Mencari Malam Lailatulqadar dan Amalan-amalan yang Dianjurkan
loading...
A
A
A
Tidak terasa bulan Ramadan akan memasuki 10 malam terakhir. Di 10 malam terakhir ini, kaum muslim dianjurkan meningkatkan amal ibadahnya. Apalagi diyakini, di 10 hari terakhir akan terjadi malam lailatulqadar . Lalu kapan terjadinya malam lailatulqadar? Malam yang diyakini umat Islam sebagai malam terbaik dari 1.000 bulan.
Menurut Ustadz Raehanul Bahraen, dai asal Yogyakarta ini, sebagian orang menyangka bahwa malam lailatulqadar adalah pada malam ke-27 berdasarkan beberapa hadis yang menyebut malam lailatul qadar adalah malam ke-27.
Semisal hadis dari Sahabat Ubay bin Ka’ab. Beliau pernah bersumpah dan berkata :
"Demi Allah aku tahu kapan malam itu, yaitu malam yang kita diperintahkan oleh Rasulullah untuk menghidupkannya, yaitu malam kedua puluh tujuh” (HR. Muslim).
Demikian juga hadis dari Mu’awiyah beliau menukil perkataan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam :
"Lailatulqadar pada malam kedua puluh tujuh.” (HR. Abu Dawud).
Beberapa dalil lainnya menunjukkan malam lailatulqadar itu secara umum ada di antara 10 malam terakhir, tidak harus malam ke-27. Semisal hadis berikut. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
"Carilah di sepuluh malam terakhir, apabila tidak mampu maka jangan sampai terluput tujuh malam tersisa.” (HR. Bukhari Muslim).
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
"Carilah malam lailatul qadar pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Pada malam kedua puluh sembilan, kedua puluh tujuh, kedua puluh lima”. (HR. Bukhari).
Kompromi dari dalil-dalil tersebut adalah malam ke-27 merupakan malam yang paling diharapkan jatuhnya malam lailatul qadar dan bisa jadi mayoritasnya ada pada malam ke-27.
Syaikh Muhammah bin Shalih Al-‘Ustaimin menjelaskan, malam ke-27 adalah malam yang paling diharapkan sebagai malam lailatul qadar, sebagaimana pada hadits Ubay bin Ka’ab radhiallahu ‘anhu”.
Inilah pendapat pertengahan yang mengkompromikan berbagai dalil, karena malam lailatul qadar itu berpindah-pindah setiap tahunnya.
Al Imam An-Nawawi dalam kitab Syarh Shahih Muslim Lin Nawawi mengatakan, bahwa menurut para ulama peneliti: lailatul qadar itu berpindah-pindah setiap tahunnya. Terkadang pada satu tahun terjadi pada malam ke-27, terkadang pada malam ke-23, atau pada malam ke-21, atau di malam lainnya. Inilah pendapat yang lebih kuat karena mengkompromikan berbagai hadits-hadits yang ada..
Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam Fahul Baari, berkata, Pendapat terkuat bahwa lailatul qadar pada malam ganjil 10 hari terakhir dan berpindah-pindah.
Rasulullah SAW meningkatkan amal ibadah di 10 hari terakhir Ramadhan. Disebutkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Siti Aisyah radhiallahu 'anha bahwa Nabi SAW selalu beri'tikaf di 10 terakhir Bulan Ramadhan.
‘Aisyah ra bercerita bahwa: “Nabi saw (selalu) beri’tikaf di sepuluh terakhir bulan Ramadhan sampai Allah SWT mewafatkan beliau” (HR Bukhori & Muslim).
Pada 10 malam terakhir, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam tidak tidur, lambung Nabi SAW dan para sahabat amat jauh dari tempat tidur. Rasulullah SAW menghidupkan malam-malam tersebut untuk beribadah, shalat, zikir, dan lain-lain hingga waktu fajar. Kebiasaan beribadah di 10 malam terakhir ditularkan kepada seluruh anggota keluarga beliau untuk sama-sama menikmati kesyahduan beribadah sepanjang malam. Sebagaimana penuturan Aisyah RA,
“Rasulullah SAW biasa ketika memasuki 10 Ramadan terakhir, beliau kencangkan ikat pinggang (bersungguh-sungguh dalam ibadah), menghidupkan malam-malam tersebut dengan ibadah, dan membangunkan istri-istrinya untuk beribadah.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Menurut Ustadz Raehanul Bahraen, dai asal Yogyakarta ini, sebagian orang menyangka bahwa malam lailatulqadar adalah pada malam ke-27 berdasarkan beberapa hadis yang menyebut malam lailatul qadar adalah malam ke-27.
Semisal hadis dari Sahabat Ubay bin Ka’ab. Beliau pernah bersumpah dan berkata :
"Demi Allah aku tahu kapan malam itu, yaitu malam yang kita diperintahkan oleh Rasulullah untuk menghidupkannya, yaitu malam kedua puluh tujuh” (HR. Muslim).
Demikian juga hadis dari Mu’awiyah beliau menukil perkataan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam :
"Lailatulqadar pada malam kedua puluh tujuh.” (HR. Abu Dawud).
Beberapa dalil lainnya menunjukkan malam lailatulqadar itu secara umum ada di antara 10 malam terakhir, tidak harus malam ke-27. Semisal hadis berikut. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
"Carilah di sepuluh malam terakhir, apabila tidak mampu maka jangan sampai terluput tujuh malam tersisa.” (HR. Bukhari Muslim).
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
"Carilah malam lailatul qadar pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Pada malam kedua puluh sembilan, kedua puluh tujuh, kedua puluh lima”. (HR. Bukhari).
Kompromi dari dalil-dalil tersebut adalah malam ke-27 merupakan malam yang paling diharapkan jatuhnya malam lailatul qadar dan bisa jadi mayoritasnya ada pada malam ke-27.
Syaikh Muhammah bin Shalih Al-‘Ustaimin menjelaskan, malam ke-27 adalah malam yang paling diharapkan sebagai malam lailatul qadar, sebagaimana pada hadits Ubay bin Ka’ab radhiallahu ‘anhu”.
Inilah pendapat pertengahan yang mengkompromikan berbagai dalil, karena malam lailatul qadar itu berpindah-pindah setiap tahunnya.
Al Imam An-Nawawi dalam kitab Syarh Shahih Muslim Lin Nawawi mengatakan, bahwa menurut para ulama peneliti: lailatul qadar itu berpindah-pindah setiap tahunnya. Terkadang pada satu tahun terjadi pada malam ke-27, terkadang pada malam ke-23, atau pada malam ke-21, atau di malam lainnya. Inilah pendapat yang lebih kuat karena mengkompromikan berbagai hadits-hadits yang ada..
Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam Fahul Baari, berkata, Pendapat terkuat bahwa lailatul qadar pada malam ganjil 10 hari terakhir dan berpindah-pindah.
Rasulullah SAW meningkatkan amal ibadah di 10 hari terakhir Ramadhan. Disebutkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Siti Aisyah radhiallahu 'anha bahwa Nabi SAW selalu beri'tikaf di 10 terakhir Bulan Ramadhan.
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الْأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللَّهُ
‘Aisyah ra bercerita bahwa: “Nabi saw (selalu) beri’tikaf di sepuluh terakhir bulan Ramadhan sampai Allah SWT mewafatkan beliau” (HR Bukhori & Muslim).
Berikut 6 amalan malam Lailatulqadar sesuai Sunnah:
1. Memperpanjang Salat MalamPada 10 malam terakhir, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam tidak tidur, lambung Nabi SAW dan para sahabat amat jauh dari tempat tidur. Rasulullah SAW menghidupkan malam-malam tersebut untuk beribadah, shalat, zikir, dan lain-lain hingga waktu fajar. Kebiasaan beribadah di 10 malam terakhir ditularkan kepada seluruh anggota keluarga beliau untuk sama-sama menikmati kesyahduan beribadah sepanjang malam. Sebagaimana penuturan Aisyah RA,
“Rasulullah SAW biasa ketika memasuki 10 Ramadan terakhir, beliau kencangkan ikat pinggang (bersungguh-sungguh dalam ibadah), menghidupkan malam-malam tersebut dengan ibadah, dan membangunkan istri-istrinya untuk beribadah.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).