Alissa Wahid: Pembimbing Haji dan Fasilitas untuk Jemaah Perempuan Bertambah
loading...
A
A
A
JAKARTA - Anggota Amirul Hajj Alissa Qotrunnada Munawaroh Wahid menyebut pelayanan untuk jemaah haji perempuan saat ini lebih baik dibandingkan dengan tahun lalu. Hal itu dapat dilihat dari pelayanan yang diberikan Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) kepada jemaah perempuan.
Alissa menjelaskan pada pelaksanaan ibadah haji tahun lalu jumlah pembimbing ibadah sangat sedikit. Namun, pada pelaksanaan ibadah haji tahun ini sudah ada penambahan.
"Tahun lalu jumlahnya hanya 10%, sekarang sudah meningkat hampir 50%. Kalau dulu 10% sekarang sudah ditambah,” ujarnya, Kamis (22/6/2023).
Begitu juga dengan fasilitas bagi jemaah haji perempuan. Alissa yang tahun lalu masuk dalam tim monitoring dan evaluasi (Monev) pelaksanaan ibadah haji menyebut, fasilitas toilet yang disediakan sangat tidak memadai.
Melihat kondisi tersebut, Alissa mengaku telah memberikan sejumlah rekomendasi kepada Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas. Rekomendasinya adalah menambah jumlah pembimbing ibadah perempuan. Termasuk fasilitas untuk jemaah haji perempuan.
“Nah setelah rekomendasi itu disampaikan kepada Pak Menteri Agama, memang diperjuangkan selama setahun ini, sehingga Pemerintah Arab Saudi melalui muassasah haji itu menyepakati bahwa fasilitas MCK (Mandi Cuci Kakus, red) untuk perempuan ditambah di Arafah dan Mina,” jelasnya.
Alissa menyebut pada tahun lalu jumlah toilet tahun lalu, lebih banyak toilet laki-laki sehingga Jemaah haji perempuan harus menginvasi toilet laki-laki. “Ini karena toilet perempuan tak cukup. Dulu itu tak banyak diperhitungkan. Dulu ya toilet laki-laki lebih banyak,” katanya.
Putri sulung Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur ini mengakui rekomendasinya mengenai toilet sangat kencang sehingga tahun ini mendapatkan 50% ekstra toilet untuk yang perempuan. "Menag minta 100% atau dua kali lipat dari yang ada tapi dapatnya 50%. Alhamdulillah sudah terpenuhi,” katanya.
Pada tahun ini, kehadirannya sebagai anggota Amirul Hajj untuk melakukan supervisi berbagai fasilitas perempuan di antaranya mencakup, klinik kesehatan, bimbingan ibadah, dan lain-lain.
"Jadi tugas spesifiknya bertemu dengan jemaah haji perempuan dan penyedia layanan dari pemerintah kemudian memastikan bahwa itu memang bisa terpenuhi,” tutupnya.
Alissa menjelaskan pada pelaksanaan ibadah haji tahun lalu jumlah pembimbing ibadah sangat sedikit. Namun, pada pelaksanaan ibadah haji tahun ini sudah ada penambahan.
"Tahun lalu jumlahnya hanya 10%, sekarang sudah meningkat hampir 50%. Kalau dulu 10% sekarang sudah ditambah,” ujarnya, Kamis (22/6/2023).
Begitu juga dengan fasilitas bagi jemaah haji perempuan. Alissa yang tahun lalu masuk dalam tim monitoring dan evaluasi (Monev) pelaksanaan ibadah haji menyebut, fasilitas toilet yang disediakan sangat tidak memadai.
Melihat kondisi tersebut, Alissa mengaku telah memberikan sejumlah rekomendasi kepada Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas. Rekomendasinya adalah menambah jumlah pembimbing ibadah perempuan. Termasuk fasilitas untuk jemaah haji perempuan.
“Nah setelah rekomendasi itu disampaikan kepada Pak Menteri Agama, memang diperjuangkan selama setahun ini, sehingga Pemerintah Arab Saudi melalui muassasah haji itu menyepakati bahwa fasilitas MCK (Mandi Cuci Kakus, red) untuk perempuan ditambah di Arafah dan Mina,” jelasnya.
Alissa menyebut pada tahun lalu jumlah toilet tahun lalu, lebih banyak toilet laki-laki sehingga Jemaah haji perempuan harus menginvasi toilet laki-laki. “Ini karena toilet perempuan tak cukup. Dulu itu tak banyak diperhitungkan. Dulu ya toilet laki-laki lebih banyak,” katanya.
Putri sulung Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur ini mengakui rekomendasinya mengenai toilet sangat kencang sehingga tahun ini mendapatkan 50% ekstra toilet untuk yang perempuan. "Menag minta 100% atau dua kali lipat dari yang ada tapi dapatnya 50%. Alhamdulillah sudah terpenuhi,” katanya.
Pada tahun ini, kehadirannya sebagai anggota Amirul Hajj untuk melakukan supervisi berbagai fasilitas perempuan di antaranya mencakup, klinik kesehatan, bimbingan ibadah, dan lain-lain.
"Jadi tugas spesifiknya bertemu dengan jemaah haji perempuan dan penyedia layanan dari pemerintah kemudian memastikan bahwa itu memang bisa terpenuhi,” tutupnya.
(kri)