3 Tahapan Memperbaiki Diri, Nomor Terakhir Lingkungan Pergaulan Ikut Menentukan

Rabu, 20 Juli 2022 - 17:36 WIB
Salah satu tahapan untuk memperbaiki diri dalam Islam adalah tempat bergaul, bila memilih teman yang tepat dan mendukung maka proses perbaikan diri akan berjalan dengan baik. Foto ilustrasi/ist
Dalam Islam, ada beberapa cara untuk memperbaiki hidup . Cara tersebut sebagai bentuk ikhtiar kita untuk kehidupan yang lebih baik. Sebab Allah Ta’ala juga tidak akan mengubah kondisi hamba-Nya hingga ia berusaha mengubah dirinya sendiri. Oleh sebab itu, selagi masih diberikan kesempatan hidup di dunia maka cepat-cepatlah memperbaiki diri sebelum semua terlambat.

Dalam Al-Qur'an Allah Ta'ala berfirman :

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.” (QS.ar-Ra’d:11)



Menurut Ustaz Fadly Gugul S.Ag, dai dari lembaga bimbingan islam ini, ada beberapa tahapan untuk memperbaiki hidup seorang muslim tersebut, agar menjadi lebih baik. Tahapan itu antara lain:



1. Belajar ilmu syar’i setahap demi setahap

Islam adalah agama sempurna yang dibangun di atas dua pondasi kokoh, yaitu ilmu dan amal. Amal akan rusak bila tidak disertai dengan ilmu. Amal tanpa ilmu ibarat membangun istana di atas air. Ilmu tanpa amal ibarat pohon tanpa buah. Semuanya buruk dan menimbulkan kerusakan. Untuk itulah Allah subhanahu wa ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam mendorong umat Islam untuk menuntut ilmu kemudian dengan ilmu itu dia beramal.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَكَفَى بِاللَّهِ شَهِيدًا


“Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi” (QS. Al-Fath, 28).

Tatkala menafsirkan ayat ini, Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata,

أَيْ: بِالْعِلْمِ النَّافِعِ وَالْعَمَلِ الصَّالِحِ فَإِنَّ الشَّرِيْعَةَ تَشْتَمِلُ عَلَى شَيْئَيْنِ: عِلْمٌ وَعَمَلٌ فَالْعِلْمُ الشَّرْعِيُّ صَحِيْحٌ وَالْعَمَلُ الشَّرْعِيُّ مَقْبُوْلٌ


“Maksudnya, dengan ilmu yang bermanfaat dan amal yang shalih. Sebab, syari’at itu mencakup dua hal: ilmu dan amal. Ilmu yang sesuai dengan syari’at adalah ilmu yang benar dan amal yang sesuai dengan syari’at adalah amal yang diterima” (Tafsir Ibnu Katsir, 7/360).

Karena kedudukan ilmu inilah, maka wajib bagi seseorang yang akan beramal dan beribadah kepada Allah harus disertai dengan ilmu tentangnya agar bisa diterima ibadahnya. Mengingat tujuan diciptakannya manusia adalah agar beribadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala, sementara ibadah tidak akan diterima kecuali didasari dengan ilmu (petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam), maka tidak ada alasan baginya untuk tidak menuntut ilmu.

2. Takut kepada Allah Ta’ala

Para ulama mempunyai khasyyah (rasa takut) yang tinggi kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan ini tidak dimiliki oleh selainnya. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ


“Sesungguhnya yang takut kepada Allah dari kalangan para hamba-Nya hanyalah para ulama” (QS. Fatir, 28).

Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
cover top ayah
قُلۡ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌ‌ (١) اَللّٰهُ الصَّمَدُ‌ (٢) لَمۡ يَلِدۡ ۙ وَلَمۡ يُوۡلَدۡ (٣) وَلَمۡ يَكُنۡ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ (٤)
Katakanlah (Muhammad), Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah tempat meminta segala sesuatu. Allah tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.

(QS. Al-Ikhlas)
cover bottom ayah
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More