Di Posisi Manakah Kondisi Hati Kita?
loading...
A
A
A
Hati manusia disebut al-qalb karena proses perubahannya (at taqallub) begitu cepat. Nabi Shallallahu alaihi wa sallam menyebut hati dengan berbagai perumpamaan . Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam bersabda :
"Dinamakan hati karena perubahannya. Sesungguhnya perumpamaan hati itu laksana bulu yang tertempel di pangkal pohon yang diubah oleh hembusan angin sehingga terbalik. "(HR. Ahmad)
Berbagai perumpamaan tentang hati sesungguhnya menggambarkan 'ketidakstabilan' hati, fluktuatif, gampang, dan trenyuh oleh sesuatu. Karena gampangnya hati itu kena pengaruh , maka kita perlu membekali diri agar hati selalu stabil dalam keimanan dan ketaqwaan.
Hati adalah parameter amal. Diterima atau tidak sebuah amal itu tergantung bersih tidaknya hati. Hatilah yang mendorong keberadaan amal, kualitas maupun kuantitas, benar atau, sunnah atau bid'ah dan sebagainya. (Baca juga : Waspada, Ternyata Pengikut Dajjal Terbesar adalah Perempuan! )
Muslimah, mari kita renungkan, mengapa zaman sekarang marak dengan berbagai kejahatan, kerusakan, perselingkuhan, kerusuhan, kekacauan dan penyelewengan? Mengapa menegakkan kebenaran tak ubahnya memegang bara atau menegakkan benang basah? Itu semua akibat penyakit hati yang telah merajalela, merusak dan mematikan harkat kemanusiaan .
Hati tak lagi memiliki sensitifitas, tidak mampu membedakan antara kebenaran dan kebatilan . Karena cepatnya perubahan hati itulah kita perlu menjaga dan mengendalikan hati ini sebaik-baiknya.
Allah Ta'ala berfirman :
وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِّنَ ٱلْجِنِّ وَٱلْإِنسِ ۖ لَهُمْ قُلُوبٌ لَّا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَّا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ ءَاذَانٌ لَّا يَسْمَعُونَ بِهَآ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ كَٱلْأَنْعَٰمِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْغَٰفِلُونَ
"Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai." (QS Al 'Araf 179)
Empat Kondisi Hati Manusia
Hati disebut juga sebagai inti dari diri seorang manusia. Dan, Allah Ta’ala sangat memperhatikan kondisi hati setiap hamba-Nya. Hati yang dijaga akan senantiasa memancarkan kekuatan iman, semakin tenang dengan melakukan kebaikan-kebaikan, terutama kala mendengarkan ayat-ayat Allah dikumandangkan. (Baca juga : Fitnah Perempuan dan Bahayanya Ikhtilat )
Firman Allah Ta'ala :
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَاناً وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.” (QS. Al-Anfal : 2).
Terhadap hati orang yang beriman yang indikatornya bisa dilihat pada apa yang Allah firmankan di atas, Allah pun akan berikan anugerah ketenangan langsung dari sisi-Nya.
Allah Ta'ala berfirman :
هُوَ الَّذِي أَنزَلَ السَّكِينَةَ فِي قُلُوبِ الْمُؤْمِنِينَ لِيَزْدَادُوا إِيمَاناً مَّعَ إِيمَانِهِمْ وَلِلَّهِ جُنُودُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيماً حَكِيماً
“Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka.” (QS: Al Fath : 4).
Dengan kata lain, hati seorang muslim dan muslimah akan semakin hidup dengan konsisten (istiqamah) dalam ketaatan semata kepada-Nya. Dan, jika itu berhasil dilakukan secara terus-menerus, insha Allah, kebahagiaan akan semakin nyata dalam kehidupannya.
Akan tetapi, karena lemahnya iman, banyak di antara umat Islam yang abai terhadap masalah hati ini. Padahal, bahagia tidaknya setiap muslim sangat bergantung pada kondisi hatinya.
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
“Hati itu ada empat macam; hati yang bersih yang di dalamnya terdapat semacam pelita yang bersinar, hati yang tertutup lagi terikat, hati yang berbalik, dan hati yang berlapis.” (HR Ahmad)
Hati yang bersih itu adalah hati orang Mukmin, dan pelita yang ada di dalamnya itu adalah cahayanya. Hati yang tertutup adalah hati orang kafir. Hati yang berbalik adalah hati orang munafik murni (tulen), ia mengetahui Islam lalu ingkar.
Sedangkan hati yang berlapis adalah hati orang yang di dalamnya terdapat iman dan kemunafikan. Perumpamaan iman di dalam hati itu adalah seperti sayur-sayuran yang disiram air bersih.
Sedangkan perumpamaan kemunafikan dalam hati adalah seperti luka yang dilumuri nanah dan darah. Mana di antara keduanya (iman dan kemunafikan) yang mengalahkan yang lainnya, maka dialah yang mendominasi." (HR. Ahmad).
Dari empat kriteria hati tersebut, sudah barang tentu kita harus memiliki hati yang bersih yang di dalamnya terdapat pelita yang bersinar. Karena hati yang demikian yang bisa merasakan nikmat dan indahnya iman. Dan, selain itu adalah kondisi hati yang mesti kita waspadai.
Terhadap orang yang mengetahui kebenaran lalu menginkarinya maka Allah akan cabut nikmat iman di dalam hatinya sehingga kehidupannya akan sangat jauh dari kebahagiaan dan kebenaran. (Baca juga : Orang Saleh Tak Pantas Takut Pada Penampakan Jin )
Dengan demikian pantas jika dikatakan hati adalah inti atau raja dari setiap manusia. Sebab, pikiran, ucapan dan perilaku manusia sangat ditentukan oleh kondisi hatinya.
Wallahu A'lam
"Dinamakan hati karena perubahannya. Sesungguhnya perumpamaan hati itu laksana bulu yang tertempel di pangkal pohon yang diubah oleh hembusan angin sehingga terbalik. "(HR. Ahmad)
Berbagai perumpamaan tentang hati sesungguhnya menggambarkan 'ketidakstabilan' hati, fluktuatif, gampang, dan trenyuh oleh sesuatu. Karena gampangnya hati itu kena pengaruh , maka kita perlu membekali diri agar hati selalu stabil dalam keimanan dan ketaqwaan.
Hati adalah parameter amal. Diterima atau tidak sebuah amal itu tergantung bersih tidaknya hati. Hatilah yang mendorong keberadaan amal, kualitas maupun kuantitas, benar atau, sunnah atau bid'ah dan sebagainya. (Baca juga : Waspada, Ternyata Pengikut Dajjal Terbesar adalah Perempuan! )
Muslimah, mari kita renungkan, mengapa zaman sekarang marak dengan berbagai kejahatan, kerusakan, perselingkuhan, kerusuhan, kekacauan dan penyelewengan? Mengapa menegakkan kebenaran tak ubahnya memegang bara atau menegakkan benang basah? Itu semua akibat penyakit hati yang telah merajalela, merusak dan mematikan harkat kemanusiaan .
Hati tak lagi memiliki sensitifitas, tidak mampu membedakan antara kebenaran dan kebatilan . Karena cepatnya perubahan hati itulah kita perlu menjaga dan mengendalikan hati ini sebaik-baiknya.
Allah Ta'ala berfirman :
وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِّنَ ٱلْجِنِّ وَٱلْإِنسِ ۖ لَهُمْ قُلُوبٌ لَّا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَّا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ ءَاذَانٌ لَّا يَسْمَعُونَ بِهَآ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ كَٱلْأَنْعَٰمِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْغَٰفِلُونَ
"Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai." (QS Al 'Araf 179)
Empat Kondisi Hati Manusia
Hati disebut juga sebagai inti dari diri seorang manusia. Dan, Allah Ta’ala sangat memperhatikan kondisi hati setiap hamba-Nya. Hati yang dijaga akan senantiasa memancarkan kekuatan iman, semakin tenang dengan melakukan kebaikan-kebaikan, terutama kala mendengarkan ayat-ayat Allah dikumandangkan. (Baca juga : Fitnah Perempuan dan Bahayanya Ikhtilat )
Firman Allah Ta'ala :
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَاناً وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.” (QS. Al-Anfal : 2).
Terhadap hati orang yang beriman yang indikatornya bisa dilihat pada apa yang Allah firmankan di atas, Allah pun akan berikan anugerah ketenangan langsung dari sisi-Nya.
Allah Ta'ala berfirman :
هُوَ الَّذِي أَنزَلَ السَّكِينَةَ فِي قُلُوبِ الْمُؤْمِنِينَ لِيَزْدَادُوا إِيمَاناً مَّعَ إِيمَانِهِمْ وَلِلَّهِ جُنُودُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيماً حَكِيماً
“Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka.” (QS: Al Fath : 4).
Dengan kata lain, hati seorang muslim dan muslimah akan semakin hidup dengan konsisten (istiqamah) dalam ketaatan semata kepada-Nya. Dan, jika itu berhasil dilakukan secara terus-menerus, insha Allah, kebahagiaan akan semakin nyata dalam kehidupannya.
Akan tetapi, karena lemahnya iman, banyak di antara umat Islam yang abai terhadap masalah hati ini. Padahal, bahagia tidaknya setiap muslim sangat bergantung pada kondisi hatinya.
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
“Hati itu ada empat macam; hati yang bersih yang di dalamnya terdapat semacam pelita yang bersinar, hati yang tertutup lagi terikat, hati yang berbalik, dan hati yang berlapis.” (HR Ahmad)
Hati yang bersih itu adalah hati orang Mukmin, dan pelita yang ada di dalamnya itu adalah cahayanya. Hati yang tertutup adalah hati orang kafir. Hati yang berbalik adalah hati orang munafik murni (tulen), ia mengetahui Islam lalu ingkar.
Sedangkan hati yang berlapis adalah hati orang yang di dalamnya terdapat iman dan kemunafikan. Perumpamaan iman di dalam hati itu adalah seperti sayur-sayuran yang disiram air bersih.
Sedangkan perumpamaan kemunafikan dalam hati adalah seperti luka yang dilumuri nanah dan darah. Mana di antara keduanya (iman dan kemunafikan) yang mengalahkan yang lainnya, maka dialah yang mendominasi." (HR. Ahmad).
Dari empat kriteria hati tersebut, sudah barang tentu kita harus memiliki hati yang bersih yang di dalamnya terdapat pelita yang bersinar. Karena hati yang demikian yang bisa merasakan nikmat dan indahnya iman. Dan, selain itu adalah kondisi hati yang mesti kita waspadai.
Terhadap orang yang mengetahui kebenaran lalu menginkarinya maka Allah akan cabut nikmat iman di dalam hatinya sehingga kehidupannya akan sangat jauh dari kebahagiaan dan kebenaran. (Baca juga : Orang Saleh Tak Pantas Takut Pada Penampakan Jin )
Dengan demikian pantas jika dikatakan hati adalah inti atau raja dari setiap manusia. Sebab, pikiran, ucapan dan perilaku manusia sangat ditentukan oleh kondisi hatinya.
Wallahu A'lam
(wid)