Dalil-dalil Tentang Sifat Malu Sebagian dari Iman
loading...
A
A
A
Banyak dalil tentang sifat malu sebagian dari iman yang disampaikan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Bahkan, Rasulullah menyebutkan malu adalah akhlak Islam. “Setiap agama memiliki akhlak dan akhlak Islam adalah malu.” (HR. Ibnu Majah )
Sifat malu ini pun banyak memiliki keutamaan. Kenapa demikian? "Karena rasa malu ini sebagai perhiasan yang akan memperindah iman yang ada di dalam diri seorang muslin sehingga ia pun juga sebagai syiar islam yang harus selalu dijaga dalam setiap perilaku,"ungkap Ustadz Mu’tashim Lc, MA, dai yang berkhidmat di Dewan Konsultasi Bimbingan Islam (BIAS).
Syariat memerintahkan dan menganjurkan umatnya untuk berakhlak dengan sifat malu dan menjadikannya sebagai bagian dari iman yang dimiliki. Menurut Ustadz alumnis Universitas Islam Madinah itu, sangat banyak dalil atau hadis yang terkait dengan rasa malu, yang menunjukkan besarnya perhatian islam terhadap akhlak malu. Dengan artian seorang hamba selalu malu terhadap kejelekan dan kemaksiatan, atau malu bila tidak menjalankan kebaikan.
Berikut di antaranya dalil-dalil yang bersumber dari hadis yang menunjukkan tentang keutamaan dan perhatian islam terhadap akhlak malu ini, antara lain:
Dan hadis-hadis yang lain yang menunjukkan fungsi dan faidah dari rasa malu baik ia sebagai bagian dari iman, penghias, penjaga ataupun pendorong atas diri seorang hamba untuk malu terhadap perilaku keburukan dan malu bila tidak menjalankan perintah-perintah kebaikan dari agama, bukan rasa malu yang tidak pada tempatnya.
Sebaliknya, lanjut Ustadz Mu’tashim, Islam juga melarang umatnya melakukan perilaku yang tercela. Tercela menurut kacamata Islam yang melanggar hukum dan syariat, tercela karena telah melanggar norma hukum dan adat istiadat masyarakat setempat, sehingga manusia merasa tidak suka dan benci dengan apa yang dilakukannya.
"Itulah makna akhlak tercela yang mengandung beberapa unsur yang harus terpenuhi, aturan agama, aturan norma negara dan norma masyarakat dengan adat istiadat dengan menjadikan syariat agama sebagai barometer utama dari segala norma dan dogma yang di dapatkan dalam diri manusia,"tuturnya.
Wallahu A'lam
Sifat malu ini pun banyak memiliki keutamaan. Kenapa demikian? "Karena rasa malu ini sebagai perhiasan yang akan memperindah iman yang ada di dalam diri seorang muslin sehingga ia pun juga sebagai syiar islam yang harus selalu dijaga dalam setiap perilaku,"ungkap Ustadz Mu’tashim Lc, MA, dai yang berkhidmat di Dewan Konsultasi Bimbingan Islam (BIAS).
Syariat memerintahkan dan menganjurkan umatnya untuk berakhlak dengan sifat malu dan menjadikannya sebagai bagian dari iman yang dimiliki. Menurut Ustadz alumnis Universitas Islam Madinah itu, sangat banyak dalil atau hadis yang terkait dengan rasa malu, yang menunjukkan besarnya perhatian islam terhadap akhlak malu. Dengan artian seorang hamba selalu malu terhadap kejelekan dan kemaksiatan, atau malu bila tidak menjalankan kebaikan.
Berikut di antaranya dalil-dalil yang bersumber dari hadis yang menunjukkan tentang keutamaan dan perhatian islam terhadap akhlak malu ini, antara lain:
Hadis pertama :
Dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Iman memiliki lebih dari enam puluh cabang, dan malu adalah bagian dari iman”. (HR. Bukhari 8)Hadis kedua :
Dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Iman itu ada tujuh puluh cabang, yang paling afdhal adalah LAA ILAAHA ILLAALLAH dan yang paling rendah adalah menyingkirkan tulang dari jalan, dan malu adalah bagian dari keimanan.” (HR. Abu Daud 4056)Hadis ketiga:
Dari Anas radhiyallahu'anhu, ia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidaklah sifat buruk berada dalam sesuatu kecuali akan memperburuknya, dan tidaklah sifat malu ada dalam sesuatu kecuali akan menghiasinya.” (HR. Tirmidzi 1897, menurutnya hadis ini Hasan Gharib)Hadis keempat:
Dari Ibnu Abbas, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Al Asyaj Al ‘Ashri: “Sesungguhnya dalam dirimu terdapat dua sikap yang dicintai oleh Allah; sifat santun dan malu.” (HR. Ibnu Majah 4178)Hadis kelima :
Dari Abu Mas’ud radhiyallahu'anhu, ia berkata; Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya diantara yang didapatkan manusia dari perkataan (yang disepakati) para Nabi adalah; “Jika kamu tidak punya malu, maka berbuatlah sesukamu”.” (H.R. Bukhari 3225, Ibnu Majah 4173, Ahmad 16470)Dan hadis-hadis yang lain yang menunjukkan fungsi dan faidah dari rasa malu baik ia sebagai bagian dari iman, penghias, penjaga ataupun pendorong atas diri seorang hamba untuk malu terhadap perilaku keburukan dan malu bila tidak menjalankan perintah-perintah kebaikan dari agama, bukan rasa malu yang tidak pada tempatnya.
Sebaliknya, lanjut Ustadz Mu’tashim, Islam juga melarang umatnya melakukan perilaku yang tercela. Tercela menurut kacamata Islam yang melanggar hukum dan syariat, tercela karena telah melanggar norma hukum dan adat istiadat masyarakat setempat, sehingga manusia merasa tidak suka dan benci dengan apa yang dilakukannya.
"Itulah makna akhlak tercela yang mengandung beberapa unsur yang harus terpenuhi, aturan agama, aturan norma negara dan norma masyarakat dengan adat istiadat dengan menjadikan syariat agama sebagai barometer utama dari segala norma dan dogma yang di dapatkan dalam diri manusia,"tuturnya.
Wallahu A'lam
(wid)