Ragam dan Sejarah Maulid Nabi Muhammad SAW, Arab Saudi Tidak Merayakan

Kamis, 28 September 2023 - 15:49 WIB
loading...
A A A
Pada ibadah haji bulan Zulhijjah 579 Hijriyah (1183 Masehi), Sultan Salahuddin al-Ayyubi sebagai penguasa Haramain (dua tanah suci Makkah dan Madinah) mengeluarkan instruksi kepada seluruh jemaah haji, agar jika kembali ke kampung halaman masing-masing segera mensosialisasikan kepada masyarakat Islam di mana saja berada, bahwa mulai tahun 580 Hijriah (1184 Masehi) tanggal 12 Rabiul Awal dirayakan sebagai hari Maulid Nabi dengan berbagai kegiatan yang membangkitkan semangat umat Islam.

Salah satu kegiatan yang diadakan oleh Sultan Salahuddin pada peringatan Maulid Nabi yang pertama kali tahun 1184 (580 Hijriah) adalah menyelenggarakan sayembara penulisan riwayat Nabi beserta puji-pujian bagi Nabi dengan bahasa yang seindah mungkin.
Ragam dan Sejarah Maulid Nabi Muhammad SAW, Arab Saudi Tidak Merayakan

Seluruh ulama dan sastrawan diundang untuk mengikuti kompetisi tersebut. Pemenang yang menjadi juara pertama adalah Syaikh Ja'far al-Barzanji. Karyanya yang dikenal sebagai Kitab Barzanji sampai sekarang sering dibaca masyarakat di kampung-kampung pada peringatan Maulid Nabi.

Peringatan Maulid Nabi yang diselenggarakan Sultan Salahuddin itu membuahkan hasil yang positif. Semangat umat Islam menghadapi Perang Salib bergelora kembali. Salahuddin berhasil menghimpun kekuatan, sehingga pada tahun 1187 (583 Hijriah) Yerusalem direbut oleh Salahuddin dari tangan bangsa Eropa, dan Masjid al-Aqsa menjadi masjid kembali sampai hari ini.



Selain itu, perayaan Maulid Nabi juga dapat ditelusuri kembali pada tulisan Jamāl al-Dīn Ibn al-Ma'mūn yang wafat pada tahun 587 H/1192 M.

Maulid Nabi mulai populer di Mesir pada abad ke-11 M. Pada abad ke-12 masyarakat muslim di wilayah lain seperti Turki, Maroko, Suriah, dan Spanyol juga mulai merayakannya.

Saat ini, ada berbagai bentuk peringatan. Kelompok sufi di Mesir memasuki beberapa masjid paling terkenal di negara itu untuk melakukan apa yang dikenal sebagai “Halaqat al-Dzikir”, atau lingkaran zikir.

Di kalangan ini, para sufi membacakan puisi-puisi keagamaan dan nasyid untuk memuji Tuhan dan Nabi Muhammad SAW.

Foto-foto:TRTWORLD
(mhy)
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1570 seconds (0.1#10.140)