Dear Jemaah, Ini Tips Jaga Kesehatan saat Puncak Haji
loading...
A
A
A
Suhu Makkah yang diperkirakan mencapai 50 derajat celcius saat puncak haji harus menjadi perhatian para jemaah haji Indonesia . Karena puncak haji adalah di Arafah , Muzdalifah , dan Mina, jemaah haji perlu menjaga kesehatan tubuhnya.
Evan Gintang, dokter spesialis penyakit dalam yang juga petugas kesehatan haji di sektor 5, Makkah, berbagi tips menjaga kesehatan jelang puncak haji. Dari aspek pencegahan penyakit, ia menyarankan para jemaah menjaga gizi konsumsi.
"Jemaah agar mengkonsumsi makanan bergizi, istirahat yang cukup, dan tidak memaksakan diri untuk beribadah berlebihan khususnya di Masjidil Haram," ujar Evan.
Dia meminta jemaah untuk mengukur kemampuan tubuh.
Lebih lanjut ia menyampaikan, jangan sampai keinginan beribadah di Masjidilharam yang terlalu kuat membuat beban tubuh kurang istirahat. Hal tersebut mengingat cuaca di Makkah semakin panas hingga 45 derajat celcius dan padatnya Masjidilharam di musim haji.
Apalagi bagi lansia yang memiliki kerentanan, ia mengingatkan, jika mengalami gejala seperti tidak bisa tidur dan malas makan, supaya segera memeriksakan diri ke petugas kesehatan haji setempat. Gejala yang muncul itu, imbuh Evan, merupakan warning atau peringatan bahwa lansia tersebut membutuhkan perhatian lebih," lanjut Evan.
Sebelum puncak haji, Evan meminta jemaah agar lebih peduli pada kesehatannya. "Jemaah yang punya penyakit, dikonsultasikan kesehatannya kepada petugas kesehatan, sehingga pada saat masuk Armuzna, jemaah haji dalam kondisi fit dan tidak mengalami penurunan fungsi tubuh karena sakitnya,” pesan Evan.
Jaga Kesehatan di Masa Armuzna
Ibadah haji adalah ibadah fisik, jelas Evan, sehingga jemaah diminta mengukur kemampuan fisiknya dan mengetahui cara bagaimana menghadapi terik panas saat berada di Armuzna. Ia berpesan kepada jemaah untuk menggunakan alat pelindung diri, seperti payung guna menghindari paparan sinar matahari langsung.
Jemaah juga diminta membawa botol semprotan air dan lap basah, "Paling sering kejadian saat Armuzna adalah heat stroke karena tubuh terlalu panas dan menyebabkan gangguan kesadaran hingga pingsan. Kita harus melindungi diri dari paparan panas, bisa memakai payung atau spray dari air atau penggunaan lap basah agar tubuh menjadi lebih dingin.”
Selanjutnya, Evan mengingatkan agar jemaah tidak memaksakan diri. Ia mencontohkan, jika jemaah merasa tidak mampu melempar jumroh, diminta bisa menggunakan skema badal lempar jumroh, atau mencari waktu yang longgar dan tidak terburu-buru ketika akan melempar jumroh. Kondisi jemaah selama beribadah juga bisa dikomunikasikan ke pembimbing ibadah dan harus ada sikap saling mendukung antar jemaah," paparnya.
Evan Gintang, dokter spesialis penyakit dalam yang juga petugas kesehatan haji di sektor 5, Makkah, berbagi tips menjaga kesehatan jelang puncak haji. Dari aspek pencegahan penyakit, ia menyarankan para jemaah menjaga gizi konsumsi.
"Jemaah agar mengkonsumsi makanan bergizi, istirahat yang cukup, dan tidak memaksakan diri untuk beribadah berlebihan khususnya di Masjidil Haram," ujar Evan.
Dia meminta jemaah untuk mengukur kemampuan tubuh.
Lebih lanjut ia menyampaikan, jangan sampai keinginan beribadah di Masjidilharam yang terlalu kuat membuat beban tubuh kurang istirahat. Hal tersebut mengingat cuaca di Makkah semakin panas hingga 45 derajat celcius dan padatnya Masjidilharam di musim haji.
Apalagi bagi lansia yang memiliki kerentanan, ia mengingatkan, jika mengalami gejala seperti tidak bisa tidur dan malas makan, supaya segera memeriksakan diri ke petugas kesehatan haji setempat. Gejala yang muncul itu, imbuh Evan, merupakan warning atau peringatan bahwa lansia tersebut membutuhkan perhatian lebih," lanjut Evan.
Sebelum puncak haji, Evan meminta jemaah agar lebih peduli pada kesehatannya. "Jemaah yang punya penyakit, dikonsultasikan kesehatannya kepada petugas kesehatan, sehingga pada saat masuk Armuzna, jemaah haji dalam kondisi fit dan tidak mengalami penurunan fungsi tubuh karena sakitnya,” pesan Evan.
Jaga Kesehatan di Masa Armuzna
Ibadah haji adalah ibadah fisik, jelas Evan, sehingga jemaah diminta mengukur kemampuan fisiknya dan mengetahui cara bagaimana menghadapi terik panas saat berada di Armuzna. Ia berpesan kepada jemaah untuk menggunakan alat pelindung diri, seperti payung guna menghindari paparan sinar matahari langsung.
Jemaah juga diminta membawa botol semprotan air dan lap basah, "Paling sering kejadian saat Armuzna adalah heat stroke karena tubuh terlalu panas dan menyebabkan gangguan kesadaran hingga pingsan. Kita harus melindungi diri dari paparan panas, bisa memakai payung atau spray dari air atau penggunaan lap basah agar tubuh menjadi lebih dingin.”
Selanjutnya, Evan mengingatkan agar jemaah tidak memaksakan diri. Ia mencontohkan, jika jemaah merasa tidak mampu melempar jumroh, diminta bisa menggunakan skema badal lempar jumroh, atau mencari waktu yang longgar dan tidak terburu-buru ketika akan melempar jumroh. Kondisi jemaah selama beribadah juga bisa dikomunikasikan ke pembimbing ibadah dan harus ada sikap saling mendukung antar jemaah," paparnya.
(mhy)