Kisah Laki-laki Selamat di Alam Kubur Berkat Puasa Sunnah Syawal
Rabu, 11 Mei 2022 - 17:15 WIB
Puasa enam hari di bulan Syawal memiliki keutamaan sebagaimana disebut Baginda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Puasa Syawal memang hukumnya sunnah, namun fadilahnya dapat menyelamatkan seseorang dari siksa kubur.
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
من صام رمضانَ ثمّ أتْبَعَهُ سِتّا من شوّال كان كصيام الدّهر
Aryinya: "Barang siapa puasa Ramadhan kemudian diikuti dengan puasa enam hari di bulan Syawal, maka seperti puasa satu tahun." (HR Muslim)
Puasa ini boleh dikerjakan sekaligus 6 hari atau dilakukan secara terpisah. Boleh juga dikerjakan di awal, pertengahan atau di akhir bulan Syawal. Namun yang lebih utama dilakukan segera setelah Hari raya Idul Fitri.
Berikut kisah seorang laki-laki selamat dari siksa kubur berkat amalan puasa Ramadhan dan puasa sunnah Syawal.
حُكِيَ أنَّ سُفْيَانَ الثَّوْرِيَّ رضي الله تعالى عنه قال: أَقَمْتُ بمَكَّةَ ثَلاَثَ سِنِيْنَ، وكان رَجُلٌ مِنْ أَهْلِها يَأْتِي كُلَّ يَوْمٍ عِنْدَ الظَّهِيْرَةِ إلى الْمَسْجدِ فيَطُوْفُ ويُصَلِّي رَكْعَتَيْنِ، ثُمَّ يُسَلِّمُ عَلَيَّ، ثم يَرْجِعُ إلى بَيْتِه، فحَصَلَ لي به أُلْفَةٌ ومَحَبَّةٌ فصِرْتُ أَتَرَدَّدُ إلَيْه فحَصَلَ له مَرَضٌ فدَعَاني، وقال لي: إذا مُتُّ، فغَسِّلْني بنَفْسكَ وصَلِّ عَلَيَّ وَادْفِنِّي ولا تَتْرُكْني تِلْكَ اللَّيْلَةَ وَحِيدًا في قَبْرِي ولَقِّنِي التَّوْحِيْدَ عِنْدَ سُؤَالِ مُنْكَرٍ ونَكِيْرٍ، فضَمِنْتُ له ذلك فلَمَّا مَاتَ، فَعَلْتُ ما أَمَرَني به، وبِتُّ عِنْدَ قَبْرِه، فبَيْنَمَا أنَا بَيْنَ النَّائِمِ والْيَقْظَانِ، سَمِعْتُ هاتِفًا مِنْ فَوْقي، يُنَادِي: يَا سُفْيَانُ، لا حَاجَةَ لَهُ إلى تَلْقِيْنكَ ولا إلى أُنْسِكَ لأنَّا آنَسْنَاهُ، ولَقَّنَّاهُ، فقُلْتُ: بمَاذا؟ فقِيْلَ: بصِيَامِه شَهْرَ رَمَضانَ وَاتِّبَاعِه بستَّةٍ مِنْ شَوَّالٍ فاسْتَيْقَظْتُ، فلَمْ أَرَ أَحَدًا، فتَوَضَّأْتُ وصَلَّيْتُ حتّى نِمْتُ فرَأَيْتُ مِثْلَ الأَوَّلِ، وهكذَا ثَلاَثَ مَرَّاتٍ، فعَرَفْتُ أنَّه مِنْ الرَّحْمَنِ لا مِن الشَّيْطَانِ فانْصَرَفْتُ عَنْ قَبْرِه وقُلْتُ: اَللَّهُمَّ وَفِّقْني لِصِيَامِ ذَلِكَ بمَنِّكَ وكَرَمِكَ
كتاب النوادر القليوبي ص ١٤
"Diceritakan dari Sufyan Al-Tsauri radhiyallahu 'angu, Beliau berkata: " Aku bermuqim di Mekkah selama tiga tahun. Ada seorang laki-laki penduduk Makkah yang setiap hari datang ke Masjid pada waktu siang hari.
Ia thawaf dan sholat dua rokaat kemudian salam kepadaku lalu pulang ke rumahnya. Terjalinlah keakraban dan kasih sayang antara aku dengannya, maka akupun sering pergi ke tempatnya. Pada suatu hari ia sakit dan memanggilku lalu berkata kepadaku: "Jika aku meninggal, mandikanlah aku dengan tanganmu sendiri, dan sholatkanlah aku, kuburkanlah aku dan jangan kau tinggalkan aku sendirian pada malam itu dalam kuburku, lalu talqinlah aku ketika ditanyai Malaikat Munkar dan Nakir".
Maka aku (Sufyan) pun menyanggupinya. Dan ketika ia meninggal, aku laksanakan apa yang ia perintahkan kepadaku dan akupun bermalam di kuburannya. Lalu di antara keadaan tidur dan sadar (setengah sadar) aku mendengar suara tanpa rupa dari atasku yang mengatakan: "Wahai Sufyan, tidak dibutuhkan penjagaan, talqin, dan perhatian kasih sayangmu, karena Aku sudah memperhatikan dan menalqinnya."
Lalu Sufyan bertanya: "Dengan apa? Maka dijawab: "Dengan puasanya pada bulan Ramadhan lalu diringi puasa enam hari pada bulan Syawal. Lalu aku terbangun dan tidak melihat siapapun."
"Lalu aku pun segera berwudhu dan sholat sampai aku tertidur. Dan di dalam tidur aku melihat kejadian serupa (mendengar suara tanpa rupa) dan itu terjadi sampai tiga kali. Maka aku pun tau bahwa suara tanpa rupa itu datangnya dari Allah Al-Rohman, bukan dari setan.'
Kemudian aku pun pergi meninggalkan kuburannya dan berdoa: "Yaa Allah berilah aku taufiq-Mu untuk bisa mengerjakan puasa tersebut dengan anugrah-Mu dan kemurahan-Mu."
Referensi:
Kitab Al-Nawadir Al-Qulyubi Hal 14
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
من صام رمضانَ ثمّ أتْبَعَهُ سِتّا من شوّال كان كصيام الدّهر
Aryinya: "Barang siapa puasa Ramadhan kemudian diikuti dengan puasa enam hari di bulan Syawal, maka seperti puasa satu tahun." (HR Muslim)
Puasa ini boleh dikerjakan sekaligus 6 hari atau dilakukan secara terpisah. Boleh juga dikerjakan di awal, pertengahan atau di akhir bulan Syawal. Namun yang lebih utama dilakukan segera setelah Hari raya Idul Fitri.
Berikut kisah seorang laki-laki selamat dari siksa kubur berkat amalan puasa Ramadhan dan puasa sunnah Syawal.
حُكِيَ أنَّ سُفْيَانَ الثَّوْرِيَّ رضي الله تعالى عنه قال: أَقَمْتُ بمَكَّةَ ثَلاَثَ سِنِيْنَ، وكان رَجُلٌ مِنْ أَهْلِها يَأْتِي كُلَّ يَوْمٍ عِنْدَ الظَّهِيْرَةِ إلى الْمَسْجدِ فيَطُوْفُ ويُصَلِّي رَكْعَتَيْنِ، ثُمَّ يُسَلِّمُ عَلَيَّ، ثم يَرْجِعُ إلى بَيْتِه، فحَصَلَ لي به أُلْفَةٌ ومَحَبَّةٌ فصِرْتُ أَتَرَدَّدُ إلَيْه فحَصَلَ له مَرَضٌ فدَعَاني، وقال لي: إذا مُتُّ، فغَسِّلْني بنَفْسكَ وصَلِّ عَلَيَّ وَادْفِنِّي ولا تَتْرُكْني تِلْكَ اللَّيْلَةَ وَحِيدًا في قَبْرِي ولَقِّنِي التَّوْحِيْدَ عِنْدَ سُؤَالِ مُنْكَرٍ ونَكِيْرٍ، فضَمِنْتُ له ذلك فلَمَّا مَاتَ، فَعَلْتُ ما أَمَرَني به، وبِتُّ عِنْدَ قَبْرِه، فبَيْنَمَا أنَا بَيْنَ النَّائِمِ والْيَقْظَانِ، سَمِعْتُ هاتِفًا مِنْ فَوْقي، يُنَادِي: يَا سُفْيَانُ، لا حَاجَةَ لَهُ إلى تَلْقِيْنكَ ولا إلى أُنْسِكَ لأنَّا آنَسْنَاهُ، ولَقَّنَّاهُ، فقُلْتُ: بمَاذا؟ فقِيْلَ: بصِيَامِه شَهْرَ رَمَضانَ وَاتِّبَاعِه بستَّةٍ مِنْ شَوَّالٍ فاسْتَيْقَظْتُ، فلَمْ أَرَ أَحَدًا، فتَوَضَّأْتُ وصَلَّيْتُ حتّى نِمْتُ فرَأَيْتُ مِثْلَ الأَوَّلِ، وهكذَا ثَلاَثَ مَرَّاتٍ، فعَرَفْتُ أنَّه مِنْ الرَّحْمَنِ لا مِن الشَّيْطَانِ فانْصَرَفْتُ عَنْ قَبْرِه وقُلْتُ: اَللَّهُمَّ وَفِّقْني لِصِيَامِ ذَلِكَ بمَنِّكَ وكَرَمِكَ
كتاب النوادر القليوبي ص ١٤
"Diceritakan dari Sufyan Al-Tsauri radhiyallahu 'angu, Beliau berkata: " Aku bermuqim di Mekkah selama tiga tahun. Ada seorang laki-laki penduduk Makkah yang setiap hari datang ke Masjid pada waktu siang hari.
Ia thawaf dan sholat dua rokaat kemudian salam kepadaku lalu pulang ke rumahnya. Terjalinlah keakraban dan kasih sayang antara aku dengannya, maka akupun sering pergi ke tempatnya. Pada suatu hari ia sakit dan memanggilku lalu berkata kepadaku: "Jika aku meninggal, mandikanlah aku dengan tanganmu sendiri, dan sholatkanlah aku, kuburkanlah aku dan jangan kau tinggalkan aku sendirian pada malam itu dalam kuburku, lalu talqinlah aku ketika ditanyai Malaikat Munkar dan Nakir".
Maka aku (Sufyan) pun menyanggupinya. Dan ketika ia meninggal, aku laksanakan apa yang ia perintahkan kepadaku dan akupun bermalam di kuburannya. Lalu di antara keadaan tidur dan sadar (setengah sadar) aku mendengar suara tanpa rupa dari atasku yang mengatakan: "Wahai Sufyan, tidak dibutuhkan penjagaan, talqin, dan perhatian kasih sayangmu, karena Aku sudah memperhatikan dan menalqinnya."
Lalu Sufyan bertanya: "Dengan apa? Maka dijawab: "Dengan puasanya pada bulan Ramadhan lalu diringi puasa enam hari pada bulan Syawal. Lalu aku terbangun dan tidak melihat siapapun."
"Lalu aku pun segera berwudhu dan sholat sampai aku tertidur. Dan di dalam tidur aku melihat kejadian serupa (mendengar suara tanpa rupa) dan itu terjadi sampai tiga kali. Maka aku pun tau bahwa suara tanpa rupa itu datangnya dari Allah Al-Rohman, bukan dari setan.'
Kemudian aku pun pergi meninggalkan kuburannya dan berdoa: "Yaa Allah berilah aku taufiq-Mu untuk bisa mengerjakan puasa tersebut dengan anugrah-Mu dan kemurahan-Mu."
Referensi:
Kitab Al-Nawadir Al-Qulyubi Hal 14
(rhs)
Lihat Juga :