Kasus Pembakaran Al-Qur'an, Paus Fransiskus Marah dan Jijik
loading...
A
A
A
Pada bulan April, pengadilan Swedia membatalkan langkah polisi untuk melarang dua protes pembakaran Al-Quran, dengan alasan masalah keamanan tidak cukup untuk membatasi hak untuk berdemonstrasi.
Menyusul insiden terbaru di Swedia, otoritas keagamaan tertinggi Irak, Grand Ayatollah Ali Al-Sistani, dalam sepucuk surat kepada Sekjen PBB Antonio Guterres menyatakan protes keras atas penodaan Al-Qur'an.
Ayatollah Sistani menekankan bahwa kebebasan berekspresi tidak dapat membenarkan tindakan memalukan yang menunjukkan ketidakhormatan terhadap kesucian Islam lebih dari dua miliar Muslim di seluruh dunia.
Kecaman Negara-Negara Muslim
Negara-negara Muslim sudah barang tentu mengecam tindakan tersebut dan memperingatkan agar tidak menguji kesabaran umat Islam.
Turki mengecam tindakan itu sebagai tindakan yang "mengerikan" dan "tercela", dengan Presiden Tayyip Erdogan mengatakan bahwa umat Islam akan "mengajari orang-orang Barat yang arogan bahwa bukanlah kebebasan berekspresi untuk menghina nilai-nilai suci umat Islam."
“Tidak dapat diterima untuk mengizinkan tindakan anti-Islam ini dengan dalih kebebasan berekspresi,” tulis Menteri Luar Negeri Turki Hakan Fidan di Twitter.
Maroko menarik duta besarnya untuk Swedia dalam jangka waktu yang tidak ditentukan dan memanggil kuasa usaha Swedia di Rabat agar mengeluarkan kecaman keras atas serangan ini dan penolakannya atas tindakan yang tidak dapat diterima ini.
Mesir menggambarkan langkah Momika yang mengizinkan penodaan Al-Qur'an sebagai "memalukan".
“Mesir mengungkapkan keprihatinannya yang mendalam tentang insiden berulang pembakaran Al-Qur'an dan eskalasi Islamofobia baru-baru ini dan kejahatan penistaan agama di beberapa negara Eropa, menegaskan penolakan totalnya terhadap semua praktik tercela yang mempengaruhi konstanta dan keyakinan Muslim,” kata kementerian luar negeri Mesir dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip oleh media Mesir.
Pemerintah Irak menyebut tindakan itu "rasis" dan "tidak bertanggung jawab" dengan orang-orang Irak turun ke jalan untuk memprotesnya.
"Mereka tidak hanya rasis tetapi juga mempromosikan kekerasan dan kebencian," kata pemerintah Irak dalam sebuah pernyataan, merujuk pada mereka yang "berulang kali" menghina kesucian umat Islam di seluruh Eropa.
Beberapa ratus orang memprotes di luar Kedutaan Besar Swedia di Baghdad atas panggilan Muqtada al-Sadr, yang meminta pemerintah Irak untuk memutuskan hubungan diplomatik dengan Swedia.
Negara-negara lain seperti Arab Saudi, Yordania, Kuwait, Yaman, Suriah, Palestina, UEA, dan Qatar, juga mengutuk tindakan keji di Swedia tersebut, dengan beberapa di antaranya memanggil utusan Swedia masing-masing.
Perwakilan Tinggi untuk Aliansi Peradaban Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNAOC) Miguel Moratinos menyatakan "kecaman tegas" atas penodaan Al-Qur'an, menyebutnya "keji".
"Tindakan keji seperti itu tidak menghormati umat Islam yang merayakan hari suci Idul Adha," kata Moratinos.
(mhy)