Bukti Sifat Umum dari Ajaran Islam Menurut Imam Chirri

Selasa, 10 Oktober 2023 - 14:24 WIB
loading...
Bukti Sifat Umum dari Ajaran Islam Menurut Imam Chirri
Imam Mohammad Jawad Chirri. Foto: Historic images
A A A
"Saya ingin mengetahui faktor-faktor apa yang menyebabkan pesatnya pertumbuhan Islam ?" tanya Prof Wilson Howland Guertin kepada Imam Mohammad Jawad Chirri sebagaimana dikutip dari buku yang diterjemahkan Ridho Umar Baridwan berjudul "Dialog tentang Islam dan Kristen" (PT Alma'arif, 1981).

Wilson adalah seorang psikolog, penulis dan profesor. Beliau lahir 26 Juli 1920 di Bridgeport, Connecticut dan meninggal dunia pada 7 Maret 2022. Sedangkan Mohammad Jawad Chirri seorang ulama berkebangsaan Libanon. Beliau pendiri Islamic Center of America. Lahir pada Oktober 1905 dan wafat 10 November 1994.

Menjawab pertanyaan Prof Wilson, Imam Chirri menjelaskan bahwa banyak faktor yang menyebabkan meluasnya Islam. "Saya tidak akan menyebutkan semuanya, tetapi saya dapat menunjukkan beberapa faktor," ujarnya lalu menyebut salah satunya adalah al-Quran , kenabian Islam Muhammad SAW , keyakinan yang kuat pada orang-orang Islam yang mula-mula (terdahulu), dan prinsip-prinsip Islam.



Khusus tentang prinsip-prinsip Islam, Imam Chirri menjelaskan prinsip-prinsip Islam adalah sumber daya-tarik yang besar, sebab logis dan jelas. Untuk orang yang merenungkan terjadinya alam semesta tidak ada yang lebih sederhana daripada satu ajaran Agama yang menyatakan:

Bahwa tidak ada Tuhan kecuali Yang Maha Kuasa, yang membuat alam semesta, tidak ada yang patut dipuja kecuali Dia. Dia adalah Tuhan Yang Esa, tanpa teman, tanpa anak, Dia tidak beranak dan tidak diberanakkan, dan tidak ada yang seperti Dia. Dia adalah adil, pemurah, pengasih, dan perkasa, tidak berbentuk manusia dan jasmani, dan kekuasaannya mencakup seluruh alam semesta.

Paham keesaan Tuhan yang tidak menggambarkan konsep dari Tuhan dengan menggabungkan Singularity dan Plurality adalah sangat dapat diterima oleh pemikiran manusia yang mencari keterangan adanya Dunia.

Hal itu tidak meragukan pendapat manusia bahwa Tuhan adalah satu. Dan juga hal itu tidak menunjukkan bahwa Tuhan sebagai manusia yang dapat melahirkan manusia lain. Dan sebab prinsip-prinsip Islam adalah teguh dan berhubungan satu dengan yang lain (bertautan). Mereka tidak bertentangan satu sama lain, juga tidak bertentangan dengan ilmu pengetahuan.



Menurutnya, untuk menjelaskan ini, Islam, Agama Nasrani dan Judaism semuanya menganjurkan (mengajarkan) keadilan Tuhan dan kekuasaanNya. Islam memegang konsep-konsep Agama lain yang mengikuti konsep keadilan yang tidak terpisah:

Bila Tuhan adalah adil dan bijaksana, Islam mengatakan pada kita, tidak menanggungkan pada setiap jiwa untuk melakukan apa yang di luar kemampuannya. Hal itu juga menunjukkan pada kita bahwa keadilan tidak memegang tanggung-jawab individu tetapi untuk apa yang dia lakukan oleh pilihannya sendiri.

Dia tidak menanggungkan seseorang karena dosa-dosa orang tuanya atau nenek-moyangnya sebab hal itu tidak dibawah kontrolnya.

Islam juga mengatakan pada kita bahwa Tuhan tidak menanggungkan pada seseorang sesuatu yang telah dilakukan ayahnya. Dia tidak menghukum keturunan dari suatu generasi yang telah membuat dosa. Hukuman yang demikian bertentangan dengan konsep keadilan Tuhan.

Berkenaan dengan Pembebanan manusia dengan dosa asal (original sin), Islam mengatakan kepada kita bahwa setiap manusia dilahirkan dalam keadaan murni dan bebas dari setiap dosa, sampai dia berbuat dosa pada umur dewasa.

"Ini hanya satu dari beberapa contoh yang menunjukkan kekukuhan ajaran Islam," ujar Imam Chirri.

Prinsip-prinsip Islam memiliki sikap yang positif untuk seluruh aspek kehidupan manusia. Islam, tidak seperti agama-agama yang lain, memperhatikan kepentingan spirituil dan materiel, untuk kehidupan manusia



Tuhan, menurut Islam, tidak senang kepada manusia-manusia yang mengabaikan kebutuhan-kebutuhan biologisnya. Sebaliknya, kedua pihak saling bergantung. Saling berhubungan satu pada yang lain, dan dapat disatukan di dalam keaktifan-keaktifan manusia.

Seseorang yang kekurangan kebutuhan makanan, kehangatan dan perlindungan, akan mendapat kesukaran berpikir, melakukan kerja kebaktian atau melakukan kebaikan kepada manusia yang lain.

"Tetapi apabila kebutuhan fisik dipenuhi, manusia dapat dengan mudah mengarahkan dirinya pada Tuhannya. Untuk ini, kerja dengan niat baik untuk kebutuhan jasmani harus menjadi bagian kewajiban beragama (beriman)," lanjut Imam Chirri.
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2445 seconds (0.1#10.140)