Semakin Taat Semakin Berat Ujian dan Godaannya
loading...
A
A
A
Saat ini, istilah hijrah menjadi sangat populer. Bahkan fenomenanya sudah berlangsung dalam beberapa tahun terakhir hampir di semua kalangan masyarakat. Dalam maknanya yang kekinian, hijrah seringkali diartikan dalam perubahan penampilan,suka berdakwah dan berusaha dalam menampilkan yang terbaik. Tapi benarkah pengertian hijrah sebatas itu?
Kata hijrah berasal dari kata Arab yang berarti berpisah, pindah dari satu negeri ke negeri lain. Istilah hijrah biasa dipakai dalam Islam dengan pengertian meninggalkan suatu negeri yang tidak begitu aman menuju negeri lain yang lebih aman demi keselamatan dan menjalankan agama. (Baca juga : Banyak Istighfar Maka Rezeki pun Akan Lancar )
Menurut pakar leksiografi Al-Quran, Raqib al-Isfahani, dijelaskan bahwa sebagai istilah kata hijrah biasanya mengacu pada tiga pengertian,yaitu: (1) Meninggalkan negeri yang berpenduduk kafir menuju negeri yang berpenduduk muslim, seperti hjrah Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam (SAW) dari Mekkah ke Madinah.(2) Meninggalkan syahwat, akhlak yang buruk dan dosa-dosa menuju kebaikan yang diperintahkan oleh Allah Subhanahu wa ta'ala dan (3) Mujahadah an-nafs atau menundukan hawa nafsu untuk mencapai kemanusiaan yang hakiki.
Dengan pengertian itu, ketika seorang hamba telah merasakan dalam dirinya rasa putus asa dari bergantungnya dia kepada makhluk karena ternyata makhluk lemah seperti dirinya, saat itulah dia akan menemukan tempat bersandar yang sesungguhnya dengan dia mengenal Allah SWT. Maka setelah itu hatinya akan selalu menghadapkan diri kepada Allah Subhanahu wa ta’ala dalam semua keadaannya. Baik susah maupun senang.
Ketika sudah demikian, maka seorang hamba tidak akan berpaling kepada selain Allah Ta'ala. Hatinya aka selalu menuju kepada Allah, maka inilah tingkatan penghambaan diri yang sejati ketika mau berhijrah. Dan ketika seseorang mau meninggalkan sesuatu karena takut akan kemurkaan Allah. Dia mencari sebab-sebab keridhaan Allah.
Karena itu, istilah hijrah seperti ini dibenarkan, karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan bahwa orang yang berhijrah (muhajir) adalah orang yang meninggalkan larangan Allah dan kembali kepada Allah dan agamanya.
Rasullullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ﻭَﺍﻟْﻤُﻬَﺎﺟِﺮُ ﻣَﻦْ ﻫَﺠَﺮَ ﻣَﺎ ﻧَﻬَﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻨْﻪ
”Dan Al-Muhaajir (orang yang berhijrah) adalah orang yang meninggalkan larangan Allah” (HR Bukhari dan Muslim) (Baca juga : Selain Ibu, Inilah Perempuan yang sangat Dimuliakan Rasulullah )
Dengan demikian, hijrah bisa dimaknai sebagai sebuah proses mengubah diri menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Hijrahpun bukan hanya penampilan yang berbeda tapi tertatanya hati menjadi takut hanya kepada Allah meskipun hanya sendirian. Karena yang perlu berubah bukan hanya kata tapi perilakunya juga.
Allah SWT berfirman, “Tidaklah seorang hamba mendekatkan diri pada-Ku dengan amalan wajib yang Aku cintai.dan hambaKu senantiasa mendekatkan diri kepadaKu dengan amalan sunnah hingga Aku mencintainya”. Inilah hadis sahih yang disebut dengan hadis Qudsi diriwayatkan oleh Imam Bukhari.”Setiap langkah adalah awal dimana akan terus berproses dan belajar untuk lebih baik."
Namun dalam praktiknya, istiqamah dalam berhijrah bukanlah perkara mudah. Saat memulainya, seorang akan merasakan beratnya ujian .
Pun demikian saat menjalaninya. Ujian itu justru bukan berakhir melainkan akan terus bertambah. Mengingat tak ada ujian yang lebih mudah untuk naik tingkat, apalagi untuk menuju tingkatan di sisi-Nya.
Tak heran, kita melihat tak sedikit seseorang yang gagal berhijrah. Mereka tak sabar menghadapi ujian dan tergoda kembali ke kehidupan lamanya. Sangat membuat kita sedih, ketika ada sebagian saudara kita yang “hijrahnya gagal” yaitu tidak istiqamah di atas agama, kembali lagi ke dunia kelamnya yang dahulu dan kembali melanggar larangan Allah. (Baca juga : Mengapa Perempuan Dianjurkan Memperbanyak Sedekah dan Istighfar? )
Lantas bagaimanakah agar hijrah kita bisa tetap istiqamah? (bersambung)
Wallahu A'lam
Kata hijrah berasal dari kata Arab yang berarti berpisah, pindah dari satu negeri ke negeri lain. Istilah hijrah biasa dipakai dalam Islam dengan pengertian meninggalkan suatu negeri yang tidak begitu aman menuju negeri lain yang lebih aman demi keselamatan dan menjalankan agama. (Baca juga : Banyak Istighfar Maka Rezeki pun Akan Lancar )
Menurut pakar leksiografi Al-Quran, Raqib al-Isfahani, dijelaskan bahwa sebagai istilah kata hijrah biasanya mengacu pada tiga pengertian,yaitu: (1) Meninggalkan negeri yang berpenduduk kafir menuju negeri yang berpenduduk muslim, seperti hjrah Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam (SAW) dari Mekkah ke Madinah.(2) Meninggalkan syahwat, akhlak yang buruk dan dosa-dosa menuju kebaikan yang diperintahkan oleh Allah Subhanahu wa ta'ala dan (3) Mujahadah an-nafs atau menundukan hawa nafsu untuk mencapai kemanusiaan yang hakiki.
Dengan pengertian itu, ketika seorang hamba telah merasakan dalam dirinya rasa putus asa dari bergantungnya dia kepada makhluk karena ternyata makhluk lemah seperti dirinya, saat itulah dia akan menemukan tempat bersandar yang sesungguhnya dengan dia mengenal Allah SWT. Maka setelah itu hatinya akan selalu menghadapkan diri kepada Allah Subhanahu wa ta’ala dalam semua keadaannya. Baik susah maupun senang.
Ketika sudah demikian, maka seorang hamba tidak akan berpaling kepada selain Allah Ta'ala. Hatinya aka selalu menuju kepada Allah, maka inilah tingkatan penghambaan diri yang sejati ketika mau berhijrah. Dan ketika seseorang mau meninggalkan sesuatu karena takut akan kemurkaan Allah. Dia mencari sebab-sebab keridhaan Allah.
Karena itu, istilah hijrah seperti ini dibenarkan, karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan bahwa orang yang berhijrah (muhajir) adalah orang yang meninggalkan larangan Allah dan kembali kepada Allah dan agamanya.
Rasullullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ﻭَﺍﻟْﻤُﻬَﺎﺟِﺮُ ﻣَﻦْ ﻫَﺠَﺮَ ﻣَﺎ ﻧَﻬَﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻨْﻪ
”Dan Al-Muhaajir (orang yang berhijrah) adalah orang yang meninggalkan larangan Allah” (HR Bukhari dan Muslim) (Baca juga : Selain Ibu, Inilah Perempuan yang sangat Dimuliakan Rasulullah )
Dengan demikian, hijrah bisa dimaknai sebagai sebuah proses mengubah diri menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Hijrahpun bukan hanya penampilan yang berbeda tapi tertatanya hati menjadi takut hanya kepada Allah meskipun hanya sendirian. Karena yang perlu berubah bukan hanya kata tapi perilakunya juga.
Allah SWT berfirman, “Tidaklah seorang hamba mendekatkan diri pada-Ku dengan amalan wajib yang Aku cintai.dan hambaKu senantiasa mendekatkan diri kepadaKu dengan amalan sunnah hingga Aku mencintainya”. Inilah hadis sahih yang disebut dengan hadis Qudsi diriwayatkan oleh Imam Bukhari.”Setiap langkah adalah awal dimana akan terus berproses dan belajar untuk lebih baik."
Namun dalam praktiknya, istiqamah dalam berhijrah bukanlah perkara mudah. Saat memulainya, seorang akan merasakan beratnya ujian .
Pun demikian saat menjalaninya. Ujian itu justru bukan berakhir melainkan akan terus bertambah. Mengingat tak ada ujian yang lebih mudah untuk naik tingkat, apalagi untuk menuju tingkatan di sisi-Nya.
Tak heran, kita melihat tak sedikit seseorang yang gagal berhijrah. Mereka tak sabar menghadapi ujian dan tergoda kembali ke kehidupan lamanya. Sangat membuat kita sedih, ketika ada sebagian saudara kita yang “hijrahnya gagal” yaitu tidak istiqamah di atas agama, kembali lagi ke dunia kelamnya yang dahulu dan kembali melanggar larangan Allah. (Baca juga : Mengapa Perempuan Dianjurkan Memperbanyak Sedekah dan Istighfar? )
Lantas bagaimanakah agar hijrah kita bisa tetap istiqamah? (bersambung)
Wallahu A'lam
(wid)