TGB: Pahami Al-Qur'an Secara Utuh, Jangan Lepaskan Teks dari Konteks
Sabtu, 23 April 2022 - 22:51 WIB
YOGYAKARTA - Ketua Organisasi Internasional Alumni Al Azhar (OIAA) Cabang Indonesia TGB HM Zainul Majdi mengingatkan umat muslim agar memahami Al-Qur'an secara utuh. Salah satu caranya, jangan melepaskan teks dari konteks.
"Pahami Al-Qur'an, jangan lepaskan teks dengan konteks," kata TGB saat mengisi pengajian Ramadhan di Kampus Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta, Sabtu (23/4/2022).
Doktor Ahli Tafsir Al-Qur'an ini mengemukakan, melepaskan ayat Al-Qur'an dari konteks akan mendapatkan pemahaman yang diametral. Memicu pertentangan di tengah umat.
"Itu tak hanya terjadi dalam masa sekarang. Itu sudah ada sejak zaman sahabat Nabi, para sahabat memiliki pendapat masing-masing," jelasnya seperti dikutip dari iNews.
Gubernur NTB periode 2008-2018 ini mengisahkan seperti pemahaman tentang minuman keras. Di masa sahabat ada salah paham, ada yang berpendapat selama beriman dan beramal saleh boleh.
"Ini hanya baca teks. Lupa sebab ayat itu turun dan seperti apa ceritanya," paparnya.
Saat ayat mengharamkan miras turun, masyarakat Arab kemudian bertanya, lalu bagaimana nasib leluhur mereka yang minum miras hingga meninggal.
"Saat itu sebelum ayat larangan minuman keras turun tidak masalah. Inilah pentingnya paham teks sesuai konteks," terangnya.
Membaca Al-Qur'an harus dengan teks dan konteks. Di dalamnya ada yang bicara ibadah, akidah, dan muamalah. Agar memahami secara benar, pahamilah ayat sesuai konteks.
"Ada ayat yang berbicara akidah, ada pula berbicara muamalah. Mana yang muamalah jangan diakidahkan, sebaliknya yang akidah jangan dimuamalahkan," pungkasnya.
"Pahami Al-Qur'an, jangan lepaskan teks dengan konteks," kata TGB saat mengisi pengajian Ramadhan di Kampus Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta, Sabtu (23/4/2022).
Doktor Ahli Tafsir Al-Qur'an ini mengemukakan, melepaskan ayat Al-Qur'an dari konteks akan mendapatkan pemahaman yang diametral. Memicu pertentangan di tengah umat.
"Itu tak hanya terjadi dalam masa sekarang. Itu sudah ada sejak zaman sahabat Nabi, para sahabat memiliki pendapat masing-masing," jelasnya seperti dikutip dari iNews.
Gubernur NTB periode 2008-2018 ini mengisahkan seperti pemahaman tentang minuman keras. Di masa sahabat ada salah paham, ada yang berpendapat selama beriman dan beramal saleh boleh.
"Ini hanya baca teks. Lupa sebab ayat itu turun dan seperti apa ceritanya," paparnya.
Saat ayat mengharamkan miras turun, masyarakat Arab kemudian bertanya, lalu bagaimana nasib leluhur mereka yang minum miras hingga meninggal.
"Saat itu sebelum ayat larangan minuman keras turun tidak masalah. Inilah pentingnya paham teks sesuai konteks," terangnya.
Membaca Al-Qur'an harus dengan teks dan konteks. Di dalamnya ada yang bicara ibadah, akidah, dan muamalah. Agar memahami secara benar, pahamilah ayat sesuai konteks.
"Ada ayat yang berbicara akidah, ada pula berbicara muamalah. Mana yang muamalah jangan diakidahkan, sebaliknya yang akidah jangan dimuamalahkan," pungkasnya.
(rhs)
Lihat Juga :