Inilah Keuntungan Orang Tua Memiliki Anak yang Saleh
Sabtu, 04 Juli 2020 - 16:13 WIB
Setelah Allah memberi karunia manusia berpasang-pasangan, yakni laki-laki dan perempuan disatukan dalam sebuah mahligai rumah tangga, maka Allah Ta’ala memberi rezeki yang lain kepada pasangan suami istri itu, yakni berupa anak. Selain sebagai rezeki dan karunia, anak juga merupakan amanah bagi orang tuanya.
Allah Ta’ala akan menguji orang tuanya, bagaimana cara mereka mendidik anak. Ternyata, meski dari kalangan keluarga muslim , masih banyak orang tua yang gagal mendidik anaknya seperti dikehendaki Allah. Jangankan memberi contoh agar anak tumbuh menjadi pribadi yang bertakwa, kebanyakan orang tua justru ikut mengarahkan anaknya di jalan yang sia-sia bahkan keliru, jauh dari syariat agama.
Masih banyak orang tua yang mementingkan perkembangan anak dari segi intelektual, fisik, dan ekonomi semata. Mereka mengabaikan perkembangan iman. Orang tua terkadang berani melakukan hal apapun yang penting kebutuhan pendidikan dunia anak-anaknya dapat terpenuhi. Materialistis diutamakan. (Baca juga : Tazkiyah Ruhiyah, Kunci Keberhasilan Menghadapi Ujian Duniaa-1593745644 )
Sementara untuk memasukkan anak-anak mereka pada pendidikan berbasis Al-Qur’an masih diabaikan dan bukan prioritas. Padahal aspek iman merupakan kebutuhan pokok yang bersifat mendasar bagi anak. Bahkan, yang menjadi masalah, harapan orang tua agar anaknya menjadi anak saleh hanya sebatas di hati saja.
Banyak orang tua tidak tahu kemana anaknya akan diarahkan menuju pribadi yang saleh dan baik akhlaknya. Artinya, obsesi orang tua kadang tidak sejalan dengan usaha yang dilakukannya. Padahal usaha merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan bagi terbentuknya watak dan karakter anak. Obsesi tanpa usaha adalah hayalan semu yang tak akan mungkin dapat menjadi kenyataan.
Karena itu sebagai orang tua yang bijaksana, mesti mampu memperhatikan langkah-langkah yang harus ditempuh dalam merealisasikan obsesinya dalam melahirkan anak yang saleh. Orang tua harus menumbuhkan kepercayaan pada si anak bahwa pendidian iman dan agama sangat penting bagi dirinya dan bermanfaat untuk orang tuanya.
Rasulullah Shallallaahu alaihi wa sallam, bersabda:
إِذَا مَاتَ بْنُ آدَمَ اِنْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثٍ، صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُوْ لَهُ.
.“Jika wafat anak cucu Adam, maka terputuslah amalan-amalannya kecuali tiga: Sadaqah jariah atau ilmu yang bermanfaat atau anak yang saleh yang selalu mendoakannya.” (HR.Muslim)
Karena itu, anak-anak kaum muslimin perlu dilatih memiliki optimisme yang tinggi dan benar. Optimisme yang dibangun berdasarkan rajaˈ (sikap berharap), raghbah (semangat meraih cita-cita), dan tawakkal kepada Allah Azza wa Jalla. Tumbuhkan optimisme bahwa agama dan iman adalah prioritas utama untuk pendidikan di dunia agar mencapai kebahagiaan di akhirat. Jadikan akhirat sebagai cita-cita utama. Maka, rajaˈ, raghbah, dan tawakkal merupakan ibadah yang amat penting bagi kehidupan manusia untuk meraih pahala dan meraih cita-cita.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman tentang rajaˈ yang membuktikan bahwa ia termasuk ibadah:
فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
”Maka barangsiapa yang mengharap berjumpa dengan Rabb-nya, maka hendaklah ia mengamalkan amal shalih dan tidak mempersekutukan dengan siapapun dalam beribadah kepada Rabb-nya.” (QS Al-Kahfi : 110)
Allah juga berfirman :
أُولَٰئِكَ يَرْجُونَ رَحْمَتَ اللَّهِ ۚ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
“Mereka mengharap rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang.” (Qs Al-Baqarah : 218)
Juga firman-Nya:
أُولَٰئِكَ الَّذِينَ يَدْعُونَ يَبْتَغُونَ إِلَىٰ رَبِّهِمُ الْوَسِيلَةَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ وَيَرْجُونَ رَحْمَتَهُ وَيَخَافُونَ عَذَابَهُ ۚ إِنَّ عَذَابَ رَبِّكَ كَانَ مَحْذُورًا
“Orang-orang yang mereka seru (yang mereka jadikan tumpuan doa) itu, mereka sendiri justeru mencari jalan (wasîlah) langsung menuju Rabb mereka. (berlomba) siapakah di antara mereka yang lebih dekat kepada Allah, mengharap rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya. Sesungguhnya azab Rabb-mu itu adalah perkara yang harus ditakuti.” (QS Al-Isra : 57)
Imam Ibnu al-Qayyim rahimahullah dalam Madarij as-Salikîn menjelaskan: Mencari jalan (wasîlah) menuju Allah artinya mencari kedekatan diri kepada Allah dengan melakukan peribadatan kepada-Nya dan memberikan kecintaan kepada-Nya. Pada ayat ini Allah menyebutkan tiga pilar keimanan penting yang menjadi tumpuan, yaitu : cinta, takut dan harapan (rajaˈ ).
Allah Ta’ala akan menguji orang tuanya, bagaimana cara mereka mendidik anak. Ternyata, meski dari kalangan keluarga muslim , masih banyak orang tua yang gagal mendidik anaknya seperti dikehendaki Allah. Jangankan memberi contoh agar anak tumbuh menjadi pribadi yang bertakwa, kebanyakan orang tua justru ikut mengarahkan anaknya di jalan yang sia-sia bahkan keliru, jauh dari syariat agama.
Masih banyak orang tua yang mementingkan perkembangan anak dari segi intelektual, fisik, dan ekonomi semata. Mereka mengabaikan perkembangan iman. Orang tua terkadang berani melakukan hal apapun yang penting kebutuhan pendidikan dunia anak-anaknya dapat terpenuhi. Materialistis diutamakan. (Baca juga : Tazkiyah Ruhiyah, Kunci Keberhasilan Menghadapi Ujian Duniaa-1593745644 )
Sementara untuk memasukkan anak-anak mereka pada pendidikan berbasis Al-Qur’an masih diabaikan dan bukan prioritas. Padahal aspek iman merupakan kebutuhan pokok yang bersifat mendasar bagi anak. Bahkan, yang menjadi masalah, harapan orang tua agar anaknya menjadi anak saleh hanya sebatas di hati saja.
Banyak orang tua tidak tahu kemana anaknya akan diarahkan menuju pribadi yang saleh dan baik akhlaknya. Artinya, obsesi orang tua kadang tidak sejalan dengan usaha yang dilakukannya. Padahal usaha merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan bagi terbentuknya watak dan karakter anak. Obsesi tanpa usaha adalah hayalan semu yang tak akan mungkin dapat menjadi kenyataan.
Karena itu sebagai orang tua yang bijaksana, mesti mampu memperhatikan langkah-langkah yang harus ditempuh dalam merealisasikan obsesinya dalam melahirkan anak yang saleh. Orang tua harus menumbuhkan kepercayaan pada si anak bahwa pendidian iman dan agama sangat penting bagi dirinya dan bermanfaat untuk orang tuanya.
Rasulullah Shallallaahu alaihi wa sallam, bersabda:
إِذَا مَاتَ بْنُ آدَمَ اِنْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثٍ، صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُوْ لَهُ.
.“Jika wafat anak cucu Adam, maka terputuslah amalan-amalannya kecuali tiga: Sadaqah jariah atau ilmu yang bermanfaat atau anak yang saleh yang selalu mendoakannya.” (HR.Muslim)
Karena itu, anak-anak kaum muslimin perlu dilatih memiliki optimisme yang tinggi dan benar. Optimisme yang dibangun berdasarkan rajaˈ (sikap berharap), raghbah (semangat meraih cita-cita), dan tawakkal kepada Allah Azza wa Jalla. Tumbuhkan optimisme bahwa agama dan iman adalah prioritas utama untuk pendidikan di dunia agar mencapai kebahagiaan di akhirat. Jadikan akhirat sebagai cita-cita utama. Maka, rajaˈ, raghbah, dan tawakkal merupakan ibadah yang amat penting bagi kehidupan manusia untuk meraih pahala dan meraih cita-cita.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman tentang rajaˈ yang membuktikan bahwa ia termasuk ibadah:
فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
”Maka barangsiapa yang mengharap berjumpa dengan Rabb-nya, maka hendaklah ia mengamalkan amal shalih dan tidak mempersekutukan dengan siapapun dalam beribadah kepada Rabb-nya.” (QS Al-Kahfi : 110)
Allah juga berfirman :
أُولَٰئِكَ يَرْجُونَ رَحْمَتَ اللَّهِ ۚ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
“Mereka mengharap rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang.” (Qs Al-Baqarah : 218)
Juga firman-Nya:
أُولَٰئِكَ الَّذِينَ يَدْعُونَ يَبْتَغُونَ إِلَىٰ رَبِّهِمُ الْوَسِيلَةَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ وَيَرْجُونَ رَحْمَتَهُ وَيَخَافُونَ عَذَابَهُ ۚ إِنَّ عَذَابَ رَبِّكَ كَانَ مَحْذُورًا
“Orang-orang yang mereka seru (yang mereka jadikan tumpuan doa) itu, mereka sendiri justeru mencari jalan (wasîlah) langsung menuju Rabb mereka. (berlomba) siapakah di antara mereka yang lebih dekat kepada Allah, mengharap rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya. Sesungguhnya azab Rabb-mu itu adalah perkara yang harus ditakuti.” (QS Al-Isra : 57)
Imam Ibnu al-Qayyim rahimahullah dalam Madarij as-Salikîn menjelaskan: Mencari jalan (wasîlah) menuju Allah artinya mencari kedekatan diri kepada Allah dengan melakukan peribadatan kepada-Nya dan memberikan kecintaan kepada-Nya. Pada ayat ini Allah menyebutkan tiga pilar keimanan penting yang menjadi tumpuan, yaitu : cinta, takut dan harapan (rajaˈ ).