Keutamaan Mengingat Kematian Menurut Imam Al-Ghazali
Senin, 26 Desember 2022 - 23:58 WIB
Kematian adalah sesuatu yang pasti dan semua makhluk akan mengalaminya, tidak terkecuali manusia. Dalam Buku "Di balik Tabir Kematian" karya Imam Al-Ghazali disebutkan beberapa keutamaan mengingat kematian dalam setiap keadaan.
Hujjatul Islam, Imam Al-Ghozali (wafat Tahun 505 Hijriyah atau 1111 M) menukil beberapa pesan Nabi Muhammad sholallahu 'alaihi wasallam dalam Hadis. Beliau bersabda:
أكثروا من ذكر هاذم اللذات
Artinya: "Sering-seringlah mengingat sesuatu yang merusak kelezatan-kelezatan." (HR At-Tirmidzi)
Maksudnya, rusaklah kenikmatan-kenikmatan dengan cara mengingat kematian, sehingga terhentilah kecenderungan kalian kepadanya, lalu kalian fokus menghadap Allah Ta'ala.
Rasulullah SAW juga bersabda:
لو تعلمو البهائم من الموت ما يعلم ابن ادم ما أكلتم منها سمينا
Artinya: "Seandainya binatang-binatang ternak tahu seperti yang diketahui oleh anak cucu Adam tentang maut, niscaya kalian tidak akan tega memakan yang sangat gemuk daripadanya." (HR Al-Baihaqi)
Sayyidah Aisyah radhiyallahu 'anha bertanya: "Wahai Rasulullah, apakah ada orang yang akan dikumpulkan bersama para syuhada?" Beliau bersabda: "Ya, ada. Yaitu orang yang ingat mati sebanyak dua puluh kali sehari semalam."
Alasan keutamaannya adalah, karena mengingat kematian otomatis akan menimbulkan rasa tidak suka terhadap dunia yang sarat dengan tipu daya, dan mendorong seseorang untuk mempersiapkan diri untuk kehidupan Akhirat. Sebaliknya, lalai dari mengingat kematian akan mendorongnya untuk tenggelam dalam kesenangan duniawi.
Rasulullah SAW bersabda:
تحفة المؤمنين الموت
Artinya: "Kematian adalah hadiah yang sangat berharga bagi orang yang beriman." (HR Ibnu Abu Dun-ya dan ath-Thabrani)
Beliau bersabda seperti itu karena dunia memang penjara bagi orang yang beriman. Di dalam dunia, ia selalu berada dalam kesulitan karena harus mengalami kerasnya siksaan batin, melatih diri untuk menaklukkan keinginan-keinginan nafsunya, dan melawan setan. Kematian akan membebaskannya dari siksaan tersebut. Jadi, baginya itu jelas merupakan hadiah yang sangat berharga.
Rasulullah SAW juga berpesan yang artinya: "Kematian adalah kaffarat (tebusan) bagi setiap muslim."
Menurut Nabi, seorang muslim sejati dan seorang mukmin yang hakiki adalah yang tidak menyakiti kaum muslimin dengan lisan maupun dengan tangannya. Hal itu terwujud dalam akhlak orang-orang mukmin yang belum tercemari oleh kemaksiatan-kemaksiatan, kecuali sebatas dosa-dosa paling kecil dan remeh.
Kematian akan membersihkannya dari dosa-dosa seperti itu. Kematian juga menjadi tebusan baginya jika ia menjauhi dosa-dosa besar dan mengerjakan amalan-amalan yang diwajibkan oleh syariat.
Wallahu A'lam
Hujjatul Islam, Imam Al-Ghozali (wafat Tahun 505 Hijriyah atau 1111 M) menukil beberapa pesan Nabi Muhammad sholallahu 'alaihi wasallam dalam Hadis. Beliau bersabda:
أكثروا من ذكر هاذم اللذات
Artinya: "Sering-seringlah mengingat sesuatu yang merusak kelezatan-kelezatan." (HR At-Tirmidzi)
Maksudnya, rusaklah kenikmatan-kenikmatan dengan cara mengingat kematian, sehingga terhentilah kecenderungan kalian kepadanya, lalu kalian fokus menghadap Allah Ta'ala.
Rasulullah SAW juga bersabda:
لو تعلمو البهائم من الموت ما يعلم ابن ادم ما أكلتم منها سمينا
Artinya: "Seandainya binatang-binatang ternak tahu seperti yang diketahui oleh anak cucu Adam tentang maut, niscaya kalian tidak akan tega memakan yang sangat gemuk daripadanya." (HR Al-Baihaqi)
Sayyidah Aisyah radhiyallahu 'anha bertanya: "Wahai Rasulullah, apakah ada orang yang akan dikumpulkan bersama para syuhada?" Beliau bersabda: "Ya, ada. Yaitu orang yang ingat mati sebanyak dua puluh kali sehari semalam."
Alasan keutamaannya adalah, karena mengingat kematian otomatis akan menimbulkan rasa tidak suka terhadap dunia yang sarat dengan tipu daya, dan mendorong seseorang untuk mempersiapkan diri untuk kehidupan Akhirat. Sebaliknya, lalai dari mengingat kematian akan mendorongnya untuk tenggelam dalam kesenangan duniawi.
Rasulullah SAW bersabda:
تحفة المؤمنين الموت
Artinya: "Kematian adalah hadiah yang sangat berharga bagi orang yang beriman." (HR Ibnu Abu Dun-ya dan ath-Thabrani)
Beliau bersabda seperti itu karena dunia memang penjara bagi orang yang beriman. Di dalam dunia, ia selalu berada dalam kesulitan karena harus mengalami kerasnya siksaan batin, melatih diri untuk menaklukkan keinginan-keinginan nafsunya, dan melawan setan. Kematian akan membebaskannya dari siksaan tersebut. Jadi, baginya itu jelas merupakan hadiah yang sangat berharga.
Rasulullah SAW juga berpesan yang artinya: "Kematian adalah kaffarat (tebusan) bagi setiap muslim."
Menurut Nabi, seorang muslim sejati dan seorang mukmin yang hakiki adalah yang tidak menyakiti kaum muslimin dengan lisan maupun dengan tangannya. Hal itu terwujud dalam akhlak orang-orang mukmin yang belum tercemari oleh kemaksiatan-kemaksiatan, kecuali sebatas dosa-dosa paling kecil dan remeh.
Kematian akan membersihkannya dari dosa-dosa seperti itu. Kematian juga menjadi tebusan baginya jika ia menjauhi dosa-dosa besar dan mengerjakan amalan-amalan yang diwajibkan oleh syariat.
Wallahu A'lam
(rhs)