Kenapa Hari Raya Iduladha NU dan Muhammadiyah Berbeda ? Begini Penjelasannya
loading...
A
A
A
Setiap tahunnya, umat Islam akan merayakan hari raya sebanyak dua kali yaitu Hari Raya Idulfitri dan Hari Raya Iduladha . Setelah merayakan Idulfitri, kini masyarakat tengah bersiap untuk menghadapi perayaan Iduladha 2023.
Meski begitu, diperkirakan perayaan Iduladha kali ini akan mengalami perbedaan seperti tahun-tahun sebelumnya. Dengan Muhammadiyah yang lebih dahulu merayakannya.
Diketahui jika Muhammadiyah telah menetapkan jika tanggal lebaran Iduladha mereka pada 10 Zulhijjah 1444 Hijriah atau bertepatan dengan hari Rabu 28 Juni 2023.
Penentuan tanggal tersebut sebagaimana termuat dalam Maklumat Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Nomor 1/M/MLM/I.0/2023. Sedangkan Nahdatul Ulama (NU) sendiri belum menentukan waktu perayaan Hari Raya Iduladha nya.
Untuk kepastiannya, penetapan kapan Iduladha akan ditetapkan yakni setelah menggelar sidang isbat yang biasanya dilakukan oleh pemerintah tepatnya sehari sebelum perkiraan hari raya tiba. Lantas mengapa keduanya berbeda? Berikut ulasannya.
Penetapan hari raya yang dilakukan oleh Muhammadiyah dilakukan berdasarkan wujudul hilal yang dilakukan oleh Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah. Sedangkan pemerintah sendiri menggunakan rukyatul hilal.
Rukhyatul hilal merupakan metode dalam penentuan bulan qamariah. Rukhyatul hilal adalah usaha untuk melihat atau mengamati hilal di tempat terbuka dengan mata kepala atau menggunakan peralatan pada sesaat matahari terbenam pada bulan qamariah.
Pemerintah menggunakan kriteria bahwa hilal harus di atas 2 derajat, sedangkan Muhammadiyah tidak mengharuskan hilal berada di atas 2 derajat alias menggunakan perhitungan saja.
Meskipun ada perbedaan tanggal di antara Muhammadiyah dan NU yang mengikuti pemerintah, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Abdullah Jaidi mengingatkan bahwa seluruh umat muslim harus saling menghormati.
"Tapi jangan perbedaan itu sampai kita saling terpecah belah dan tak saling hormati. Hendaknya saling menghormati," kata Jaidi saat konferensi pers usai sidang Isbat di Kantor Kementerian Agama, Jakarta, Rabu (29/6).
Wallahu A'lam
Meski begitu, diperkirakan perayaan Iduladha kali ini akan mengalami perbedaan seperti tahun-tahun sebelumnya. Dengan Muhammadiyah yang lebih dahulu merayakannya.
Diketahui jika Muhammadiyah telah menetapkan jika tanggal lebaran Iduladha mereka pada 10 Zulhijjah 1444 Hijriah atau bertepatan dengan hari Rabu 28 Juni 2023.
Penentuan tanggal tersebut sebagaimana termuat dalam Maklumat Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Nomor 1/M/MLM/I.0/2023. Sedangkan Nahdatul Ulama (NU) sendiri belum menentukan waktu perayaan Hari Raya Iduladha nya.
Untuk kepastiannya, penetapan kapan Iduladha akan ditetapkan yakni setelah menggelar sidang isbat yang biasanya dilakukan oleh pemerintah tepatnya sehari sebelum perkiraan hari raya tiba. Lantas mengapa keduanya berbeda? Berikut ulasannya.
Penetapan hari raya yang dilakukan oleh Muhammadiyah dilakukan berdasarkan wujudul hilal yang dilakukan oleh Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah. Sedangkan pemerintah sendiri menggunakan rukyatul hilal.
Rukhyatul hilal merupakan metode dalam penentuan bulan qamariah. Rukhyatul hilal adalah usaha untuk melihat atau mengamati hilal di tempat terbuka dengan mata kepala atau menggunakan peralatan pada sesaat matahari terbenam pada bulan qamariah.
Pemerintah menggunakan kriteria bahwa hilal harus di atas 2 derajat, sedangkan Muhammadiyah tidak mengharuskan hilal berada di atas 2 derajat alias menggunakan perhitungan saja.
Meskipun ada perbedaan tanggal di antara Muhammadiyah dan NU yang mengikuti pemerintah, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Abdullah Jaidi mengingatkan bahwa seluruh umat muslim harus saling menghormati.
"Tapi jangan perbedaan itu sampai kita saling terpecah belah dan tak saling hormati. Hendaknya saling menghormati," kata Jaidi saat konferensi pers usai sidang Isbat di Kantor Kementerian Agama, Jakarta, Rabu (29/6).
Wallahu A'lam
(wid)