Kisah Habib Umar Al-Attas Ketika Bertemu Penguasa Hadhramaut

Rabu, 02 Agustus 2023 - 19:57 WIB
loading...
Kisah Habib Umar Al-Attas Ketika Bertemu Penguasa Hadhramaut
Inilah peninggalan Dinasti Al-Katsiri yang ada di Kota Seiyun Hadhramaut Yaman. Foto/dok Abdulla Al-Baiti
A A A
Kisah ini adalah satu di antara kisah betapa wara'nya ulama terdahulu ketika bertemu penguasa. Kehati-hatian mereka dalam bersikap patut untuk kita teladani.

Berikut sekelumit kisah ulama besar Yaman, Al-Quthub Imam Umar bin Abdurrahman Al-Attas atau dikenal dengan Habib Umar Al-Attas (pengarang Ratib Al-Attas yang populer di kalangan muslim). Kisah ini diceritakan oleh Habib Ahmad Kazim Al-Kaff, Pengasuh Majelis Sayyidul Wujud, Cimahi Jawa Barat.

Dikisahkan, suatu hari seorang raja Hadhramaut Yaman yang shalih bernama Sultan Badar bin Abdullah Al-Katsiri bermaksud mengunjungi ulama besar Imam Umar bin Abdurrahman Al-Attas. Menurut riwayat, Habib Umar Al-Attas lahir pada Tahun 992 H (1572 M) di sebuah desa dekat Kota Inat, Hadhramaut Yaman. Beliau salah satu ulama keturunan Nabi Muhammad ï·º yang dihormati kalangan Alawiyin.

Sebelum masuk Kota Huraidhah di mana Imam Al-Attas tinggal, sang raja memerintahkan pengawalnya untuk mengabarkan kedatangannya. Namun Habib Umar Al-Attas mencegahnya dan berkata bahwa beliaulah yang akan mendatangi raja di kemahnya. Ini semata-mata karena beliau tidak mau membebani (merepotkan) masyarakat Huraidhah menjamu raja dan rombongannya yang begitu banyak.

Salah satu adab masyarakat Huraidhah, apabila ada tamu rombongan yang datang ke kotanya, mereka akan bersama-sama menyiapkan jamuan. Singkat cerita, Habib Umar Al-Attas kemudian datang raja di kemahnya dengan membawa segala sesuatu keperluannya. Termasuk kopi dan madu, serta arang dan api untuk memasaknya.

Kopi itu nantinya akan dihidangkan ketika beliau berbincang dengan raja. Melihat apa yang dibawa Imam Al-Attas, para pembantu raja memberitahukan bahwa segala sesuatu telah disiapkan.

Namun Habib Umar Al-Attas menjawab bahwa beliau tidak akan menggunakan sesuatu pun dari raja. Ketika Habib Umar Al-Attas memberikan nasihat, petuah dan wejangan yang didengarkan seksama oleh raja, tanpa terasa kopi mereka hampir habis. Imam Al-Attas yang kala itu telah hilang penglihatannya, tidak bergeming ketika raja memerintahkan pembantunya untuk menambahkan kopi. Pengawalnya pun lalu memasak air untuk kopi tersebut.

Saat itulah hal aneh terjadi. Setelah sekian lama dimasak, air tak kunjung matang. Karena lama, raja memerintahkan untuk dituangkan seadanya. Namun ketika hendak dituangkan, mendadak semua air dalam tungku habis sama sekali.

Habib Umar Al-Attas lalu memberitahu bahwa hal itu terjadi sebab beliau enggan menggunakan api dari kerajaan, karena sifat wara'nya (kehati-hatian) yang tinggi. Barang kali itulah karomah yang Allah berikan kepada beliau.

Demikianlah akhlak yang diajarkan para Salaf Saadah Alawiyyin terhadap penguasa. Mereka tidak melarang ulama menghadap penguasa selama itu untuk tujuan baik, seperti memberi nasehat dan mencegah kemudharatan. Bukan untuk kepentingan duniawi. Bahkan mereka sangat berhati-hati untuk urusan duniawi yang bersumber dari penguasa.

Sumber:
Kitab Minhajussawi Syarah Ushul Thariqah Saadah Ba'alawi Juz II Hal 169-170 karya Habib Zein bin Ibrahim bin-Sumaith

Baca Juga: Kisah Habib Umar dan Sebuah Tim Sepak Bola
(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1897 seconds (0.1#10.140)