Kritik Gus Baha kepada Mereka yang Minta Didoakan Haji Mabrur
Sabtu, 28 Mei 2022 - 10:40 WIB
Musim Haji telah tiba. Tahun ini otoritas Arab Saudi membuka penyelenggaraan ibadah Haji sebanyak 1 juta jemaah. Ulama ahli tafsir Al-Qur'an Gus Baha menyampaikan kiritik kepada mereka yang minta didoakan jadi Haji mabrur.
Untuk diketahui, tahun ini Indonesia kebagian jatah 100.051 jemaah Haji. Kemenag merilis jumlah kuotanya terdiri atas 92.825 haji regular dan 7.226 haji khusus. Jemaah mulai masuk asrama haji pada 3 Juni dan pemberangkatan kloter pertama insya Allah dimulai 4 Juni 2022.
Haji merupakan rukun Islam kelima bagi siapapun yang mampu melaksanakannya. Bagi calon jemaah haji, tentu hal yang paling diharapkan adalah kemabruran hajinya. Tak ayal, mereka seringkali meminta doa kepada para kiyai agar hajat dan harapannya itu dapat terkabul.
Dilansir dari NU Online, Gus Baha menceritakan sering menerima kedatangan orang-orang yang meminta doa agar hajinya mabrur. Ulama bernama KH Bahauddin Nursalim itu menekankan hal paling penting sebenarnya pengetahuan tentang haji ketimbang doa kemabruran hajinya.
Setiap kali kedatangan tamu seperti itu, Gus Baha bertanya lebih dulu, apakah mereka sudah memahami syarat dan rukun haji. Kalau belum, ia akan meminta mereka belajar.
Sowan, katanya, mestinya bukan sekadar meminta doa, tetapi diniati juga untuk menggali pengetahuan. "Kiyai, saya mau haji, syarat rukunnya apa? Kan saya bisa menerangkan," katanya.
Hal-hal pokok demikian, seperti juga syarat rukun tawaf, sa'i, pengertian miqat, dan sebagainya itu mestinya didahulukan. Meskipun bukan berarti tidak perlu menerangkan hal-hal sunahnya.
Lebih lanjut Gus Baha menganalogikan doa haji mabrur bagi orang yang belum berpengetahuan haji itu sama dengan mendoakan selamat orang yang belum bisa naik motor. "Orang yang minta didoakan jadi haji mabrur itu seperti orang yang gak bisa mengendarai sepeda motor tapi minta didoakan selamat," katanya.
Jadi, menurut Gus Baha, keselamatan itu bisa diperoleh jika orang tersebut sudah bisa mengendarai motor. Haji juga demikian. Bisa mabrur dengan memahami berbagai syarat dan rukunnya. "Hajinya gak bisa kok minta didoakan selamat," ujarnya.
Permintaan doa juga sampai ketika Gus Baha berada di Makkah. Santri-santri Pondok Pesantren Sarang, Rembang juga pernah memintanya berdoa saat berada di Multazam. Gus Baha dengan tegas menolak, "Moh (gak mau)!"
Gus Baha yang juga pengajar di pondok tersebut meminta balik kepada mereka untuk mengaji lebih dulu. Setelahnya, baru ia akan berdoa untuk mereka jika ingat. Kalau tidak, ia nggak berdoa. "Ngaji dulu. Setelah ngaji, saya doakan kalau ingat. Kalau nggak yaudah."
Akhirnya, mereka pun mengaji kitab Sahih Al-Bukhori kepada Gus Baha di lantai 3 jam 2 malam hingga Subuh. Barulah setelah itu, kiyai yang kerap memaki peci hitam dan kemeja putih itu berdoa kepada Allah untuk mereka.
Doa yang beliau panjatkan bukan soal haji atau keinginan mereka yang mungkin belum terwujudkan. Tetapi, Gus Baha berdoa agar mereka, para santri tersebut, dapat bermanfaat untuk umat Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam dan mau mengajarkan ilmunya.
"Gusti... semoga anak-anak ini ada manfaatnya bagi umat Rasulullah. Mau mengajar bukan keduniawian," harapnya kemudian diamini mereka.
Untuk diketahui, tahun ini Indonesia kebagian jatah 100.051 jemaah Haji. Kemenag merilis jumlah kuotanya terdiri atas 92.825 haji regular dan 7.226 haji khusus. Jemaah mulai masuk asrama haji pada 3 Juni dan pemberangkatan kloter pertama insya Allah dimulai 4 Juni 2022.
Haji merupakan rukun Islam kelima bagi siapapun yang mampu melaksanakannya. Bagi calon jemaah haji, tentu hal yang paling diharapkan adalah kemabruran hajinya. Tak ayal, mereka seringkali meminta doa kepada para kiyai agar hajat dan harapannya itu dapat terkabul.
Dilansir dari NU Online, Gus Baha menceritakan sering menerima kedatangan orang-orang yang meminta doa agar hajinya mabrur. Ulama bernama KH Bahauddin Nursalim itu menekankan hal paling penting sebenarnya pengetahuan tentang haji ketimbang doa kemabruran hajinya.
Setiap kali kedatangan tamu seperti itu, Gus Baha bertanya lebih dulu, apakah mereka sudah memahami syarat dan rukun haji. Kalau belum, ia akan meminta mereka belajar.
Sowan, katanya, mestinya bukan sekadar meminta doa, tetapi diniati juga untuk menggali pengetahuan. "Kiyai, saya mau haji, syarat rukunnya apa? Kan saya bisa menerangkan," katanya.
Hal-hal pokok demikian, seperti juga syarat rukun tawaf, sa'i, pengertian miqat, dan sebagainya itu mestinya didahulukan. Meskipun bukan berarti tidak perlu menerangkan hal-hal sunahnya.
Lebih lanjut Gus Baha menganalogikan doa haji mabrur bagi orang yang belum berpengetahuan haji itu sama dengan mendoakan selamat orang yang belum bisa naik motor. "Orang yang minta didoakan jadi haji mabrur itu seperti orang yang gak bisa mengendarai sepeda motor tapi minta didoakan selamat," katanya.
Jadi, menurut Gus Baha, keselamatan itu bisa diperoleh jika orang tersebut sudah bisa mengendarai motor. Haji juga demikian. Bisa mabrur dengan memahami berbagai syarat dan rukunnya. "Hajinya gak bisa kok minta didoakan selamat," ujarnya.
Permintaan doa juga sampai ketika Gus Baha berada di Makkah. Santri-santri Pondok Pesantren Sarang, Rembang juga pernah memintanya berdoa saat berada di Multazam. Gus Baha dengan tegas menolak, "Moh (gak mau)!"
Gus Baha yang juga pengajar di pondok tersebut meminta balik kepada mereka untuk mengaji lebih dulu. Setelahnya, baru ia akan berdoa untuk mereka jika ingat. Kalau tidak, ia nggak berdoa. "Ngaji dulu. Setelah ngaji, saya doakan kalau ingat. Kalau nggak yaudah."
Akhirnya, mereka pun mengaji kitab Sahih Al-Bukhori kepada Gus Baha di lantai 3 jam 2 malam hingga Subuh. Barulah setelah itu, kiyai yang kerap memaki peci hitam dan kemeja putih itu berdoa kepada Allah untuk mereka.
Doa yang beliau panjatkan bukan soal haji atau keinginan mereka yang mungkin belum terwujudkan. Tetapi, Gus Baha berdoa agar mereka, para santri tersebut, dapat bermanfaat untuk umat Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam dan mau mengajarkan ilmunya.
"Gusti... semoga anak-anak ini ada manfaatnya bagi umat Rasulullah. Mau mengajar bukan keduniawian," harapnya kemudian diamini mereka.
(rhs)