Keutamaan Berjihad bagi Perempuan, Mulai Berhaji hingga Taat Kepada Suami

Jum'at, 02 September 2022 - 15:19 WIB
Di luar medan perang melawan musuh, ada keutamaan berjihad bagi perempuan yakni yang disebutkan Rasulullah Shallalahualaihi wa Sallam, yakni jihadnya perempuan adalah berhaji. Foto ilustrasi/ist
Keutamaan berjihad bagi perempuan sangat banyak. Keutamaannya bisa ditemukan dalam hadis nabi dan literatur kitab-kitab ulama. Artinya, berjihad bagi perempuan juga memberikan pahala terbaik dan sangat besar bagi pelakunya.

Syaikh Yusuf Al 'Usairi dalam kitab yang sudah diterjemahkan berjudul' Muslimah Berjihad', dalam pengantar buku disebutkan bahwa tidak satu orang Islam pun yang tidak tergiur dengan besarnya pahala jihad, terutama melawan musuh di medan perang. Dan kalangan perempuan diperbolehkan berjihad dalam peperangan, misalnya, menjadi juru masak bagi laki-laki yang berperang atau berjihad .



Namun, pendapat jumhur atau kesepakatan dan ulama bahwa jihad dalam artian melawan musuh tidak ada kewajibannya bagi perempuan. Juga tidak disunahkan. Syaikh Yusuf Al 'Usairi menukil mazhab Imam Hanafi menegaskan bahwa tidak ada kewajiban jihad dalam arti melawan musuh di medan perang bagi anak belum dewasa dan perempuan, karena keduanya tidak pantas memikul beratnya. Pendapat sama juga ditegaskan oleh ketiga mazhab lainnya. Yakni mazhab Imam Maliki, Syafi'i, dan Hambali.

Menurut Syaikh Abdul Karim bin Abdillah Al Khudhair, bagi wanita tidak ada kewajiban jihad dalam artian khusus, yaitu jihad berperang melawan musuh. Namun, jihadnya wanita adalah (sebagaimana hadits).

“Bagi mereka (wanita) jihad yang tidak ada peperangan di dalamnya, yaitu haji dan umrah” (HR. Ibnu Majah).

Tapi, jika wanita mau ikut dalam terlibat peperangan membantu para mujahidin, seperti melakukan perawatan, memasak, memberi bantuan medis, atau yang lainnya, dibolehkan dengan catatan harus aman dari fitnah.

Hal ini terdapat dalam sebagian riwayat, antara lain dalam hadis Bukhari.

Hadis Rabi’ binti Mu’awwidz, radhiyallahu’anha :

“Kami (para wanita) dahulu (ikut berjihad) bersama Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam, kami memberi minum dan mengobati orang yang terluka dan mengurusi jenazah agar dipulangkan ke Madinah." (HR. Bukhari).

Namun sekali lagi, harus dengan syarat aman dari fitnah. Karena “mencegah keburukan lebih didahulukan daripada mencari keutamaan.

Di luar medan perang melawan musuh, ada keutamaan berjihad bagi perempuan yakni yang disebutkan Rasulullah Shallalahu'alaihi wa Sallam. Jihadnya perempuan adalah berhaji.



Hadis dari hadis Ummul Mu’minin AisyahRadhiyallahu’anha:

“Aku meminta izin kepada Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam untuk pergi berjihad, lalu beliau bersabda: ‘Jihad kalian (wanita) adalah haji." (HR. Bukhari).

Keutamaan berjihad yang lainnya dari kaum perempuan adalah mengurus rumah (dengan segala macam kesibukannya).

عَنْ أَنَسٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: جِئْنَ النِّسَاءُ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقُلْنَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، ذَهَبَ الرِّجَالُ بِالْفَضْلِ وَالْجِهَادِ فِي سَبِيلِ اللَّهِ تَعَالَى، فَمَا لَنَا عَمَلٌ نُدْرِكُ بِهِ عَمَلَ الْمُجَاهِدِينَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “مَنْ قَعَدَ -أَوْ كَلِمَةً نَحْوَهَا -مِنْكُنَّ فِي بَيْتِهَا فَإِنَّهَا تُدْرِكُ عَمَلَ الْمُجَاهِدِينَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ”


Anas bin Malik bercerita bahwa kaum wanita mendatangi Rasulullahshallallahu alaihi wa sallam:

“Wahai Rasulullah, kaum laki-laki memiliki keutamaan dengan jihad fisabilillah, lalu bagaimana kami mendapatkan nilai jihad fisabilillah?”Rasulullahshallallahu alaihi wa sallambersabda:“Siapa di antara kalian yang berdiam di rumahnya – atau yang seperti itu- maka itu setara dengan amalnya para mujahidin fisabilillah.”(Imam Ibnu Katsir).

Lalu disebutkan pula jihadnya perempuan adalah umrah dan haji, seperti yang telah disebutkan di atas.
Halaman :
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Hadits of The Day
Dari Abdullah bin Buraidah dari ayahnya dia berkata, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pernah mendengar seseorang mengucapkan: Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepada-Mu, bahwasanya Engkau adalah Allah Yang Maha Esa, yang bergantung pada-Nya segala sesuatu, yang tidak beranak dan tidak diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan-Nya. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Sungguh dia telah meminta kepada Allah dengan nama-Nya yang Agung, yang apabila diminta dengan menyebut-Nya, pasti akan diberi dan apabila berdoa dengan menyebut-Nya pasti akan dikabulkan.

(HR. Sunan Ibnu Majah No. 3847)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More