Gagal Basmi Hamas, Warga Israel Minta Gencatan Senjata

Kamis, 07 Maret 2024 - 08:20 WIB
loading...
Gagal Basmi Hamas, Warga...
Protes anti-pemerintah untuk berduka atas orang-orang yang tewas akibat perang Israel di Gaza. Foto/Ilustrasi: Al-Jazeera
A A A
Semakin banyak warga Israel yang menyuarakan seruan global untuk gencatan senjata permanen atau sementara, namun alasan mereka berbeda.

“Saya tidak percaya pada perang ini dan saya tidak yakin tujuan perang ini dapat tercapai,” kata Avital Suisa, 39 tahun. “Perang ini tidak ada gunanya.”

Sikap blak-blakan seperti itu tidak lazim dilakukan orang Israel, begitu pula Suisa.

Dia adalah seorang aktivis dari Yerusalem Barat, dan sangat percaya pada solusi dua negara, bahkan ketika masyarakat Israel semakin menjauh dari pandangan tersebut, dan pemerintahan apartheid satu negara menjadi lebih mengakar di lapangan.

Suisa juga secara rutin melakukan perjalanan ke Tepi Barat yang diduduki, di mana ia mencoba untuk mencegah dan bahkan menangkis pemukim agar tidak menyerang suku Badui Palestina yang rentan.



Namun meskipun Suisa berhaluan kiri dalam politik Israel, dan merupakan minoritas dalam hal aktivismenya, seruan untuk gencatan senjata di Israel semakin meningkat – karena berbagai alasan.

Beberapa orang percaya bahwa gencatan senjata adalah cara terbaik untuk menyelamatkan tawanan Israel yang diambil oleh Hamas, sementara yang lain menambahkan bahwa membunuh orang-orang tak bersalah di Gaza akan membahayakan keamanan Israel dalam jangka panjang.

Beberapa pihak hanya menginginkan jeda sementara, sedangkan yang lain – seperti Suisa – menginginkan diakhirinya konflik secara permanen.

Sejak serangan terhadap Israel pada tanggal 7 Oktober oleh Brigade Qassam pimpinan Hamas dan faksi bersenjata Palestina lainnya – yang menewaskan 1.139 orang dan hampir 250 orang ditawan – Israel telah membunuh lebih dari 30.600 orang di Gaza, membuat penduduk sipil kelaparan dan menghancurkan lebih dari 70 persen wilayah Gaza.

Tujuan Israel adalah untuk “membasmi Hamas”, namun taktik bumi hangusnya telah membunuh warga sipil dengan sengaja dan tidak proporsional, termasuk ribuan wanita dan anak-anak.

Kekejaman tersebut telah memicu kemarahan di seluruh dunia dan mendorong para pejabat Amerika Serikat dan Eropa untuk mulai mendorong gencatan senjata, termasuk Wakil Presiden AS Kamala Harris, yang menyerukan penghentian pertempuran selama enam minggu pada tanggal 4 Maret.



Namun bagi Suisa, seruan untuk berhenti sementara saja tidak cukup.

“Tentu saja, fakta bahwa hampir 1.200 orang meninggal pada tanggal 7 Oktober – beberapa di antaranya dengan cara yang brutal – sungguh mengerikan. Tapi itu tidak membenarkan pembunuhan [lebih dari] 30.000 orang di Gaza – kebanyakan anak-anak dan perempuan – yang tidak melakukan apa pun terhadap saya,” kata Suisa kepada Al Jazeera.

Pertukaran Tawanan

Pada hari Ahad, keluarga tawanan Israel yang ditahan oleh Hamas berbaris dari Israel selatan ke pusat kota Yerusalem Barat, di mana mereka menyerukan pembebasan segera orang-orang yang mereka cintai.

Banyak di antara massa mengatakan kepada Al Jazeera bahwa mereka mendukung gencatan senjata yang akan membawa pulang orang-orang yang mereka cintai.

“Saya paham tidak mungkin memulangkan semua sandera [melalui cara militer]. Cara rasionalnya adalah membawa mereka kembali melalui kesepakatan,” kata Shay Dickmann, seorang mahasiswa kedokteran Israel berusia 28 tahun yang bibinya dibunuh pada tanggal 7 Oktober, dan sepupunya ditawan.

Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1951 seconds (0.1#10.140)