Makna Puasa untuk Mencapai Derajat Takwa
loading...
A
A
A
Makna puasa disampaikan Allah Subhanahu wa ta'ala secara langsung dalam Al Qur’an agar membuat manusia menjadi bertakwa. Namun, hingga kini masih banyak umat Islam yang terjebak pada definisi puasa yang hanya sebatas menahan rasa lapar dan haus.
Ustadz Ahmad Shonhaji Sag.MM, Direktur Dakwah, Budaya dan Pelayanan Masyarakat Dompet Dhuafa menjelaskan, merujuk pada Surat Al Baqarah ayat 183, Allah Ta'ala berfirman:
“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”. Pada surah ini Allah SWT secara langsung menggaris bawahi tujuan dari puasa di bulan suci Ramadan, yakni agar manusia bertakwa.
Secara umum arti takwa adalah menjalankan segala perintah dan menjauhi segala larangan dari Allah SWT. Lalu, apa hubungan antara takwa dengan puasa?
“Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti.” (Surat Al Hujurat ayat 13)
Dari kutipan ayat tersebut, menurut Ustadz Ahmad Shonhaji, dapat disimpulkan bahwa takwa merupakan kedudukan yang paling mulia bagi seorang manusia di hadapaan Allah SWT. Untuk mencapai derajat sebagai orang yang bertakwa, manusia dituntut untuk bisa selalu menjalankan perintah dan menjauhi larangan yang telah ditetapkan Allah SWT.
Dalam memenuhi perintah-Nya manusia kerap menemui sejumlah godaan. Godaan demi godaan terkadang terasa berat lantaran manusia dibekali Allah SWT dengan nafsu untuk memenuhi berbagai kebutuhan.
Ketika tak mampu menahan hawa nafsunya manusia akhirnya semakin jauh dari perintah Allah dan justru semakin dekat dengan hal-hal yang dilarang Allah. Nah, di situlah puasa hadir sebagai medium yang mengantarkan manusia untuk mencapai ketakwaan lewat pengendalian hawa nafsu.
Saat berpuasa manusia dilatih untuk bisa mengendalikan hawa nafsunya dengan tidak memenuhi kebutuhan dasarnya seperti makan, minum, dan berhubungan seksual. Di saat memiliki tingkat pengendalian diri yang tinggi itulah kemudian manusia tak dikendalikan oleh hawa nafsunya.
Barang siapa yang berhasil mengendalikan diri dari hawa nafsunya hingga selepas bulan suci Ramadhan dan seterusnya, maka ia sesungguhnya termasuk orang yang beruntung karena telah dekat dengan derajat takwa yang menjadi tujuan dari ibadah puasa.Maka bersyukurlah umat Islam yang benar-benar memahami makna puasa sesungguhnya untuk melatih dirinya mengendalikan hawa nafsu dan menjadi muslim yang bertakwa.
Wallahu A'lam
Ustadz Ahmad Shonhaji Sag.MM, Direktur Dakwah, Budaya dan Pelayanan Masyarakat Dompet Dhuafa menjelaskan, merujuk pada Surat Al Baqarah ayat 183, Allah Ta'ala berfirman:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ
“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”. Pada surah ini Allah SWT secara langsung menggaris bawahi tujuan dari puasa di bulan suci Ramadan, yakni agar manusia bertakwa.
Secara umum arti takwa adalah menjalankan segala perintah dan menjauhi segala larangan dari Allah SWT. Lalu, apa hubungan antara takwa dengan puasa?
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ
“Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti.” (Surat Al Hujurat ayat 13)
Dari kutipan ayat tersebut, menurut Ustadz Ahmad Shonhaji, dapat disimpulkan bahwa takwa merupakan kedudukan yang paling mulia bagi seorang manusia di hadapaan Allah SWT. Untuk mencapai derajat sebagai orang yang bertakwa, manusia dituntut untuk bisa selalu menjalankan perintah dan menjauhi larangan yang telah ditetapkan Allah SWT.
Dalam memenuhi perintah-Nya manusia kerap menemui sejumlah godaan. Godaan demi godaan terkadang terasa berat lantaran manusia dibekali Allah SWT dengan nafsu untuk memenuhi berbagai kebutuhan.
Ketika tak mampu menahan hawa nafsunya manusia akhirnya semakin jauh dari perintah Allah dan justru semakin dekat dengan hal-hal yang dilarang Allah. Nah, di situlah puasa hadir sebagai medium yang mengantarkan manusia untuk mencapai ketakwaan lewat pengendalian hawa nafsu.
Saat berpuasa manusia dilatih untuk bisa mengendalikan hawa nafsunya dengan tidak memenuhi kebutuhan dasarnya seperti makan, minum, dan berhubungan seksual. Di saat memiliki tingkat pengendalian diri yang tinggi itulah kemudian manusia tak dikendalikan oleh hawa nafsunya.
Barang siapa yang berhasil mengendalikan diri dari hawa nafsunya hingga selepas bulan suci Ramadhan dan seterusnya, maka ia sesungguhnya termasuk orang yang beruntung karena telah dekat dengan derajat takwa yang menjadi tujuan dari ibadah puasa.Maka bersyukurlah umat Islam yang benar-benar memahami makna puasa sesungguhnya untuk melatih dirinya mengendalikan hawa nafsu dan menjadi muslim yang bertakwa.
Wallahu A'lam
(wid)