Ramadan Waktu Terbaik Membumikan Nilai-nilai Islam Rahmatan Lil Alamin

Sabtu, 01 April 2023 - 14:28 WIB
loading...
Ramadan Waktu Terbaik Membumikan Nilai-nilai Islam Rahmatan Lil Alamin
Ngabuburit di Masjdi Raya Sumbar. Wakil Ketua PP Lesbumi PBNU Candra Malik menilai bulan Ramadan adalah momentum terbaik untuk membumikan nilai-nilai Islam. Foto/antara
A A A
JAKARTA - Masyarakat Indonesia memiliki tradisi khusus selama bulan Ramadan . Dari berkeliling membangunkan warga untuk sahur hingga ngabuburit untuk menunggu waktu berbuka puasa.

Wakil Ketua Pengurus Pusat Lembaga Seni Budaya Muslim Indonesia (PP Lesbumi) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Candra Malik berharap cara masyarakat Indonesia dalam menghidup-hidupkan Ramadan tersebut tidak melupakan esensi bulan puasa itu sendiri, yakni sebagai kesempatan seorang hamba untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhannya. Juga sebagai momentum untuk membumikan nilai-nilai Islam rahmatan lil alamin.

"Puasa adalah anugerah yang luar biasa besar dari Allah kepada manusia untuk menapaki jenjang anak tangga kemuliaan menuju derajat yang lebih tinggi, bahkan setinggi-tingginya hingga yang paling tinggi, yaitu derajat takwa kepada Allah. Oleh karena itu, setiap mukmin yang dikaruniai kesempatan berjumpa dengan Ramadan selayaknya ia bersyukur dan menggunakan kesempatan sebaik-baiknya untuk mencapai ketakwaan," kata Candra Malik, Sabtu (1/4/2023).



Pemilik nama lengkap Hartawan Candra Malik ini menambahkan, puasa Ramadan sejatinya lebih dari sekadar menahan lapar dan haus. Nafsu yang selalu ada pada tiap manusia juga harus dikendalikan demi sempurnanya ibadah puasa yang dilaksanakan.

"Pada hakikatnya, berpuasa bukan sekadar menahan diri dari makan dan minum, serta berhubungan seksual dengan pasangan di siang hari. Lebih dari itu, berpuasa adalah menahan diri dari godaan hawa nafsu yang dirangsang oleh penginderaan kita terhadap hal-hal di luar diri. Oleh sebab itu, berpuasa sebaiknya juga merupakan ikhtiar menahan penglihatan, pendengaran, pikiran, perasaan, perkataan, dan perbuatan yang dapat membatalkan puasa," kata Candra Malik, sapaan akrabnya.

Menurutnya, menunaikan ibadah puasa Ramadan di Indonesia bisa dikatakan memiliki corak tersendiri jika dibandingkan dengan negara lain. Hal ini berhubungan dengan Indonesia yang terdiri dari banyak suku, agama, dan kepercayaan. Oleh karena itu, masyarakat Indonesia seharusnya sudah terbiasa dalam menghadapi perbedaan yang ada.

Pengasuh Pondok Pesantren Asy-Syahadah, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah itu juga berpesan agar umat Islam tetap mengedepankan cara yang santun dalam menyikapi perbedaan. Apalagi jelas Islam adalah agama yang rahmatan lil alamin atau rahmat bagi seluruh alam.

"Perbedaan pendapat adalah rahmat. Oleh karena itu, pertama, kita harus mensyukuri perbedaan pendapat tersebut. Kedua, kita sampaikan pendapat dengan cara yang baik, tak perlu perdebatan apalagi disertai kekerasan dan pemaksaan kehendak. Dan, ketiga, kebebasan berpendapat dilindungi oleh undang-undang sehingga selayaknya kita menghargai perbedaan pendapat itu," ujarnya.



Candra Malik menyoroti tentang masuknya awal Ramadan tahun ini yang berbarengan dengan perayaan Nyepi. Ia berpesan agar momentum ini bisa dimaknai oleh masing-masing umat yang merayakan dengan semakin mendekatkan diri kepada Tuhannya.

"Perayaan Nyepi mengajarkan kepada umat Hindu di mana pun ia berada, bahwa manusia perlu menyediakan ruang dan waktu bagi dirinya untuk mengambil jarak dari hal-hal yang bersifat duniawi untuk sejenak merasakan keberadaan dirinya sendiri sebagai bagian yang tak terpisahkan dari alam semesta dan Tuhan. Demikian pula Ramadan, yang juga menghendaki umat Islam untuk menahan diri dari godaan hawa nafsu dalam perjalanan menuju ketakwaan. Sikap saling asah, asih, dan asuh antarumat beragama menjadikan kekhusyukan suasana ibadah lebih terjamin. Sikap toleran harus terus dilestarikan," katanya.

Candra Malik mengajak memanfaatkan Ramadan kali ini dengan sebaik-baiknya sebagai ajang peningkatan kualitas diri menjadi lebih baik lagi. Apalagi manusia tidak akan pernah mengetahui, apakah usianya dapat menjumpai Ramadan berikutnya.

"Secara pribadi, kita tidak pernah tahu apakah kita akan bertemu dengan Ramadan tahun depan. Oleh karena itu, sebaiknya kita benar-benar memanfaatkan momentum Ramadan saat ini untuk taubatan nasuha, memperbaiki diri, berikrar tidak mengulangi kesalahan dan kekhilafan yang sama, serta berharap dapat mencapai tujuan menjalankan kewajiban berpuasa di Bulan Ramadan, yaitu supaya kita bertakwa kepada Allah SWT," katanya.
(muh)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2738 seconds (0.1#10.140)