Cerita Dzakwan, Penerjemah Khotbah Salat Jumat di Masjid Nabawi

Selasa, 04 Juni 2024 - 10:18 WIB
loading...
Cerita Dzakwan, Penerjemah...
Dzakwan Aisy Fajar Azhari, mahasiswa asal Indonesia yang menjadi penerjemah khotbah di Masjid Nabawi Madinah. Foto/MCH
A A A
JAKARTA - Cerita Dzakwan Aisy Fajar Azhari yang menjadi penerjemah khotbah di Masjid Nabawi Madinah. Kepiawaian Dzakwan menerjemahkan khotbah di Masjid Nabawi sangat membantu jemaah Indonesia dalam memahami isi khotbah saat salat Jumat.

Khotbah itu diterjemahkan ke bahasa Indonesia secara live melalui radio, aplikasi, dan website. Untuk radio frekuensinya 99.0 FM (Masjid Nabawi) dan 90.50 (Masjidilharam). Lalu ada aplikasi mixir dengan nama akun Haram Melayu. Sedangkan website di https://manaratalharamain.gov.sa.

Mahasiswa asal Indonesia di Universitas Islam Madinah (UIM) dipercaya menjadi penerjemah khotbah Jumat. Empat orang di antaranya bertugas di Masjid Nabawi. Mereka adalah Haris Hermawan (mahasiswa S3 Jurusan Manajemen Pendidikan), Hanif Husin Achmad (mahasiswa S2 Jurusan Usul Fikih), Hirzi Sasmaya (mahasiswa S2 Jurusan Fikih), dan Dzakwan Aisy Fajar Azhari (mahasiswa S2 Jurusan Ilmu Hadis).



"Yang di Makkah ada 1 orang yang non mahasiswa," ujar Dzakwan Aisy Fajar Azhari kepada Tim Media Center Haji Petugas Penyelenggara Ibadah Haji Indonesia (MCH PPHI) di Masjid Nabawi, Selasa (4/6/2024).

Tahun ini adalah tahun ketiga bagi Dzakwan menjadi penerjemah khotbah Jumat di Masjid Nabawi. Program translator khotbah Jumat ini sudah berlangsung 10 tahunan. Tapi untuk Bahasa Indonesia, kata Dzakwan, dimulai 7 tahun lalu.



Awalnya, penerjemah khotbah ini menjadi satu bagian dengan pengisi kajian berbahasa Indonesia. Ustadz Firanda Andirja salah seorang yang pernah menjadi pengisi kajian berbahasa Indonesia sekaligus penerjemah khotbah Jumat.

Saat menerjemahkan khotbah, Dzakwan berada di salah satu ruangan di dekat pintu 9 Masjid Nabawi. Ada ruangan yang dipakai untuk ruangan translator. Ruangan lantai pertama untuk Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Bahasa Hausa, Bahasa Mandarin, dan Bahasa Persia.

Sedangkan ruangan di lantai dua untuk Bahasa Urdu, Bahasa Prancis, Bahasa Turkiye, Bahasa Bangali, dan Bahasa Rusia. Setiap ruangan berukuran 15 x 5 meter. Di dalam ruangan itu dibuat kubikel seperti ruangan kerja redaksi di sebuah media massa.

Dzakwan dan penerjemah lain masing-masing mendapat satu bagian kubikel itu. Biasanya para penerjemah sudah mendapat naskah khotbah pada Kamis. Mereka lantas membuat naskah versi terjemahan. Tapi tidak jarang beberapa jam sebelum salat Jumat ada revisi naskah dari khotib.

Ada 10 khotib tetap di Masjid Nabawi. Mereka sekaligus imam salat fardhu di Masjid Nabawi. Khotib Jumat di Masjid Nabawi memang selalu membawa teks. "Kadang-kadang saat khotbah ada improvisasi dari khotib. Jadi yang disampaikan tidak ada di naskah," ujar mahasiswa yang sudah 7 tahun tinggal di Madinah itu.

Ketika khotib berkhotbah, Dzakwan memakai headset untuk mendengarkan khotbah. Di depannya ada mikrofon dan laptop. Laptop itu dipakai untuk mencari ayat yang kadang-kadang tidak ada dalam teks tapi dibaca oleh khotib.

"Bisa jadi ada improvisasi, khotib mengutip ayat yang tidak ada dalam naskah khotbah. Saya harus segera searching agar tidak salah dalam menerjemahkan ayat," kata bapak satu anak itu.

Dzakwan kuliah S1 dan S2 jurusan hadis di UIM. Pria 27 tahun itu berasal dari Karanganyar, Jawa Tengah. Orang tuanya wiraswasta dan sangat peduli pendidikan. Ayah dan ibunya pernah sekolah di Pendidikan Guru Agama (PGA). Ayahnya juga lulusan UIN Walisongo, Semarang.
(cip)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3064 seconds (0.1#10.140)