5 Alasan Tuhan Mengutus Nabi, Salah Satunya Memberi Peringatan

Minggu, 31 Desember 2023 - 14:32 WIB
loading...
5 Alasan Tuhan Mengutus...
Imam Mohammad Jawad Chirri. Foto/Ilustrasi: Historic Images
A A A
Berikut ini adalah dialog Prof Dr Wilson H. Guertin dan Imam Muhammad Jawad Chirri yang dikutip dari buku yang diterjemahkan HM Ridho Umar Baridwan, SH berjudul "Dialog tentang Islam dan Kristen" (Alma'arif, 1981).

Imam Mohammad Jawad Chirri adalah seorang ulama dan dosen , kelahiran Lebanon . Beliau direktur dan Ketua Kerohanian di pusat Islam di Detroit, Amerika Serikat . Sedangkan Prof Dr Wilson H. Guertin adalah Ilmuwan terkemuka dalam ilmu jiwa (psychology).

Berikut petikan dialog tersebut:



Prof Wilson: Mengapa manusia memerlukan atau perlu mempunyai seorang atau pesuruh Tuhan?

Manusia diberi kemampuan mental, sehingga dia dapat membedakan antara yang benar dan yang salah. Seseorang dapat mengatakan bahwa ia tidak memerlukan pimpinan untuk mengatakan padanya apa yang dilakukan atau yang tidak.

Rata-rata individu dapat berkelakuan arif (berbudi), sehingga dia dapat bergaul dengan yang lain dan dengan keluarganya sendiri dengan jalan yang rasionil (masuk akal) tanpa memerlukan hukum Ketuhanan.

Imam Chirri: Kenabian diperlukan dengan banyak alasan:

1). Diperlukan memperingatkan manusia tentang Tuhan. Berdasarkan teori, manusia sanggup menarik kesimpulan adanya pencipta melalui penyelidikannya atas ciptaan-ciptaan Tuhan di bumi.

Pendapat manusia sanggup merenungkan hal yang abstrak dan pengertian yang umum (Universal Ideas). Akan tetapi, kita pada umumnya dihalangi (dibebani) pemikiran. Sebab keinginan biologis kita atau keperluan-keperluan manusia terbatas pada bahan yang ada di dunia. Bahan yang menarik dari dunia akan memalingkan perhatian kita.



Rata-rata orang tidak mampu menguraikan maksud dari Pembuatnya. Juga tidak dapat kita mengharap rata-rata orang untuk memisahkan dirinya dari zat-zat yang ada di dunia untuk memikirkan tentang Tuhan.

Selain daripada itu, susunan yang indah dalam alam semesta berarti adanya Pengatur, Tuhan Yang Maha Kuasa. Tetapi manusia hanya berminat kepada keindahan susunan alam, tapi tidak memikirkan asal-usulnya.

Manusia telah terbiasa dengan melihat terbitnya matahari dari timur dan tidak berpikir mengapa manusia gagal mengenal Penciptanya. Pengakuan adanya Dia bukan hasil dari pemikiran umum tetapi karena ajaran-ajaran dari beberapa individu-individu yang berhasil memimpin manusia.

2). Diperlukan pemimpin yang tak dapat dipersengketakan.

Manusia berbeda pendidikannya, kemampuannya, perasaannya dan latar belakangnya, jadi mereka berbeda dalam pandangan-pandangan mereka. Banyak hal-hal penting yang berhubungan dengan tindakan manusia sangat bertentangan di antara perorangan-perorangan dan kelompok-kelompok. Etika dan moral sering diperdebatkan.



Pembenaran yang berdasarkan filsafat dapat diperoleh hampir pada setiap pendapat.

Akal dan filsafat telah gagal mencari penyelesaian terhadap pertanyaan mengenai moral dan etika.

Jawaban-jawaban yang kita cari harus datang dan pimpinan yang tak dapat disangkal lagi, yang mampu membuat individu-individu dan kelompok-kelompok tunduk.

3). Diperlukan pemujian Tuhan.

Meskipun seorang pemikir dapat mengakui Tuhan dan KebesaranNya, dia biasanya melupakan pemujian-pemujian yang penting. Bahkan bila seseorang mengakui perlunya pemujian, dia tidak mengetahui bagaimana cara melakukannya.

Beberapa orang berpendapat pentingnya mengorbankan dan membakar binatang, yang lain kegairahan memburu binatang dengan nama Tuhan.

Ada yang mempercayai bahwa pertapa (hidup bertapa) adalah dicintai Tuhan.

Yang lain memuja Tuhan lewat nyanyian dan permainan alat-alat musik, yang lain lagi dengan jalan tunduk dan sujud ketika mereka sembahyang.



Bentuk sembahyang yang dapat diterima harus sesuai dengan kehendak Tuhan, bukan keinginan kita. Dia menentukan kehendakNya untuk kita lakukan melalui pesuruh atau Nabi.

4). Diperlukan untuk menahan hawa nafsu. Manusia yang tidak terpimpin dan tidak terdidik, menyerupai binatang di dalam naluri atau pembawaannya. Akal dirusak untuk melayani pemusatan kegairahannya (nafsu) kecuali jika diadakan penahanan. Filsafat tidak berguna untuk menahan kegairahan kita, sebab filsafat tersedia hanya sedikit, juga tidak ada keteguhan di dalam filsafat yang mendorong kita untuk mengontrol nafsu (kegairahan). Beberapa orang mencapai kesimpulan bahwa kita hanya mengejar kepuasan naluri.

Kita sekarang berjuang melawan ideologi yang berpandangan hidup materialistis, azas-azas yang tidak dapat menahan nafsu untuk alasan-alasan moral. Moral etika seluruhnya terletak pada Tuhan. Bila pesuruhNya menyampaikan kata~katanya, hal itu akan menjadi dasar kebenaran untuk mengakhiri perselisihan di dalam masalah- masalah ini.

5). Diperlukan untuk memberitahukan tentang kehidupan setelah mati. Untuk seseorang yang mempercayai Tuhan, percaya bahwa hidupnya akan dilanjutkan setelah mati di dalam beberapa bentuk. Juga mungkin bahwa akan ada hari pertimbangan dimana manusia akan diberi hadiah atau dihukum.

Bila ada kehidupan setelah mati yang demikian, manusia akan mempersiapkan dirinya. Hanya Tuhan yang dapat mengetahui tentang adanya hidup setelah mati.

Filsafat tidak dapat menolong dalam hal ini, juga pemikiran manusia tidak dapat menarik kesimpulan adanya hidup setelah mati lewat penyelidikan atau pengalaman di dunia. Hanya Tuhan yang memiliki ilmu tertentu ini. Dia dapat memberi keterangan ini melalui pesuruhNya.

(mhy)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3239 seconds (0.1#10.140)