Masjid Qiblatain, Tempat Turunnya Wahyu kepada Nabi Muhammad SAW untuk Mengubah Arah Kiblat

Rabu, 29 Mei 2024 - 09:47 WIB
loading...
Masjid Qiblatain, Tempat...
Masjid Qiblatain, merupakan satu dari sejumlah situs bersejarah yang ada di kota Madinah, masjid ini juga salah satu jejak sejarah Nabi Muhammad SAW dalam menyebarkan Islam ke seluruh dunia. Foto andryanto wisnuwidodo/SINDOnews
A A A
Masjid Qiblatain satu dari sejumlah situs bersejarah yang ada di kota Madinah. Masjid Qiblatain salah satu jejak sejarah Nabi Muhammad SAW dalam menyebarkan Islam ke seluruh dunia dan menjadi situs yang banyak dikunjungi jemaah umrah maupun haji

Masjid Qiblatain terletak sekitar tujuh kilometer di sebelah timur laut Masjid Nabawi dan menjadi tempat ziarah penting bagi umat Islam. Awalnya, masjid ini dikenal dengan nama Masjid Bani Salamah, karena dibangun di bekas rumah Bani Salamah.

Masjid Qiblatain adalah masjid yang memiliki dua kiblat. Qiblatain artinya dua kiblat. Kiblat pertama yang menghadap ke Masjid Al-Aqsa di Baitul Maqdis (Palestina), sedangkan kiblat kedua yang menghadap ke Kakbah di Masjidilharam, Makkah.

Dikutip dari Arabnews, masjid ini dibangun oleh Sawad bin Ghanam bin Kaab pada tahun kedua hijriah. Tempat ini secara historis menjadi penting bagi umat Islam karena menjadi tempat turunnya wahyu Al-Qur'an kepada Nabi Muhammad untuk mengubah arah kiblat.

Menurut Prof Dr H Aswadi MAg, Konsultan Ibadah PPIH Daker Madinah, hal itu terjadi pada bulan Syakban, ketika Nabi Muhammad SAW memimpin para sahabatnya saat salat zuhur, kemudian diturunkan wahyu untuk menghadap ke arah kakbah.

Ketika sudah salat dua rakaat, turunlah wahyu yang memerintahkan untuk mengubah arah kiblat, maka Nabi langsung melakukan, sesegera mungkin untuk melakukan perubahan itu.

"Karena itu merupakan perintah langsung di rakaat kedua atau dua rakaat bagian yang kedua. Dan langsung baginda Rasul itu mengalihkan kiblatnya itu dari Baitul Maqdis ke Ka'bah Baitullah, ini kemudian diikuti oleh semua jemaah," katanya.

Menurut Aswadi, ada perbedaan pendapat mengenai waktu perpindahan arah kiblat tersebut. "Itu tahun ke-2 Hijriah, jadi, sebagian mufassir menyatakan bahwa itu terjadi di bulan Syakban," ujar guru besar UIN Sunan Ampel Surabaya ini.

"Ada yang mengatakan di bulan Rajab, ada yang mengatakan itu adalah hari Senin, ada yang mengatakan itu hari Selasa. Ada yang mengatakan salat zuhur, ada yang mengatakan salat Asar," ujarnya.

Ibnu Hajar al-Asqalani dalam kitabnya Fathul Bari menyatakan bahwa itu salat zuhur. “Sedangkan, salat yang pertama kali dikerjakan di Masjid Nabawi dengan menghadap ka’bah adalah salat ashar," jelasnya.

Kisah perpindahan arah kiblat ini bermula ketika Nabi Muhammad mengunjungi ibu dari Bisyr bin Barra' bin Ma’rur dari Bani Salamah ditinggal mati keluarganya. Kemudian tibalah waktu salat, nabi pun salat bersama para sahabat di sana.

Dua rakaat pertama masih menghadap Baitul Maqdis, sampai akhirnya malaikat Jibril menyampaikan wahyu pemindahan arah kiblat. Wahyu datang ketika baru saja menyelesaikan rakaat kedua.

Begitu menerima wahyu ini, Rasul langsung berpindah 180 derajat, diikuti oleh semua jemaah menghadap Masjidilharam.

Pada awalnya, kata Aswadi, kiblat salat untuk semua nabi adalah Baitullah di Makkah, seperti yang tercantum dalam Al-Qur'an Surah Ali Imran ayat 96 : “Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk tempat beribadah manusia ialah Baitullah di Makkah yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia.”

Sedangkan Al-Quds (Baitul Maqdis) ditetapkan sebagai kiblat untuk sebagian dari para nabi dari Bani Israil. Dari Madinah, Baitul Maqdis berada di sebelah utara, sedangkan Baitullah di bagian selatan.

Ketika masih di Makkah, Nabi salat menghadap Baitul Maqdis, juga sekaligus menghadap kakbah. Nabi menghadap ke utara, di mana posisi ka'bah searah dengan Baitul Maqdis.

Perubahan arah kiblat sendiri sudah diinginkan Nabi, karena selama di Makkah beliau salat menghadap ke Baitul Maqdis, bahkan sampai di Madinah pun. Nabimasih menghadap ke sana lebih dari setahun.

Namun, Nabi terus memohon, mencari kepastian dan berharap agar kiblat dipindahkan ke ka’bah, sebagaimana dalam Surat Al-Baqarah ayat 144, "Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai."

Masjid Al-Qiblatain sudah mengalami beberapa kali pemugaran hingga renovasi. Awalnya masjid ini dikelola oleh Khalifah Umar ibn al-Khattāb. Lalu direnovasi dan dibangun kembali ketika Kesultanan Usmani berkuasa.

Pada 1987 Pemerintah Kerajaan Arab Saudi di bawah Raja Fahd pernah memperluasnya, merenovasi dan membangun dengan konstruksi baru, tetapi tidak menghilangkan ciri khas masjid tersebut. Di bagian luar, arsitektur masjid terinspirasi dari elemen dan motif tradisional sehingga menampakkan citra otentik sebuah situs bersejarah.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1609 seconds (0.1#10.140)