Misteri Kisah Ashabul Qaryah dalam Surat Yasin: Bukan Anthakiyah Lalu Siapa?
loading...
A
A
A
Allah SWT berfirman:
"Dan buatlah bagi mereka suatu perumpamaan, yaitu penduduk suatu negeri ketika utusan-utusan datang kepada mereka. (yaitu) ketika Kami mengutus kepada mereka dua orang utusan, lalu mereka mendustakan keduanya; kemudian Kami kuatkan dengan (utusan) yang ketiga, maka ketiga utusan itu berkata: "Sesungguhnya kami adalah orang-orang di utus kepadamu". Mereka menjawab: "Kamu tidak lain hanyalah manusia seperti kami dan Allah yang Maha Pemurah tidak menurunkan sesuatupun, kamu tidak lain hanyalah pendusta belaka". Mereka berkata: "Tuhan kami mengetahui bahwa sesungguhnya kami adalah orang yang diutus kepada kamu". Dan kewajiban kami tidak lain hanyalah menyampaikan (perintah Allah) dengan jelas". Mereka menjawab: "Sesungguhnya kami bernasib malang karena kamu, sesungguhnya jika kamu tidak berhenti (menyeru kami), niscaya kami akan merajam kamu dan kamu pasti akan mendapat siksa yang pedih dari kami". Utusan-utusan itu berkata: "Kemalangan kamu adalah karena kamu sendiri. apakah jika kamu diberi peringatan (kamu bernasib malang)? sebenarnya kamu adalah kaum yang melampui batas". ( QS Yaasin : 13-19).
Abu Bakar Zakaria dalam bukunya yang diterjemahkan Abu Umamah Arif Hidayatullah berjudul "Paganisme Sebelum Nabi Musa as" (Islam House, 2014) mengisahkan tentang Ashabul Qoryah serta kesyirikan yang terjadi di tengah-tengah mereka.
Menurutnya, para ulama salaf dan ulama belakangan mengatakan bahwa yang dimaksud dengan Qoryah ini tiada lain ialah Anthakiyah. Hal ini sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq, mengacu dengan riwayat yang sampai kepadanya dari sahabat Ibnu Abbas dan lainnya. Pendapat inilah yang banyak dipegang oleh jumhur ahli tafsir.
Penduduk Qoryah mempunyai seorang raja yang bernama Anthikhas bin Inthikhas. Ia merupakan salah satu dari anggota dinasti Fir'aun , yang menyembah berhala , mempraktikkan kesyirikan bersama penduduknya, dan mereka mempunyai tiga patung yang biasa disembah. Nama-nama berhala tersebut ialah Rumsa, ada yang mengatakan namanya Arthamis.
Dan para ulama berbeda pendapat tentang nama raja tersebut menjadi dua pendapat, ada yang mengatakan namanya ialah Anthikhas, pendapat kedua menyebutkan namanya ialah Anthara. Menurut pendapat yang pilih oleh Ibnu Jarir namanya adalah Ibthihas.
Selanjutnya Allah SWT mengutus kepada penduduk tersebut tiga orang rasul, mereka bernama Shodiq, Shoduq dan Syalum. Imam Ibnu Jarir menerangkan, seorang rasul di antara ketiganya diutus kepada penduduk tersebut. Seorang lagi diutus kepada penduduk Madinah. Kedua rasul itu mereka dustakan.
Allah SWT mengistimewakan yang ketiga dari yang lainya. Qatadah mengklaim bahwa nama-nama utusan tadi ialah utusan dari al-Masih, bukan utusan tersendiri yang Allah SWT angkat untuk kaum tersebut. Namun, nabi Isa as yang mengutus mereka untuk penduduk tersebut. Adapun nama dua utusan yang pertama ialah Syam'un dan Yohana, adapun nama utusan yang ketiga bernama Paulus.
Imam Ibnu Katsir mengomentari pendapat tadi dengan mengatakan, Pendapat ini sangat lemah, sebab penduduk Anthakiyah beriman kepada nabi Isa tatkala beliau diutus kepada mereka, di antaranya ada tiga orang yang menjadi pengikut setianya. Dan Anthakiyah tersebut merupakan salah satu dari tiga kota yang pertama kali beriman dengan al-Masih pada masa itu.
Oleh sebab itu, kota ini sekarang menjadi salah satu dari empat kota besar yang masih memiliki agama Nashrani yang kuat, yaitu Anthakiyah, al-Quds, Alexanderia, dan Roma, kemudian ditambah dengan Kostantinopel, mereka ini semua tidak dibinasakan.
Sedangkan penduduk yang dicantumkan dalam al-Qur'an mereka itulah yang dibinasakan tanpa tersisa, sebagaimana dijelaskan dalam akhir kisah mereka, manakala membunuh para utusan yang datang pada mereka.
Allah SWT menegaskan dalam firman-Nya:
"Tidak ada siksaan atas mereka melainkan satu teriakan suara saja; maka tiba-tiba mereka semuanya mati".(QS Yaasin: 29).
Abu Bakar Zakaria mengatakan akan tetapi, taruhlah benar jika tiga rasul yang disebutkan dalam al-Qur'an tadi memang diutus kepada penduduk Anthakiyah yang ada pada saat itu lalu mereka mendustakannya sehingga Allah SWT membinasakan mereka semua. Kemudian negeri tersebut hidup kembali, dan manakala pada zamannya nabi Isa as maka mereka beriman kepada rasul yang diutus pada mereka. Barangkali kalau demikian maksudnya maka tidak mengapa, wallahu a'lam".
Kemudian Imam Ibnu Katsir melanjutkan dengan menuturkan, "Adapun pendapat yang menyatakan bahwa kisah ini yakni yang dikisahkan dalam al-Qur'an adalah kisah pengikutnya nabi Isa, maka pendapat ini lemah. Sebagaimana telah kami kemukakan argumennya. Sebab tekstual yang ada didalam al-Qur'an mengandung konsekuensi kalau para utusan (yang diutus oleh nabi Isa) tersebut datang dari sisi Allah ta'ala".
Abu Bakar Zakaria menyebutkan jika Allah ta'ala tidak membinasakan suatu kaum dengan suatu azab dari langit ataupun dari bumi sebelum masanya nabi Musa as.
Bagaimanapun, mereka adalah para penyembah berhala sebagaimana ditegaskan oleh Allah ta'ala di dalam ayat-ayat -Nya. Mereka juga menjadikan sesembahan selain Allah ta’ala, seperti diterangkan dalam firman -Nya tentang para utusan yang diutus pada mereka, Allah SWTberfirman:
"Mengapa aku tidak menyembah (tuhan) yang telah menciptakanku dan yang hanya kepada –Nya lah kamu (semua) akan dikembalikan? Mengapa aku akan menyembah tuhan-tuhan selain nya jika (Allah) yang Maha Pemurah menghendaki kemudharatan terhadapku, niscaya syafaat mereka tidak memberi manfaat sedikitpun bagi diriku dan mereka tidak (pula) dapat menyelamatkanku? Sesungguhnya aku kalau begitu pasti berada dalam kesesatan yang nyata". (QS Yaasin: 22-24).
Selanjutnya Allah ta’ala memerintahkan pada para utusan–Nya dengan firman-Nya:
"Sesungguhnya aku telah beriman kepada Tuhanmu, maka dengarkanlah (pengakuan keimanan) ku". (QS Yaasin: 25).
Ketika itulah mereka membunuh utusan Allah SWT tersebut. Para ulama ada yang mengatakan, mereka merajamnya, ada yang mengatakan, mereka menggigitnya hingga meninggal, ada pula yang berpendapat, mereka menerkam secara beramai-ramai hingga dia meninggal. Dan dikisahkan oleh Ibnu Ishaq dari beberapa temannya dari Ibnu Mas'ud, beliau mengatakan, 'Mereka menyodomi dengan menggunakan kaki-kaki mereka hingga keluar ususnya dan membikinya mati'.
Para ahli tafsir menyatakan, "Maka Allah ta'ala mengirim malaikat Jibril 'alaihi sallam, lalu mengambil pengikat pintu yang berada di pintu masuk negeri mereka, kemudian terdengar satu pekikan yang memekakkan telinga maka seketika itu tidak lagi terdengar suara mereka tidak pula terlihat aktivitas mereka, dan tidak ada yang tersisa dari mereka kecuali mati dengan azab tersebut.
Allah SWT berfirman:
"Dan Kami tidak menurunkan kepada kaumnya sesudah dia (meninggal) suatu pasukanpun dari langit dan tidak layak Kami menurunkannya. Tidak ada siksaan atas mereka melainkan satu teriakan suara saja; maka tiba-tiba mereka semuanya mati". (QS Yaasin: 28-29).
Kemudian Ibnu Katsir menegaskan ucapan di atas dengan pernyataanya, "Dan ini semua memberikan satu petunjuk pada kita kalau penduduk negeri ini bukanlah Anthakiyah".
Melainkan seperti dikatakan -sebagaimana penjelasan beliau sebelumnya- kalau para rasul yang disebut dalam al-Qur'an diutus kepada penduduk Anthakiyah pada masa itu, namun, mereka mendustakannya sehingga Allah ta'ala membinasakan mereka semua.
Kemudian setelah itu negeri tersebut diisi lagi oleh penduduk yang lain, dan ketika datang masanya nabi Isa as dan beliau diutus kepada mereka maka mereka beriman kepadanya. Bila ini yang dimaksud maka tidak mengapa, wallahu a'lam.
Abu Bakar Zakaria mengatakan perpaduan pendapat ini ada sisi kelemahan yang sangat tampak, sebab negeri ini yakni Anthakiyah tidak pernah diketahui sebelumnya kalau pernah dibinasakan oleh Allah SWT, baik dalam rujukan agama Nashrani tidak pula agama lain yang datang sebelumnya, dan Allah SWT yang lebih mengetahui ilmunya.
﴿ وَٱضۡرِبۡ لَهُم مَّثَلًا أَصۡحَٰبَ ٱلۡقَرۡيَةِ إِذۡ جَآءَهَا ٱلۡمُرۡسَلُونَ (١٣)إِذۡ أَرۡسَلۡنَآ إِلَيۡهِمُ ٱثۡنَيۡنِ فَكَذَّبُوهُمَا فَعَزَّزۡنَا بِثَالِث فَقَالُوٓاْ إِنَّآ إِلَيۡكُم مُّرۡسَلُونَ (١٤)قَالُواْ مَآ أَنتُمۡ إِلَّا بَشَر مِّثۡلُنَا وَمَآ أَنزَلَ ٱلرَّحۡمَٰنُ مِن شَيۡءٍ إِنۡ أَنتُمۡ إِلَّا تَكۡذِبُونَ (١٥) قَالُواْ رَبُّنَا يَعۡلَمُ إِنَّآ إِلَيۡكُمۡ لَمُرۡسَلُونَ (١٦)وَمَا عَلَيۡنَآ إِلَّا ٱلۡبَلَٰغُ ٱلۡمُبِينُ (١٧) قَالُوٓاْ إِنَّا تَطَيَّرۡنَا بِكُمۡۖ لَئِن لَّمۡ تَنتَهُواْ لَنَرۡجُمَنَّكُمۡ وَلَيَمَسَّنَّكُم مِّنَّا عَذَابٌ أَلِيم (١٨) قَالُواْ طَٰٓئِرُكُم مَّعَكُمۡ أَئِن ذُكِّرۡتُمۚ بَلۡ أَنتُمۡ قَوۡم مُّسۡرِفُونَ (١٩) ﴾ يس
"Dan buatlah bagi mereka suatu perumpamaan, yaitu penduduk suatu negeri ketika utusan-utusan datang kepada mereka. (yaitu) ketika Kami mengutus kepada mereka dua orang utusan, lalu mereka mendustakan keduanya; kemudian Kami kuatkan dengan (utusan) yang ketiga, maka ketiga utusan itu berkata: "Sesungguhnya kami adalah orang-orang di utus kepadamu". Mereka menjawab: "Kamu tidak lain hanyalah manusia seperti kami dan Allah yang Maha Pemurah tidak menurunkan sesuatupun, kamu tidak lain hanyalah pendusta belaka". Mereka berkata: "Tuhan kami mengetahui bahwa sesungguhnya kami adalah orang yang diutus kepada kamu". Dan kewajiban kami tidak lain hanyalah menyampaikan (perintah Allah) dengan jelas". Mereka menjawab: "Sesungguhnya kami bernasib malang karena kamu, sesungguhnya jika kamu tidak berhenti (menyeru kami), niscaya kami akan merajam kamu dan kamu pasti akan mendapat siksa yang pedih dari kami". Utusan-utusan itu berkata: "Kemalangan kamu adalah karena kamu sendiri. apakah jika kamu diberi peringatan (kamu bernasib malang)? sebenarnya kamu adalah kaum yang melampui batas". ( QS Yaasin : 13-19).
Abu Bakar Zakaria dalam bukunya yang diterjemahkan Abu Umamah Arif Hidayatullah berjudul "Paganisme Sebelum Nabi Musa as" (Islam House, 2014) mengisahkan tentang Ashabul Qoryah serta kesyirikan yang terjadi di tengah-tengah mereka.
Menurutnya, para ulama salaf dan ulama belakangan mengatakan bahwa yang dimaksud dengan Qoryah ini tiada lain ialah Anthakiyah. Hal ini sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq, mengacu dengan riwayat yang sampai kepadanya dari sahabat Ibnu Abbas dan lainnya. Pendapat inilah yang banyak dipegang oleh jumhur ahli tafsir.
Penduduk Qoryah mempunyai seorang raja yang bernama Anthikhas bin Inthikhas. Ia merupakan salah satu dari anggota dinasti Fir'aun , yang menyembah berhala , mempraktikkan kesyirikan bersama penduduknya, dan mereka mempunyai tiga patung yang biasa disembah. Nama-nama berhala tersebut ialah Rumsa, ada yang mengatakan namanya Arthamis.
Dan para ulama berbeda pendapat tentang nama raja tersebut menjadi dua pendapat, ada yang mengatakan namanya ialah Anthikhas, pendapat kedua menyebutkan namanya ialah Anthara. Menurut pendapat yang pilih oleh Ibnu Jarir namanya adalah Ibthihas.
Selanjutnya Allah SWT mengutus kepada penduduk tersebut tiga orang rasul, mereka bernama Shodiq, Shoduq dan Syalum. Imam Ibnu Jarir menerangkan, seorang rasul di antara ketiganya diutus kepada penduduk tersebut. Seorang lagi diutus kepada penduduk Madinah. Kedua rasul itu mereka dustakan.
Allah SWT mengistimewakan yang ketiga dari yang lainya. Qatadah mengklaim bahwa nama-nama utusan tadi ialah utusan dari al-Masih, bukan utusan tersendiri yang Allah SWT angkat untuk kaum tersebut. Namun, nabi Isa as yang mengutus mereka untuk penduduk tersebut. Adapun nama dua utusan yang pertama ialah Syam'un dan Yohana, adapun nama utusan yang ketiga bernama Paulus.
Imam Ibnu Katsir mengomentari pendapat tadi dengan mengatakan, Pendapat ini sangat lemah, sebab penduduk Anthakiyah beriman kepada nabi Isa tatkala beliau diutus kepada mereka, di antaranya ada tiga orang yang menjadi pengikut setianya. Dan Anthakiyah tersebut merupakan salah satu dari tiga kota yang pertama kali beriman dengan al-Masih pada masa itu.
Oleh sebab itu, kota ini sekarang menjadi salah satu dari empat kota besar yang masih memiliki agama Nashrani yang kuat, yaitu Anthakiyah, al-Quds, Alexanderia, dan Roma, kemudian ditambah dengan Kostantinopel, mereka ini semua tidak dibinasakan.
Sedangkan penduduk yang dicantumkan dalam al-Qur'an mereka itulah yang dibinasakan tanpa tersisa, sebagaimana dijelaskan dalam akhir kisah mereka, manakala membunuh para utusan yang datang pada mereka.
Allah SWT menegaskan dalam firman-Nya:
اِنۡ كَانَتۡ اِلَّا صَيۡحَةً وَّاحِدَةً فَاِذَا هُمۡ خٰمِدُوۡنَ
"Tidak ada siksaan atas mereka melainkan satu teriakan suara saja; maka tiba-tiba mereka semuanya mati".(QS Yaasin: 29).
Abu Bakar Zakaria mengatakan akan tetapi, taruhlah benar jika tiga rasul yang disebutkan dalam al-Qur'an tadi memang diutus kepada penduduk Anthakiyah yang ada pada saat itu lalu mereka mendustakannya sehingga Allah SWT membinasakan mereka semua. Kemudian negeri tersebut hidup kembali, dan manakala pada zamannya nabi Isa as maka mereka beriman kepada rasul yang diutus pada mereka. Barangkali kalau demikian maksudnya maka tidak mengapa, wallahu a'lam".
Kemudian Imam Ibnu Katsir melanjutkan dengan menuturkan, "Adapun pendapat yang menyatakan bahwa kisah ini yakni yang dikisahkan dalam al-Qur'an adalah kisah pengikutnya nabi Isa, maka pendapat ini lemah. Sebagaimana telah kami kemukakan argumennya. Sebab tekstual yang ada didalam al-Qur'an mengandung konsekuensi kalau para utusan (yang diutus oleh nabi Isa) tersebut datang dari sisi Allah ta'ala".
Abu Bakar Zakaria menyebutkan jika Allah ta'ala tidak membinasakan suatu kaum dengan suatu azab dari langit ataupun dari bumi sebelum masanya nabi Musa as.
Bagaimanapun, mereka adalah para penyembah berhala sebagaimana ditegaskan oleh Allah ta'ala di dalam ayat-ayat -Nya. Mereka juga menjadikan sesembahan selain Allah ta’ala, seperti diterangkan dalam firman -Nya tentang para utusan yang diutus pada mereka, Allah SWTberfirman:
وَمَا لِيَ لَآ أَعۡبُدُ ٱلَّذِي فَطَرَنِي وَإِلَيۡهِ تُرۡجَعُونَ
ءَأَتَّخِذُ مِن دُونِهِۦٓ ءَالِهَةً إِن يُرِدۡنِ ٱلرَّحۡمَٰنُ بِضُرّ لَّا تُغۡنِ عَنِّي شَفَٰعَتُهُمۡ شَيۡٔا وَلَا يُنقِذُونِ
إِنِّيٓ إِذا لَّفِي ضَلَٰل مُّبِينٍ
ءَأَتَّخِذُ مِن دُونِهِۦٓ ءَالِهَةً إِن يُرِدۡنِ ٱلرَّحۡمَٰنُ بِضُرّ لَّا تُغۡنِ عَنِّي شَفَٰعَتُهُمۡ شَيۡٔا وَلَا يُنقِذُونِ
إِنِّيٓ إِذا لَّفِي ضَلَٰل مُّبِينٍ
"Mengapa aku tidak menyembah (tuhan) yang telah menciptakanku dan yang hanya kepada –Nya lah kamu (semua) akan dikembalikan? Mengapa aku akan menyembah tuhan-tuhan selain nya jika (Allah) yang Maha Pemurah menghendaki kemudharatan terhadapku, niscaya syafaat mereka tidak memberi manfaat sedikitpun bagi diriku dan mereka tidak (pula) dapat menyelamatkanku? Sesungguhnya aku kalau begitu pasti berada dalam kesesatan yang nyata". (QS Yaasin: 22-24).
Selanjutnya Allah ta’ala memerintahkan pada para utusan–Nya dengan firman-Nya:
إِنِّيٓ ءَامَنتُ بِرَبِّكُمۡ فَٱسۡمَعُونِ
"Sesungguhnya aku telah beriman kepada Tuhanmu, maka dengarkanlah (pengakuan keimanan) ku". (QS Yaasin: 25).
Ketika itulah mereka membunuh utusan Allah SWT tersebut. Para ulama ada yang mengatakan, mereka merajamnya, ada yang mengatakan, mereka menggigitnya hingga meninggal, ada pula yang berpendapat, mereka menerkam secara beramai-ramai hingga dia meninggal. Dan dikisahkan oleh Ibnu Ishaq dari beberapa temannya dari Ibnu Mas'ud, beliau mengatakan, 'Mereka menyodomi dengan menggunakan kaki-kaki mereka hingga keluar ususnya dan membikinya mati'.
Para ahli tafsir menyatakan, "Maka Allah ta'ala mengirim malaikat Jibril 'alaihi sallam, lalu mengambil pengikat pintu yang berada di pintu masuk negeri mereka, kemudian terdengar satu pekikan yang memekakkan telinga maka seketika itu tidak lagi terdengar suara mereka tidak pula terlihat aktivitas mereka, dan tidak ada yang tersisa dari mereka kecuali mati dengan azab tersebut.
Allah SWT berfirman:
وَمَآ أَنزَلۡنَا عَلَىٰ قَوۡمِهِۦ مِنۢ بَعۡدِهِۦ مِن جُند مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَمَا كُنَّا مُنزِلِينَ
إِن كَانَتۡ إِلَّا صَيۡحَة وَٰحِدَة فَإِذَا هُمۡ خَٰمِدُونَ
إِن كَانَتۡ إِلَّا صَيۡحَة وَٰحِدَة فَإِذَا هُمۡ خَٰمِدُونَ
"Dan Kami tidak menurunkan kepada kaumnya sesudah dia (meninggal) suatu pasukanpun dari langit dan tidak layak Kami menurunkannya. Tidak ada siksaan atas mereka melainkan satu teriakan suara saja; maka tiba-tiba mereka semuanya mati". (QS Yaasin: 28-29).
Kemudian Ibnu Katsir menegaskan ucapan di atas dengan pernyataanya, "Dan ini semua memberikan satu petunjuk pada kita kalau penduduk negeri ini bukanlah Anthakiyah".
Melainkan seperti dikatakan -sebagaimana penjelasan beliau sebelumnya- kalau para rasul yang disebut dalam al-Qur'an diutus kepada penduduk Anthakiyah pada masa itu, namun, mereka mendustakannya sehingga Allah ta'ala membinasakan mereka semua.
Kemudian setelah itu negeri tersebut diisi lagi oleh penduduk yang lain, dan ketika datang masanya nabi Isa as dan beliau diutus kepada mereka maka mereka beriman kepadanya. Bila ini yang dimaksud maka tidak mengapa, wallahu a'lam.
Abu Bakar Zakaria mengatakan perpaduan pendapat ini ada sisi kelemahan yang sangat tampak, sebab negeri ini yakni Anthakiyah tidak pernah diketahui sebelumnya kalau pernah dibinasakan oleh Allah SWT, baik dalam rujukan agama Nashrani tidak pula agama lain yang datang sebelumnya, dan Allah SWT yang lebih mengetahui ilmunya.
(mhy)