Banyak yang Bernama Kurdi, Bukti Ulama Kurdistan Berperan Sebarkan Islam di Indonesia?
Senin, 15 Agustus 2022 - 10:34 WIB
Martin van Bruinessen mengatakan selain para pedagang Arab dan China, penyebaran Islam ke Nusantara atau Indonesia dilakukan ulama Kurdi dari Turki. Dia menyampaikan setidaknya 4 data untuk memperkuat pernyataanya itu. Salah satunya, banyak orang Indonesia bernama Kurdi.
Dalam buku berjudul "Islam dan Transformasi Masyarakat Nusantara" karya Moeflich Hasbullah disebutkan berdasarkan tempat, kalangan sejarawan membagi masuknya Agama Tauhid ini ke Indonesia dalam lima teori yakni teori Arab, China, Persia, India, dan Turki. Pada artikel ini kali kita ulas teori Turki.
Teori ini diajukan Martin van Bruinessen. Dia adalah antropolog, orientalis, dan pengarang Belanda, yang telah menerbitkan sejumlah tulisan berkaitan dengan orang Kurdi, Turki, Indonesia, Iran, Zaza, dan juga Islam.
Pada tahun 1981, Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde (KITLV) memberi beasiswa kepada Bruinessen sebagai peneliti muda tentang Islam di Indonesia. Martin juga sempat menjadi dosen tamu untuk mengajar sosiologi agama di IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan konsultan metode penelitian di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Pria kelahiran 10 Juli 1946 ini mengajar bahasa Kurdi dan Turki di Universitas Utrecht sejak tahun 1994. Dia juga menulis dan meneliti beberapa masalah mengenai penyebaran Islam di Indonesia.
Dalam dua tulisannya, urai Moeflich Hasbullah, Bruinessen mengungkapkan bahwa selain oleh orang Arab dan China, Indonesia juga diislamkan oleh orang-orang Kurdi dari Turki. Bruinessen mencatat sejumlah data:
Pertama, betapa banyak ulama-ulama Kurdi yang berperan mengajarkan Islam di Nusantara dan kitab-kitab karangan ulama Kurdi menjadi sumber-sumber yang berpengaruh luas.
Kitab Tanwir al-Qulub karangan Muhammad Amin al-Kurdi populer di kalangan Tarekat Nagsyabandi di Indonesia. Muhammad Amin adalah seorang ulama Kurdistan.
Kedua, di antara ulama di Madinah yang mengajar ulama-ulama Indonesia Tarekat Syattariyah yang kemudian dibawa ke Nusantara adalah Ibrahim al-Kurani.
Ibrahim al-Kurani yang banyak muridnya orang Indonesia itu adalah ulama Kurdi.
Ketiga, tradisi barzanji populer di Indonesia dibacakan setiap Maulid Nabi pada 12 Rabi'ul Awal, saat akikah, syukuran, dan tradisi-tradisi lainnya. Tidak banyak diketahui bahwa Barzanji, kata Bruinessen, adalah nama keluarga ulama berpengaruh dan syekh tarekat di Kurdistan.
Keempat, Bruinessen juga kaget, “kurdi” adalah istilah dan nama yang sangat populer di Indonesia: Haji Kurdi, Jalan Kurdi, Gang Kurdi, dan seterusnya.
Berdasarkan fakta-fakta ini, cukup beralasan bila Bruinessen berkesimpulan bahwa orang-orang Kurdi (Kurdistan, Turki) juga menggoreskan peranannya dalam penyebaran Islam di Indonesia.
Dalam buku berjudul "Islam dan Transformasi Masyarakat Nusantara" karya Moeflich Hasbullah disebutkan berdasarkan tempat, kalangan sejarawan membagi masuknya Agama Tauhid ini ke Indonesia dalam lima teori yakni teori Arab, China, Persia, India, dan Turki. Pada artikel ini kali kita ulas teori Turki.
Teori ini diajukan Martin van Bruinessen. Dia adalah antropolog, orientalis, dan pengarang Belanda, yang telah menerbitkan sejumlah tulisan berkaitan dengan orang Kurdi, Turki, Indonesia, Iran, Zaza, dan juga Islam.
Pada tahun 1981, Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde (KITLV) memberi beasiswa kepada Bruinessen sebagai peneliti muda tentang Islam di Indonesia. Martin juga sempat menjadi dosen tamu untuk mengajar sosiologi agama di IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan konsultan metode penelitian di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Pria kelahiran 10 Juli 1946 ini mengajar bahasa Kurdi dan Turki di Universitas Utrecht sejak tahun 1994. Dia juga menulis dan meneliti beberapa masalah mengenai penyebaran Islam di Indonesia.
Dalam dua tulisannya, urai Moeflich Hasbullah, Bruinessen mengungkapkan bahwa selain oleh orang Arab dan China, Indonesia juga diislamkan oleh orang-orang Kurdi dari Turki. Bruinessen mencatat sejumlah data:
Pertama, betapa banyak ulama-ulama Kurdi yang berperan mengajarkan Islam di Nusantara dan kitab-kitab karangan ulama Kurdi menjadi sumber-sumber yang berpengaruh luas.
Kitab Tanwir al-Qulub karangan Muhammad Amin al-Kurdi populer di kalangan Tarekat Nagsyabandi di Indonesia. Muhammad Amin adalah seorang ulama Kurdistan.
Kedua, di antara ulama di Madinah yang mengajar ulama-ulama Indonesia Tarekat Syattariyah yang kemudian dibawa ke Nusantara adalah Ibrahim al-Kurani.
Ibrahim al-Kurani yang banyak muridnya orang Indonesia itu adalah ulama Kurdi.
Ketiga, tradisi barzanji populer di Indonesia dibacakan setiap Maulid Nabi pada 12 Rabi'ul Awal, saat akikah, syukuran, dan tradisi-tradisi lainnya. Tidak banyak diketahui bahwa Barzanji, kata Bruinessen, adalah nama keluarga ulama berpengaruh dan syekh tarekat di Kurdistan.
Keempat, Bruinessen juga kaget, “kurdi” adalah istilah dan nama yang sangat populer di Indonesia: Haji Kurdi, Jalan Kurdi, Gang Kurdi, dan seterusnya.
Berdasarkan fakta-fakta ini, cukup beralasan bila Bruinessen berkesimpulan bahwa orang-orang Kurdi (Kurdistan, Turki) juga menggoreskan peranannya dalam penyebaran Islam di Indonesia.
(mhy)