haekal, apa yang dikatakan Umm Kulsum binti Abu Bakar tentang wataknya yang keras dan kasar, dan apa yang dikatakan Umm Aban bahwa ia selalu bermuka masam dan hidupnya yang serba keras, merupakan sebagian dari wataknya yang sejak masa mudanya, dan kemudian tetap begitu dalam perjalanan hidup selanjutnya.

Sesudah menjadi khalifah, maka dalam doa pertamanya ia berkata: "Allahumma ya Allah, aku sungguh tegar, maka lunakkanlah hatiku. Ya Allah, aku ini lemah, berilah aku kekuatan. Ya Allah aku sungguh kikir jadikanlah aku orang pemurah."



Sabar Terhadap Istri

Hanya saja, dalam banyak kisah Umar bin Khattab justru digambarkan sebagai lelaki yang lembut. Bahkan jika istrinya marah, ia lebih banyak diam.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
cover top ayah
هَلۡ اَتٰى عَلَى الۡاِنۡسَانِ حِيۡنٌ مِّنَ الدَّهۡرِ لَمۡ يَكُنۡ شَيۡـٴً۬ـا مَّذۡكُوۡرًا (١) اِنَّا خَلَقۡنَا الۡاِنۡسَانَ مِنۡ نُّطۡفَةٍ اَمۡشَاجٍۖ نَّبۡتَلِيۡهِ فَجَعَلۡنٰهُ سَمِيۡعًۢا بَصِيۡرًا (٢) اِنَّا هَدَيۡنٰهُ السَّبِيۡلَ اِمَّا شَاكِرًا وَّاِمَّا كَفُوۡرًا‏ (٣)
Bukankah pernah datang kepada manusia waktu dari masa, yang ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut? Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya dengan perintah dan larangan, karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat. Sungguh, Kami telah menunjukkan kepadanya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kufur.

(QS. Al-Insan Ayat 1-3)
cover bottom ayah
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More