Hati-hati, Inilah Faktor-faktor yang Bisa Merusak Keistiqamahan

Senin, 24 Agustus 2020 - 17:21 WIB
loading...
Hati-hati, Inilah Faktor-faktor yang Bisa Merusak Keistiqamahan
Syetan akan selalu menggoda manusia, keinginan dan tujuannya hanyalah ingin menggoyahkan keimanan yang ada dalam hati orang-orang yang beriman. Foto ilustrasi/ist
A A A
Seorang yang istiqamah tidak akan menyia-nyiakan waktunya di dunia. Hari-harinya akan diisi dengan ibadah yang maksimal karena dia tahu bahwa dia akan ditanya tentang umurnya, tentang amalnya, dan tentang tubuhnya atau letih dan capeknya selama hidup di dunia.

Untuk itulah, pentingnya kita menjadi orang yang istiqamah dalam menjaga ketaatan dan ketakwaan kepada Allah Ta'ala. Rasulullah Shallaluhu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Katakanlah: Rabbku adalah Allah” dan Istiqomahlah.” (HR Tirmidzi).

Allah memberitakan bahwa ketika orang-orang yang istiqamah itu meninggal, akan turun kepada mereka para malaikat seraya berkata, “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan bergembiralah dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu.” (HR Tirmidzi)

Namun, dalam menjalaninya banyak sekali godaan dan faktor yang dapat merusak sikap istiqamah kita. Disarikan dari kitab "Futur', karya Abu Ihsan al-Atsari dan Ummu Ihsan, dijelaskan, ada dua faktor yang bisa membuat keistiqamahan seseorang itu rusak, yakni faktor internal dan faktor eksternal dari diri kita. Faktor internal, seperti kejahilan atau lawan dari ilmu, lalai dan berpaling dari kebenaran, serta hawa nafsu. Sedangkan faktor eksternal, misalnya godaan syetan, godaan dunia dan teman-teman yang jahat. (Baca juga : Di Posisi Manakah Kondisi Hati Kita? )

1. Kejahilan

Kejahilan yang ada pada seorang hamba bisa menyeretnya kepada kehancuran dan akibat yang buruk. Pelakunya bisa saja terjerumus kepada dosa dan maksiat, menyimpang dari jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala yang lurus, serta mengikuti syahwat dan syubat . Kecuali jika Allah Subhanahu wa Ta’ala memberinya petunjuk untuk kembali kepada jalan yang lurus.

Siapa yang Allah kehendaki kebaikan baginya, maka Dia akan memberinya ilmu agama yang bermanfaat serta menganugerahkan padanya pemahaman kepada agama yang benar. Sebaliknya, siapa saja yang tidak Allah kehendaki kebaikan atas dirinya maka Allah akan membiarkannya kepada kebodohan. Hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala kita memohon agar diberikan ilmu yang bermanfaat dan melindungi kita dari kejahilan.

2. Lalai dan lengah

Lalai dan lengah terjadi karena kurangnya kewaspadaan dan kesadaran, hal ini merupakan penyakit yang berbahaya jika menimpa pada seseorang. Karenanya, seorang hamba tidak akan menyibukkan dirinya pada ketaatan dan hal yang tidak bermanfaat. Siapa yang dikuasai oleh kelengahan, disibukkan dengan kelalaian , dan selalu berpaling dari kebenaran, niscaya akan berkurang imannya, serta akan melemah istiqamahnya. Bahkan bisa juga mematikan hati karena berkuasanya syahwat atas dirinya.

Kelengahan adalah sifat yang tercela dan termasuk sifat orang-orang kafir dan munafik. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memperigatkannya dengan keras. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِّنَ ٱلْجِنِّ وَٱلْإِنسِ ۖ لَهُمْ قُلُوبٌ لَّا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَّا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ ءَاذَانٌ لَّا يَسْمَعُونَ بِهَآ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ كَٱلْأَنْعَٰمِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْغَٰفِلُونَ

“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (QS. Al-A’raf: 179)

3. Hawa nafsu

Hawa nafsu adalah jiwa tercela yang Allah jadikan pada setiap manusia. Jiwa yang tercela ini bisa mendorong seseorang berbuat kejahatan dan mengajaknya pada keburukan. Ini memang tabiat dan watak dasarnya. Kecuali jiwa yang telah mendapat taufik dari Allah. Tidaklah jiwa seseorang bisa selamat kecuali hanya dengan taufiq dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.(Baca juga : Waspada, Ternyata Pengikut Dajjal Terbesar adalah Perempuan! )

Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah rahimahullah menerangkan,
“ Hawa nafsu itu selalu mengajak kepada kebinasaan. Suka membantu musuh-musuh dan berambisi kepada semua perbuatan jelek. Suka mengikuti tiap keburukan serta berjalan dengan tabiatnya yang suka melakukan pelanggaran dan penyelisihan. Nikmat yang tiada taranya ialah keluar dari belitan hawa nafsu dan melepaskan diri dari perbudakannya. Karena hawa nafsu itu merupakan hijab terbesar yang menghalangi seorang hamba dengan Rabbnya. Orang yang paling tahu tentang hawa nafsu adalah yang paling merendahkannya dan yang paling mengutuknya.” (Ightsatul Lafhan)

Pada faktor eksternal, godaan syetan adalah pengaruh dari luar terkuat yang bisa menyebabkan berkurangnya iman dan rusaknya istiqamah . Keinginan dan tujuannya hanyalah ingin menggoyahkan keimanan yang ada dalam hati orang-orang yang beriman. Barangsiapa yang mengikuti was-was dan bisikan dari syetan serta tidak memohon perlindungan kepada Allah Ta’ala, maka akan melemahlah imannya dan berkurang istiqamahnya.

Oleh karena itu, Allah memerintahkan kita tentang bahaya dan akibat yang buruk apabila mengikuti syetan, serta menjelaskan bahwa syetan adalah musuh yang nyata bagi orang-orang yang beriman. Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّ ٱلشَّيْطَٰنَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَٱتَّخِذُوهُ عَدُوًّا ۚ إِنَّمَا يَدْعُوا۟ حِزْبَهُۥ لِيَكُونُوا۟ مِنْ أَصْحَٰبِ ٱلسَّعِيرِ

“Sungguh, syetan itu musuh bagimu, maka perlakukanlah ia sebagai musuh, karena sesungguhnya syaitan itu hanya mengajak golongannya agar mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.” (QS. Fathir: 6)

Godaan dunia, termasuk faktor luar yang cukup mempengaruhi keimanan dan keiistiqamahan seorang hamba. Termasuk hal yang bisa menyebabkan berkurang dan melemahnya iman serta keistiqamahan seorang hamba adalah terlalu menyibukkan dirinya dengan kehidupan dunia yang fana. Menghabiskan waktu hanya untuk mengurus segala hal tentang dunia. Mengikuti dan menikmati berbagai macam kelezatan dunia. Maka, semakin besar ambisi dan cita-cita seorang hamba kepada dunia dan semakin terpaut hatinya dengan dunia, semakin melemahlah semangat untuk mengerjakan berbagai macam ketaatan dan semakin berkurang semangatnya untuk terus istiqamah di atas jalan yang benar.

Ibnul Qayyim al-Jauziyyah berkata, “Berat tidaknya seorang hamba dalam melaksanakan ketaatan dan dalam mengejar akhirat bergantung kadar ambisi dan kepuasan seorang hamba terhadap dunia.”(Al-Fawa-id (hal 180))

Ada dua hal yang bisa kita lakukan agar tidak tertipu dengan godaan dunia

1. Melihat bahwa dunia begitu cepat hilang, fana dan akan musnah, serta melihat kekurangan dan kerendahannya. Hingga akhirnya hilang dan terputus yang disertai dengan penyesalan. Siapa yang terlalu mengejar dunia maka akan sering merasa sedih ketika tidak mendapatkannya, sedih ketika yang didapatkannya akan hilang, dan sedih ketika terlepas darinya

2. Melihat bahwa akhirat adalah pasti, abadi, akan segera datang, dan kemuliaan apa-apa yang didalamnya berupa berbagai macam keindahan. Serta dengan melihat perbedaan dari dunia dan akhirat yang sangat mencolok, Allah Ta’ala berfirman,

وَٱلْءَاخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰٓ

“Padahal kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal.” (QS. Al-A’la: 17)

Faktor eksternal lainnya adalah teman, terutama teman-teman yang jahat yang sudah pasti perusak yang paling berbahaya. Larangan bergaul dengan teman-teman yang buruk adalah karena manusia yang memiliki tabiat suka meniru dan mengikuti teman-teman dekatnya. Karena itulah, hendaknya seorang mukmin memilih teman yang bisa mengajaknya kepada kebaikan, mengingatkan tentang akhirat, dan dia mendapatkan manfaat lainnya bila bergaul dengannya. (Baca juga : Inilah Rambu-rambu Berhias Sesuai Syariat )

Karena itulah wahai muslimah, segeralah introspeksi atau mengoreksi diri. Yakni, bagaimana kita selama ini menghabiskan waktu kita dan terhindari dari faktor-faktor yang merusak keistiqamahan dalam menjaga ketaatan dan ketakwaan kepada Allah Ta'ala.

Wallahu A'lam
(wid)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.4003 seconds (0.1#10.140)