Mengapa Lailatulqadar Turun di 10 Hari Terakhir Ramadan? Ini Alasannya

Rabu, 19 April 2023 - 03:01 WIB
loading...
Mengapa Lailatulqadar Turun di 10 Hari Terakhir Ramadan? Ini Alasannya
Rasulullah SAW memerintahkan umatnya mencari Lailatulqadar pada malam ganjil sepuluh hari terakhir bulan Ramadan. Foto ilustrasi/Muslimaid
A A A
Mengapa Lailatulqadar turun pada 10 hari terakhir Ramadan? Untuk diketahui, semua hari di bulan Ramadan adalah hari yang mulia dan pernuh berkah.

Namun, pada bulan Ramadan terdapat satu malam yang memiliki keistimewaan dibanding malam-malam lainnya yaitu Lailatulqadar. Malam kemuliaan itu diyakini turun pada malam 10 hari terakhir Ramadan.

Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW dalam Hadis yang sangat masyhur:

تَحَرَّوْا وفي رواية : الْتَمِسُوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِيْ الْوِتْرِ مِنْ الْعَشْرِ

Artinya: "Carilah malam Lailatulqadar di (malam ganjil) pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadan." (HR Al-Bukhari dan Muslim)

Direktur Pusat Studi Al-Qur'an (PSQ) Jakarta, KH Muchlis M Hanafi MA dalam satu kajiannya mengatakan, berdasarkan hadis di atas ada ulama menduga bahwa malam yang dimaksud adalah malam ke-21 dan 23.

Imam as-Syafi'i mengemukakan bahwa Lailatulqadar pada malam sepuluh hari terakhir Ramadan terjadi di malam ke-27. Bahkan di negara-negara muslim menyelenggarakan ihtifal Lailatilqadar setiap malam ke-27. Khotmil Qur'an di Masjidil Haram Mekkah juga dilakukan di malam ke-27.

Ada juga ulama meyakini Lailatulqadar turun pada malam ke-27 karena Surat Al-Qadr yang menjelaskan tentang Lailatulqadar terdiri dari 30 kata. Kata ke-27 adalah هِىَ 'hiya' yang merupakan kata ganti dari Lailatulqadar.

Berikut firman Allah dalam Al-Qur'an:

سَلَٰمٌ هِىَ حَتَّىٰ مَطْلَعِ ٱلْفَجْرِ

Artinya: "Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar." (QS Al-Qadr ayat 5)

Alasan lain mengatakan bahwa malam Lailatulqadar dalam Surat Al-Qadr terulang sebanyak 3 kali dan kata 'Lailatulqadar' terdiri dari 9 huruf. Maka, sembilan dikali tiga sama dengan 27.

Apa yang disampaikan para ulama hanyalah isyarat tentang kapan turunnya Lailatulqadar. Kepastian waktunya hanya Allah saja yang mengetahuinya.

Syaikh Nidzamuddin an-Nasibasuri dalam tafsirnya Gharaibul Qur'an wa Raghaibul Furqan mengemukakan: "Hikmah dirahasiakannya malam Lailatul Qadar di antara malam-malam bulan Ramadan adalah seperti dirahasiakannya kematian dan hari Kiamat. Sehingga manusia dengan penuh suka cita menjalankan ibadah, lebih bersungguh-sungguh, tidak lalai, tidak bermalas-malasan, dan tidak lesu." (Gharaibul Qur'an wa Raghaibul Furqan)

Meskipun kedatangannya tidak diketahui pasti, Rasulullah SAW memerintahkan agar kaum muslim mencarinya pada malam-malam ganjil di 10 hari terakhir Ramadan.

Beliau menyampaikan ciri dan tanda-tandanya dilihat dari fenomena alam berdasarkan beberapa riwayat Hadis. Pada pagi harinya sinar matahari tidak terlalu panas dan cuaca terasa sejuk. Malam harinya langit terlihat bersih, tidak terdapat awan, suasana terasa tenang dan sunyi, udara juga tidak dingin tidak pula panas.

Kesungguhan Rasulullah SAW pada 10 Hari Terakhir Ramadan
Sepuluh hari terakhir Ramadan merupakan waktu yang sangat istimewa karena. Ada banyak keutamaan pada waktu itu sehingga Rasulullah SAW bersungguh-sungguh beribadah di waktu itu.

Kesungguhan beliau beribadah pada waktu itu dikarenakan beberapa faktor, di antaranya:
1. Sepuluh hari terakhir merupakan penutup bulan Ramadan yang penuh berkah. Setiap amalan manusia dinilai dari amalan penutupnya.
2. Sepuluh malam terakhir adalah malam-malam yang paling dicintai oleh Rasulullah SAW.
3. Kerinduan umat muslim untuk meraih malam Lailatulqadar yang keutamaannya melebihi ibadah selama 1.000 bulan (83 tahun 4 bulan).

Dalam satu Hadis, Rasulullah SAW bersabda:

إِنَّ هَذَا الشَّهْرَ قَدْ حَضَرَكُمْ وَفِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حُرِمَهَا فَقَدْ حُرِمَ الْخَيْرَ كُلَّهُ وَلاَ يُحْرَمُ خَيْرَهَا إِلَّا مَحْرُومٌ

Artinya: "Sesungguhnya bulan ini (Ramadhan) telah datang kepada kalian. Di dalamnya terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Siapa saja yang terhalangi dari (meraih)nya, sungguh ia telah terhalangi dari semua kebaikan. Dan tidak ada yang terhalangi (darinya), kecuali orang yang memang terhalangi dari kebaikan." (HR Ibnu Majah)

Wallahu A'lam

(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.4218 seconds (0.1#10.140)