Asal-usul Lailatulqadar dan Kisah Nabi Syam'un Al-Ghazi
loading...
A
A
A
Asal-usul diturunkannya Lailatulqadar memiliki sejarah dan kisah menarik. Inilah salah satu nikmat besar yang Allah karuniakan kepada umat Nabi Muhammad SAW.
Rasulullah SAW memerintahkan umatnya untuk bersungguh-sungguh mencari malam yang lebih baik dari 1.000 bulan itu. Dalam Hadis beliau bersabda:
تَحَرَّوْا وفي رواية : الْتَمِسُوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِيْ الْوِتْرِ مِنْ الْعَشْرِ
Artinya: "Carilah malam Lailatul qadar di (malam ganjil) pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadan." (HR Al-Bukhari dan Muslim)
Asal-usul Lailatulqadar ini ternyata tidak lepas dari kisah Syam'un Al-Ghazi 'alaihissalam, salah satu Nabi dari kalangan Bani Israil yang dikenal tangguh melawan kezaliman di zamannya. Syam'un Al-Ghazi sering dijuluki Samson.
Nama Syam'un sendiri artinya "yang berasal dari matahari". Sedangkan Al-Ghazi, artinya yang berasal dari Ghazi (Ghaza, Palestina). Beliau memiliki kelebihan dapat melunakkan besi hingga merobohkan istana. Kelemahannya ada pada rambutnya. Wallahu A'lam.
Dalam tafsir Ibnu Katsir diceritakan, setelah Bani Israil ditinggal wafat Nabi Musa 'alaihissalam, mereka melakukan berbagai macam pelanggaran syariat, hingga Allah menghukum mereka dengan munculnya penguasa zalim yang menjajah mereka. Banyak yang dijarah, dibunuh, hingga Taurat dirampas mereka. Hingga ada seorang wanita hamil berharap akan melahirkan anak lelaki calon Nabi.
Allah mengabulkan harapan mereka dan lahirlah seorang anak lelaki yang diberi nama Syam'un. Dalam riwayat lain Samuel. Setelah dewasa, Nabi ini diminta oleh masyarakat Bani Israil, agar menunjuk seseorang sebagai pemimpin mereka, sehingga bisa dilakukan perang melawan penjajah. Lalu sang Nabi menunjuk orang yang saleh namanya Thalut. Hingga terjadilah perang melawan Jalut, dan Daud berhasil membunuh Jalut. (Tarsir Ibnu Katsir, 1/665).
Tentang siapa sosok Nabi itu, ada dua pendapat ulama. Ada yang mengatakan Syam'un dan ada yang mengatakan Syamuel. (Tarsir Ibn Katsir, 1/665)
Kisah Syam'un Al-Ghazi
Dalam Kitab Muqasyafatul Qulub karangan Imam Al-Ghazali diceritakan bahwa Rasulullah SAW berkumpul bersama para sahabat di bulan Ramadan. Kemudian Rasulullah bercerita tentang seorang Nabi dari kalangan Bani Israil bernama Syam'un Al-Ghozi yang membuat beliau tersenyun.
Dikisahkan, Nabi Syam'un berperang melawan penguasa yang zalim. Keperkasaan Nabi Syam'un dipergunakan untuk menentang penguasa Bani Israil yang dikenal sangat zalim kala itu. Sang raja Bani Israil mencari jalan untuk menundukkan Nabi Syam'un. Berbagai cara dilakukan termasuk menyediakan emas dan harta berlimpah sebagai hadiah. Singkat cerita, Nabi Syam'un Ghazi terperdaya oleh istrinya.
Karena cintanya kepada istrinya, Nabi Syam'un berkata pada istrinya, "Jika engkau ingin mendapatkanku dalam keadaan tak berdaya, maka ikatlah aku dengan potongan rambutku." Sang istri pun diam-diam mengikat Nabi Syam'um saat tertidur. Lalu beliau dibawa ke hadapan sang raja.
Nabi Syam'un disiksa hingga dibutakan matanya dan dipertontonkan di istana raja. Karena diperlakukan sedemikian hebatnya, Nabi Syam'un berdoa memohon pertolongan Allah. Doa Nabi Syam'un dikabulkan Allah. Istana raja bersama seluruh masyarakatnya hancur beserta isteri dan para kerabat yang mengkhianatinya.
Kemudian Nabi Syam'un bersumpah kepada Allah akan menebus semua dosa-dosanya dengan menumpas semua kebathilan dan kekufuran yang lamanya 1.000 bulan tanpa henti. Riwayat lain menyebutkan, ketika doanya dikabulkan Allah, Nabi Syam'un menggunakan kekuatannya untuk meruntuhkan seluruh istana sehingga mengorbankan raja dan istri beliau sendiri.
Setelah kejadian itu, Nabi Syam'un bersumpah untuk beribadah selama 1.000 bulan (83 tahun 4 bulan). Ketika Rasulullah SAW selesai menceritakan kisah Nabi Syam'un yang berjihad fisabilillah selama 1.000 bulan, para sahabat berkata: "Ya Rasulullah, kami ingin juga beribadah seperti Nabiyullah Syam'un Ghozi."
Kemudian Rasulullah diam sejenak dan Malaikat Jibril pun datang dan mewahyukan kepada Rasulullah tentang satu malam yang sangat agung. Bahwa pada bulan Ramadhan ada satu malam, di mana malam itu lebih baik daripada 1.000 bulan. Itulah Lailatul Qadar yang jika seorang mendapatkannya, maka malam itu lebih baik daripada ibadah 83 tahun 4 bulan atau menyamai ibadahnya Nabi Syam'un seribu bulan.
Dalam Kitab Qishashul Anbiyaa dikisahkan bahwa Rasulullah tesenyum sendiri, lalu bertanyalah salah seorang sahabatnya, "Apa yang membuatmu tersenyum wahai Rasulullah?" Rasulullah SAW menjawab: "Diperlihatkan kepadaku hari akhir ketika dimana seluruh manusia dikumpulkan di Mahsyar. Semua Nabi dan Rasul berkumpul bersama umatnya masing-masing, masuk ke dalam surga. Ada salah seorang Nabi yang dengan membawa pedang, yang tidak mempunyai pengikut satupun, masuk ke dalam surga, dia adalah Nabi Syam'un."
Dalam Hadis disebutkan:
إن رسول الله صلى الله عليه وسلم أري أعمار الناس قبله، أو ما شاء الله من ذلك، فكأنه تقاصر أعمار أمته أن لا يبلغوا من العمل مثل الذي بلغ غيرهم في طول العمر، فأعطاه الله ليلة القدر خير من ألف شهر
"Nabi Muhammad ﷺ diperlihatkan umur umat terdahulu yang panjang-panjang, dan beliau melihat bahwa umur umat beliau sangat pendek dibanding mereka dan tidak akan bisa amal umatnya menyamai amal umat terdahulu karena perbedaan panjangnya usia. Maka kemudian Allah ta'ala memberikan kepadanya satu malam yang lebih baik dari seribu bulan." (HR Malik)
Rasulullah SAW memerintahkan umatnya untuk bersungguh-sungguh mencari malam yang lebih baik dari 1.000 bulan itu. Dalam Hadis beliau bersabda:
تَحَرَّوْا وفي رواية : الْتَمِسُوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِيْ الْوِتْرِ مِنْ الْعَشْرِ
Artinya: "Carilah malam Lailatul qadar di (malam ganjil) pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadan." (HR Al-Bukhari dan Muslim)
Asal-usul Lailatulqadar ini ternyata tidak lepas dari kisah Syam'un Al-Ghazi 'alaihissalam, salah satu Nabi dari kalangan Bani Israil yang dikenal tangguh melawan kezaliman di zamannya. Syam'un Al-Ghazi sering dijuluki Samson.
Nama Syam'un sendiri artinya "yang berasal dari matahari". Sedangkan Al-Ghazi, artinya yang berasal dari Ghazi (Ghaza, Palestina). Beliau memiliki kelebihan dapat melunakkan besi hingga merobohkan istana. Kelemahannya ada pada rambutnya. Wallahu A'lam.
Dalam tafsir Ibnu Katsir diceritakan, setelah Bani Israil ditinggal wafat Nabi Musa 'alaihissalam, mereka melakukan berbagai macam pelanggaran syariat, hingga Allah menghukum mereka dengan munculnya penguasa zalim yang menjajah mereka. Banyak yang dijarah, dibunuh, hingga Taurat dirampas mereka. Hingga ada seorang wanita hamil berharap akan melahirkan anak lelaki calon Nabi.
Allah mengabulkan harapan mereka dan lahirlah seorang anak lelaki yang diberi nama Syam'un. Dalam riwayat lain Samuel. Setelah dewasa, Nabi ini diminta oleh masyarakat Bani Israil, agar menunjuk seseorang sebagai pemimpin mereka, sehingga bisa dilakukan perang melawan penjajah. Lalu sang Nabi menunjuk orang yang saleh namanya Thalut. Hingga terjadilah perang melawan Jalut, dan Daud berhasil membunuh Jalut. (Tarsir Ibnu Katsir, 1/665).
Tentang siapa sosok Nabi itu, ada dua pendapat ulama. Ada yang mengatakan Syam'un dan ada yang mengatakan Syamuel. (Tarsir Ibn Katsir, 1/665)
Kisah Syam'un Al-Ghazi
Dalam Kitab Muqasyafatul Qulub karangan Imam Al-Ghazali diceritakan bahwa Rasulullah SAW berkumpul bersama para sahabat di bulan Ramadan. Kemudian Rasulullah bercerita tentang seorang Nabi dari kalangan Bani Israil bernama Syam'un Al-Ghozi yang membuat beliau tersenyun.
Dikisahkan, Nabi Syam'un berperang melawan penguasa yang zalim. Keperkasaan Nabi Syam'un dipergunakan untuk menentang penguasa Bani Israil yang dikenal sangat zalim kala itu. Sang raja Bani Israil mencari jalan untuk menundukkan Nabi Syam'un. Berbagai cara dilakukan termasuk menyediakan emas dan harta berlimpah sebagai hadiah. Singkat cerita, Nabi Syam'un Ghazi terperdaya oleh istrinya.
Karena cintanya kepada istrinya, Nabi Syam'un berkata pada istrinya, "Jika engkau ingin mendapatkanku dalam keadaan tak berdaya, maka ikatlah aku dengan potongan rambutku." Sang istri pun diam-diam mengikat Nabi Syam'um saat tertidur. Lalu beliau dibawa ke hadapan sang raja.
Nabi Syam'un disiksa hingga dibutakan matanya dan dipertontonkan di istana raja. Karena diperlakukan sedemikian hebatnya, Nabi Syam'un berdoa memohon pertolongan Allah. Doa Nabi Syam'un dikabulkan Allah. Istana raja bersama seluruh masyarakatnya hancur beserta isteri dan para kerabat yang mengkhianatinya.
Kemudian Nabi Syam'un bersumpah kepada Allah akan menebus semua dosa-dosanya dengan menumpas semua kebathilan dan kekufuran yang lamanya 1.000 bulan tanpa henti. Riwayat lain menyebutkan, ketika doanya dikabulkan Allah, Nabi Syam'un menggunakan kekuatannya untuk meruntuhkan seluruh istana sehingga mengorbankan raja dan istri beliau sendiri.
Setelah kejadian itu, Nabi Syam'un bersumpah untuk beribadah selama 1.000 bulan (83 tahun 4 bulan). Ketika Rasulullah SAW selesai menceritakan kisah Nabi Syam'un yang berjihad fisabilillah selama 1.000 bulan, para sahabat berkata: "Ya Rasulullah, kami ingin juga beribadah seperti Nabiyullah Syam'un Ghozi."
Kemudian Rasulullah diam sejenak dan Malaikat Jibril pun datang dan mewahyukan kepada Rasulullah tentang satu malam yang sangat agung. Bahwa pada bulan Ramadhan ada satu malam, di mana malam itu lebih baik daripada 1.000 bulan. Itulah Lailatul Qadar yang jika seorang mendapatkannya, maka malam itu lebih baik daripada ibadah 83 tahun 4 bulan atau menyamai ibadahnya Nabi Syam'un seribu bulan.
Dalam Kitab Qishashul Anbiyaa dikisahkan bahwa Rasulullah tesenyum sendiri, lalu bertanyalah salah seorang sahabatnya, "Apa yang membuatmu tersenyum wahai Rasulullah?" Rasulullah SAW menjawab: "Diperlihatkan kepadaku hari akhir ketika dimana seluruh manusia dikumpulkan di Mahsyar. Semua Nabi dan Rasul berkumpul bersama umatnya masing-masing, masuk ke dalam surga. Ada salah seorang Nabi yang dengan membawa pedang, yang tidak mempunyai pengikut satupun, masuk ke dalam surga, dia adalah Nabi Syam'un."
Dalam Hadis disebutkan:
إن رسول الله صلى الله عليه وسلم أري أعمار الناس قبله، أو ما شاء الله من ذلك، فكأنه تقاصر أعمار أمته أن لا يبلغوا من العمل مثل الذي بلغ غيرهم في طول العمر، فأعطاه الله ليلة القدر خير من ألف شهر
"Nabi Muhammad ﷺ diperlihatkan umur umat terdahulu yang panjang-panjang, dan beliau melihat bahwa umur umat beliau sangat pendek dibanding mereka dan tidak akan bisa amal umatnya menyamai amal umat terdahulu karena perbedaan panjangnya usia. Maka kemudian Allah ta'ala memberikan kepadanya satu malam yang lebih baik dari seribu bulan." (HR Malik)