Kiamat Bisa Terjadi Hanya dengan Setetes Buah Zaqqum
loading...
A
A
A
Benarkah kiamat bisa terjadi hanya dengan setetes buah zaqqum ? Dalam hal ini hadis dari Ibnu Abbas ra menginformaiskan akan hal itu. Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Jikalau setetes dari buah zaqum menetes di dunia, niscaya ia merusak kehidupan seluruh penghidupan penduduk dunia.” (HR an-Nasa'i, at-Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Buah zaqqum adalah salah satu buah yang disiapkan oleh Allah SWT bagi penghuni neraka. Nama tumbuhan zaqqum disebutkan Al-Quran sebanyak 3 kali. Yakni di dalam surat As-Shaffat ayat 62-63 , Ad-Dukhan ayat 43 , dan Al-Waqi’ah ayat 52.
Allah SWT mendeskripsikan secara lengkap tentang buah zaqqum dalam QS As-Shafaat: 62-68). Allah SWT berfirman:
Artinya:
Apakah (makanan surga) itu hidangan yang lebih baik ataukah pohon zaqqum. Sungguh, Kami menjadikannya (pohon zaqqum itu) sebagai azab bagi orang-orang zalim. Sungguh, itu adalah pohon yang keluar dari dasar neraka Jahim. Mayangnya seperti kepala-kepala setan. Maka sungguh, mereka benar-benar memakan sebagian darinya (buah pohon itu), dan mereka memenuhi perutnya dengan buahnya (zaqqum). Kemudian sungguh, setelah makan (buah zaqqum) mereka mendapat minuman yang dicampur dengan air yang sangat panas. Kemudian pasti tempat kembali mereka ke neraka Jahim. (QS As-Shafaat: 62-68)
Al-Qurthubi dalam kitabnya Jami’ li Ahkam al-Qur’an menjelaskan bahwa zaqqum adalah sejenis pohon yang tumbuh di dasar neraka.
Quraish Shihab dalam Tafsir Al Misbah menuliskan, para ulama menjelaskan kata az-zaqqum diduga berasal dari kata az-zuqmah yaitu penyakit lepra. Ada juga yang berpendapat jika zaqqum diambil dari kata at-tazaqqum, yakni upaya menelan sesuatu yang sangat tidak disukai.
Para ulama menggambarkan pohon zaqqum sebagai pohon kecil dengan dedaunan yang sangat busuk aromanya. Getahnya mengakibatkan bengkak bila menyentuh badan manusia. Pohon ini ditemukan di beberapa daerah tandus dan padang pasir. Meski demikian, Quraish Shihab menjelaskan, zaqqum yang dimaksud Al-Quran bukan termasuk pohon tersebut. Pohon zaqqum yang dimaksud Al-Quran tumbuh di dasar neraka.
Al-Quran bahkan menggambarkan kengerian zaqqum dengan ‘Mayangnya seperti kepala-kepala setan’.
Prof M Yunan Yusuf dalam Tafsir Alquran Juz 23 menjelaskan, citra yang dimunculkan Al-Quran lewat Rasulullah SAW yakni buah Zaqqum yang menakutkan. Mayangnya, yakni tandan buahnya seperti bentuk kepala-kepala setan yang mengerikan.
Sayyid Quthb memahami ayat ini dengan menjelaskan, jika manusia tidak mengetahui bagaimana rupa kepala setan. Namun, ia tentu mengerikan. Sekadar membayangkannya saja sudah mengundang ketakutan. Bagaimana bila kepala-kepala mengerikan itu mereka makan. Mereka memenuhi perut dengan hidangan darinya. Untuk itu, efek psikologis yang hendak dituju lewat informasi tersebut adalah agar setiap manusia menghindarkan diri dari jalan-jalan yang membuat seseorang akan memakan buah zaqqum itu.
Al-Maraghi dalam Tafsir al-Maraghi menjelaskan bahwa para penghuni neraka benar-benar memakan buah tersebut meskipun mereka tahun rasa buah tersebut sangat pahit dan busuk.
Hal itu dilakukan karena rasa lapar yang begitu dahsyat. Rasa lapar itu tidak akan hilang meskipun mereka makan buah tersebut hingga perut mereka menggelembung.
Al-Qurthubi dan Al-Maraghi sependapat bahwa sifat-sifat buah Zaqqum yang sangat menjijikkan dan mengerikan tersebut merupakan gambaran sifat-sifat syetan yang buruk juga dan telah menguasai manusia ketika di dunia dulu.
Banyak ulama juga menyamakan pohon dalam ayat ini dengan ayat-ayat lain di dalam Al-Quran. Contohnya yakni asy-Syajarah al-Mal'unah ( QS Al Isra: 60 ). Kata ini biasa digunakan dalam arti pohon kayu.
Di dalam surah lain, pohon itu dilukiskan seperti kotoran minyak. Allah SWT menjelaskan, sifat-sifat zaqqum di surah Ad-Dukhan. "Sesungguhnya pohon zaqqum itu makanan orang yang banyak berdosa. (Ia) sebagai kotoran minyak yang mendidih di dalam perut, seperti mendidihnya air yang sangat panas." ( QS Ad-Dukhan: 43-46 ).
Pohon ini juga digambarkan sebagai jawaban dari fitnah orang-orang yang zalim. Ketika ayat yang berbicara tentang pohon penghuni neraka ini turun, informasinya mengundang ejekan dan cemoohan dari kaum musyrikin.
Abu Jahal bahkan meminta pembantunya membawa kurma lalu berkata: "Apakah buah seperti ini yang diharapkan oleh Muhammad akan menakutkan kita?"
Dan ketika dinyatakan bahwa ia tumbuh dari dasar api neraka, mereka berkata: "Bagaimana bisa ada pohon yang tumbuh di dasar api neraka?"
Prof Yusnan mengungkapkan, hikmah penjelasan ayat mengenai zaqqum adalah menimbulkan efek psikologis sehingga ada upaya serius untuk menghindarinya. Tidak ada dosa yang kecil ketika dihadapkan pada keadilan Allah SWT.
Ibnu Athaillah as-Sakandari menyebutkan, nasihat tersebut mengingatkan pentingnya bersikap hati-hati (wara’) dalam setiap urusan di dunia ini. Apalagi, bila seseorang sudah mengikrarkan diri sebagai seorang muslim dan mukmin.
لَوْ أنَّ قطْرةً من الزَّقُّومِ قَطَرَتْ في دار الدُّنْيَا لأفْسَدَتْ على أهلِ الدنيا مَعَايِشَهُمْ
“Jikalau setetes dari buah zaqum menetes di dunia, niscaya ia merusak kehidupan seluruh penghidupan penduduk dunia.” (HR an-Nasa'i, at-Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Buah zaqqum adalah salah satu buah yang disiapkan oleh Allah SWT bagi penghuni neraka. Nama tumbuhan zaqqum disebutkan Al-Quran sebanyak 3 kali. Yakni di dalam surat As-Shaffat ayat 62-63 , Ad-Dukhan ayat 43 , dan Al-Waqi’ah ayat 52.
Baca Juga
Allah SWT mendeskripsikan secara lengkap tentang buah zaqqum dalam QS As-Shafaat: 62-68). Allah SWT berfirman:
اَذٰ لِكَ خَيۡرٌ نُّزُلًا اَمۡ شَجَرَةُ الزَّقُّوۡمِ
اِنَّا جَعَلۡنٰهَا فِتۡنَةً لِّلظّٰلِمِيۡنَ
اِنَّهَا شَجَرَةٌ تَخۡرُجُ فِىۡۤ اَصۡلِ الۡجَحِيۡمِۙ
طَلۡعُهَا كَاَنَّهٗ رُءُوۡسُ الشَّيٰطِيۡنِ
فَاِنَّهُمۡ لَاٰكِلُوۡنَ مِنۡهَا فَمٰلِــُٔــوۡنَ مِنۡهَا الۡبُطُوۡنَ
ثُمَّ اِنَّ لَهُمۡ عَلَيۡهَا لَشَوۡبًا مِّنۡ حَمِيۡمٍۚ
ثُمَّ اِنَّ مَرۡجِعَهُمۡ لَا۟اِلَى الۡجَحِيۡمِ
اِنَّا جَعَلۡنٰهَا فِتۡنَةً لِّلظّٰلِمِيۡنَ
اِنَّهَا شَجَرَةٌ تَخۡرُجُ فِىۡۤ اَصۡلِ الۡجَحِيۡمِۙ
طَلۡعُهَا كَاَنَّهٗ رُءُوۡسُ الشَّيٰطِيۡنِ
فَاِنَّهُمۡ لَاٰكِلُوۡنَ مِنۡهَا فَمٰلِــُٔــوۡنَ مِنۡهَا الۡبُطُوۡنَ
ثُمَّ اِنَّ لَهُمۡ عَلَيۡهَا لَشَوۡبًا مِّنۡ حَمِيۡمٍۚ
ثُمَّ اِنَّ مَرۡجِعَهُمۡ لَا۟اِلَى الۡجَحِيۡمِ
Artinya:
Apakah (makanan surga) itu hidangan yang lebih baik ataukah pohon zaqqum. Sungguh, Kami menjadikannya (pohon zaqqum itu) sebagai azab bagi orang-orang zalim. Sungguh, itu adalah pohon yang keluar dari dasar neraka Jahim. Mayangnya seperti kepala-kepala setan. Maka sungguh, mereka benar-benar memakan sebagian darinya (buah pohon itu), dan mereka memenuhi perutnya dengan buahnya (zaqqum). Kemudian sungguh, setelah makan (buah zaqqum) mereka mendapat minuman yang dicampur dengan air yang sangat panas. Kemudian pasti tempat kembali mereka ke neraka Jahim. (QS As-Shafaat: 62-68)
Al-Qurthubi dalam kitabnya Jami’ li Ahkam al-Qur’an menjelaskan bahwa zaqqum adalah sejenis pohon yang tumbuh di dasar neraka.
Quraish Shihab dalam Tafsir Al Misbah menuliskan, para ulama menjelaskan kata az-zaqqum diduga berasal dari kata az-zuqmah yaitu penyakit lepra. Ada juga yang berpendapat jika zaqqum diambil dari kata at-tazaqqum, yakni upaya menelan sesuatu yang sangat tidak disukai.
Para ulama menggambarkan pohon zaqqum sebagai pohon kecil dengan dedaunan yang sangat busuk aromanya. Getahnya mengakibatkan bengkak bila menyentuh badan manusia. Pohon ini ditemukan di beberapa daerah tandus dan padang pasir. Meski demikian, Quraish Shihab menjelaskan, zaqqum yang dimaksud Al-Quran bukan termasuk pohon tersebut. Pohon zaqqum yang dimaksud Al-Quran tumbuh di dasar neraka.
Al-Quran bahkan menggambarkan kengerian zaqqum dengan ‘Mayangnya seperti kepala-kepala setan’.
Prof M Yunan Yusuf dalam Tafsir Alquran Juz 23 menjelaskan, citra yang dimunculkan Al-Quran lewat Rasulullah SAW yakni buah Zaqqum yang menakutkan. Mayangnya, yakni tandan buahnya seperti bentuk kepala-kepala setan yang mengerikan.
Sayyid Quthb memahami ayat ini dengan menjelaskan, jika manusia tidak mengetahui bagaimana rupa kepala setan. Namun, ia tentu mengerikan. Sekadar membayangkannya saja sudah mengundang ketakutan. Bagaimana bila kepala-kepala mengerikan itu mereka makan. Mereka memenuhi perut dengan hidangan darinya. Untuk itu, efek psikologis yang hendak dituju lewat informasi tersebut adalah agar setiap manusia menghindarkan diri dari jalan-jalan yang membuat seseorang akan memakan buah zaqqum itu.
Al-Maraghi dalam Tafsir al-Maraghi menjelaskan bahwa para penghuni neraka benar-benar memakan buah tersebut meskipun mereka tahun rasa buah tersebut sangat pahit dan busuk.
Hal itu dilakukan karena rasa lapar yang begitu dahsyat. Rasa lapar itu tidak akan hilang meskipun mereka makan buah tersebut hingga perut mereka menggelembung.
Al-Qurthubi dan Al-Maraghi sependapat bahwa sifat-sifat buah Zaqqum yang sangat menjijikkan dan mengerikan tersebut merupakan gambaran sifat-sifat syetan yang buruk juga dan telah menguasai manusia ketika di dunia dulu.
Banyak ulama juga menyamakan pohon dalam ayat ini dengan ayat-ayat lain di dalam Al-Quran. Contohnya yakni asy-Syajarah al-Mal'unah ( QS Al Isra: 60 ). Kata ini biasa digunakan dalam arti pohon kayu.
Di dalam surah lain, pohon itu dilukiskan seperti kotoran minyak. Allah SWT menjelaskan, sifat-sifat zaqqum di surah Ad-Dukhan. "Sesungguhnya pohon zaqqum itu makanan orang yang banyak berdosa. (Ia) sebagai kotoran minyak yang mendidih di dalam perut, seperti mendidihnya air yang sangat panas." ( QS Ad-Dukhan: 43-46 ).
Pohon ini juga digambarkan sebagai jawaban dari fitnah orang-orang yang zalim. Ketika ayat yang berbicara tentang pohon penghuni neraka ini turun, informasinya mengundang ejekan dan cemoohan dari kaum musyrikin.
Abu Jahal bahkan meminta pembantunya membawa kurma lalu berkata: "Apakah buah seperti ini yang diharapkan oleh Muhammad akan menakutkan kita?"
Dan ketika dinyatakan bahwa ia tumbuh dari dasar api neraka, mereka berkata: "Bagaimana bisa ada pohon yang tumbuh di dasar api neraka?"
Prof Yusnan mengungkapkan, hikmah penjelasan ayat mengenai zaqqum adalah menimbulkan efek psikologis sehingga ada upaya serius untuk menghindarinya. Tidak ada dosa yang kecil ketika dihadapkan pada keadilan Allah SWT.
Ibnu Athaillah as-Sakandari menyebutkan, nasihat tersebut mengingatkan pentingnya bersikap hati-hati (wara’) dalam setiap urusan di dunia ini. Apalagi, bila seseorang sudah mengikrarkan diri sebagai seorang muslim dan mukmin.
(mhy)