Bolehkah Anak Menasihati Orang Tua?
loading...
A
A
A
Setiap manusia berpotensi durhaka kepada Allah Ta'ala, termasuk orang tua kita. Lantas, apakah kita boleh menasehati kedua orang tua kita, jika mereka terjatuh dalam sebuah kesalahan? Apakah tindakan kita yang menasehati orang tua tentang kesalahannya, termasuk perbuatan dosa kepada orang tua?
Menurut Syaikh ulama Arab Saudi, Syaikh Shalih Fauzan -hafidzahullah, syariat Islam telah mengatur hal ini. Beliau mengatakan Allâh Azza wa Jalla memerintahkan kita amar ma’ruf dan nahi mungkar (menyuruh orang untuk melakukan kebaikan dan mencegah dari kemungkaran) sesuai dengan kemampuan .
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
"Barangsiapa diantara kalian yang melihat kemungkaran, maka hendaklah dia merubahnya dengan tangannya. Jika dia tidak bisa mengubah dengan tangannya, maka degan lisannya; Jika tidak bisa juga dengan lisan, maka dengan hati dan itu adalah selemah-lemahnya iman."
Dalam riwayat lain:
"Tidak ada lagi setelah itu keimanan meskipun hanya sebesar biji sawi."
Dalam masalah ini, kedua orang tua atau yang lainnya sama. Kedua orang tua juga wajib diingkari jika mereka melakukan kesalahan; Mereka harus dinasihati.
Dan ini termasuk perbuatan bakti yang paling baik. Ini tidak termasuk perbuatan durhaka. Bahkan ini termasuk perbuatan bakti, karena melakukan itu berkeinginan agar kedua orang tua selamat dari api neraka.
Contohnya apa yang disampaikan oleh Nabi Ibrahim Alaihis Salam saat menasihati orang tua nya:
"Wahai bapakku! Sesungguhnya telah datang kepadaku sebahagian ilmu pengetahuan yang tidak datang kepadamu, maka ikutilah aku! Niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus. Wahai bapakku! Janganlah kamu menyembah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu durhaka kepada Rabb yang Maha Pemurah. Wahai bapakku! Sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan ditimpa azab dari Rabb yang Maha pemurah, maka kamu menjadi kawan bagi syaitan." (QS. Maryam/19:43-45).
Dalam ayat di atas disebutkan bahwa Nabi Ibrahim menasihati bapaknya dan mengajaknya untuk beribadah hanya kepada Allâh Azza wa Jalla serta berusaha menyelamatkannya dari siksa api neraka.
Ini menunjukkan bahwa menasihati kedua orang tua termasuk kewajiban yang paling wajib. Perbuatan ini termasuk perbuatan bakti, bahkan termasuk perbuatan bakti yang terbaik.
Akan tetapi harus diperhatikan, nasihat itu harus dilakukan dengan cara yang hikmah, dengan menggunakan bahasa yang lembut. Hendaklah saat saudara menasihati orang tua dengan cara yang paling lembut, semoga Allâh Azza wa Jalla memberikan hidayah kepada kedua orang tua kita.
Wallahu A'lam
Menurut Syaikh ulama Arab Saudi, Syaikh Shalih Fauzan -hafidzahullah, syariat Islam telah mengatur hal ini. Beliau mengatakan Allâh Azza wa Jalla memerintahkan kita amar ma’ruf dan nahi mungkar (menyuruh orang untuk melakukan kebaikan dan mencegah dari kemungkaran) sesuai dengan kemampuan .
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الإِيمَانِ
"Barangsiapa diantara kalian yang melihat kemungkaran, maka hendaklah dia merubahnya dengan tangannya. Jika dia tidak bisa mengubah dengan tangannya, maka degan lisannya; Jika tidak bisa juga dengan lisan, maka dengan hati dan itu adalah selemah-lemahnya iman."
Dalam riwayat lain:
ولَيْسَ وَرَاءَ ذَلِكَ مِنَ الإِيْمَانِ حَبَّةَ خَرْدَلٍ
"Tidak ada lagi setelah itu keimanan meskipun hanya sebesar biji sawi."
Dalam masalah ini, kedua orang tua atau yang lainnya sama. Kedua orang tua juga wajib diingkari jika mereka melakukan kesalahan; Mereka harus dinasihati.
Dan ini termasuk perbuatan bakti yang paling baik. Ini tidak termasuk perbuatan durhaka. Bahkan ini termasuk perbuatan bakti, karena melakukan itu berkeinginan agar kedua orang tua selamat dari api neraka.
Contohnya apa yang disampaikan oleh Nabi Ibrahim Alaihis Salam saat menasihati orang tua nya:
يَا أَبَتِ إِنِّي قَدْ جَاءَنِي مِنَ الْعِلْمِ مَا لَمْ يَأْتِكَ فَاتَّبِعْنِي أَهْدِكَ صِرَاطًا سَوِيًّا ﴿٤٣﴾ يَا أَبَتِ لَا تَعْبُدِ الشَّيْطَانَ ۖ إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلرَّحْمَٰنِ عَصِيًّا﴿٤٤﴾يَا أَبَتِ إِنِّي أَخَافُ أَنْ يَمَسَّكَ عَذَابٌ مِنَ الرَّحْمَٰنِ فَتَكُونَ لِلشَّيْطَانِ
"Wahai bapakku! Sesungguhnya telah datang kepadaku sebahagian ilmu pengetahuan yang tidak datang kepadamu, maka ikutilah aku! Niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus. Wahai bapakku! Janganlah kamu menyembah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu durhaka kepada Rabb yang Maha Pemurah. Wahai bapakku! Sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan ditimpa azab dari Rabb yang Maha pemurah, maka kamu menjadi kawan bagi syaitan." (QS. Maryam/19:43-45).
Dalam ayat di atas disebutkan bahwa Nabi Ibrahim menasihati bapaknya dan mengajaknya untuk beribadah hanya kepada Allâh Azza wa Jalla serta berusaha menyelamatkannya dari siksa api neraka.
Ini menunjukkan bahwa menasihati kedua orang tua termasuk kewajiban yang paling wajib. Perbuatan ini termasuk perbuatan bakti, bahkan termasuk perbuatan bakti yang terbaik.
Akan tetapi harus diperhatikan, nasihat itu harus dilakukan dengan cara yang hikmah, dengan menggunakan bahasa yang lembut. Hendaklah saat saudara menasihati orang tua dengan cara yang paling lembut, semoga Allâh Azza wa Jalla memberikan hidayah kepada kedua orang tua kita.
Wallahu A'lam
(wid)