Khotbah Jumat: Arti dari Kemerdekaan Sesungguhnya dalam Islam
loading...
A
A
A
Khotbah Jumat tentang arti kemerdekaan sesungguhnya menarik untuk disimak. Terlebih, bangsa Indonesia sendiri baru saja memperingati perayaan kemerdekaan yang ke-79 beberapa waktu lalu.
Kemerdekaan sebuah negara tak bisa didapat tanpa perjuangan keras. Hal ini juga berlaku bagi Indonesia yang telah berjuang melalui para pahlawan kemerdekaan sejak dulu.
Meski bangsa Indonesia sudah merdeka, kita yang masih hidup di era sekarang wajib terus mengisinya. Jangan sampai usaha dan perjuangan berdarah-darah para pahlawan dulu menjadi sia-sia karena kita tak peduli dengan apa pun keadaan bangsa.
Berikut ini contoh naskah khotbah Jumat tentang arti merdeka sesungguhnya sebagaimana dinukil dari laman MUI dan Buletin Dakwah Kaffah, Kamis (29/8/2024).
اَلْحَمْدُللهِ الَّذِى اَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ الْاِيْمَانِ وَالْحُرِّيَّةِ. اَشْهَدُاَنْ لَااِلٰهَ اِلَّااللّٰهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُاَنَّ مُحَمَّدًاعَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ, اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِه وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ اِلٰى يَوْمِ الّقِيَامَةِ.
اَمَّابَعْدُ فَيَا اَيُّهَاالْمُسْلِمُوْنَ اِتَّقُوااللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَاتَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
وَقَالَ اللّٰهُ تَعَالٰى : اَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّيْطَا نِ الرَّ جِيْمِ : وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِيْٓ اٰدَمَ وَحَمَلْنٰهُمْ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنٰهُمْ مِّنَ الطَّيِّبٰتِ وَفَضَّلْنٰهُمْ عَلٰى كَثِيْرٍ مِّمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيْلًا ࣖ
Hadirin sidang Jumat rahimakumullah;
Puji syukur mari kita panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala karunia yang telah dilimpahkan selama ini. Terutama sekali nikmat iman dan islam, sehingga sampai saat ini kita masih menjadi seorang muslim dan mudah-mudahan kita sandang terus hingga akhir hayat nanti.
Pada tanggal 17 Agustus 2024 yang lalu, kita baru merayakan hari kemerdekaan bangsa kita yang ke-79. Demi menjaga aset perjuangan yang dilakukan para pahlawan dulu, maka dalam mengisi kemerdekaan ini seyogyanya kita bisa memaknainya dengan sebaik mungkin.
Pada bahasa Arab, kemerdekaan berasal dari kata “al-Istiqlal”. Sementara dalam padanan kata bebas kemerdekaan juga disebut dengan istilah “al-Hurr” dan bentuk kata kerjanya adalah “al-Hurriyah”.
Terlepas dari apa pun pemaknaannya, kemerdekaan adalah anugerah yang sangat berharga. Tidak hanya dalam konteks bernegara, tetapi juga dalam kehidupan spiritual dan sosial seorang Muslim.
Hadirin jumat yang berbahagia
Kolonialisme sangatlah identik dengan imperialisme (penjajahan). Sejumlah negara seperti Inggris, Prancis, Spanyol, Portugal dan Belanda pernah menjadi kekuatan kolonial pada masa lalu. Bangsa kita ini juga menjadi salah satu yang pernah merasakan penderitaan di bawah kolonialisme Barat sebelum akhirnya meraih kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945.
Namun, meski kita sudah merdeka pada tahun 1945, masih banyak orang yang menyebut periode setelahnya menandai era neo-kolonialisme (penjajahan gaya baru).
Secara singkat, istilah tersebut bisa diartikan sebagai upaya negara-negara maju atau kekuatan global untuk melakukan kontrol terhadap negara-negara berkembang atau bekas koloni, meskipun secara formal mereka sebenarnya telah merdeka.
Menariknya, neo-kolonialisme ini dilakukan tanpa kekuatan militer. Tetapi melalui dominasi ekonomi, politik, budaya dan ideologi.
Lalu, apakah Indonesia saat ini juga dicengkeram oleh neo-kolonialisme? Ada beberapa indikator yang membuat kita bisa masuk ke dalamnya.
Sebut saja dari ketergantungan pada investasi asing dan perdagangan internasional, ketergantungan utang luar negeri, pengaruh kebijakan politik asing hingga dominasi gaya hidup dan budaya. Faktor-faktor tersebut setidaknya bisa menjadi ancaman bagi Indonesia untuk masuk neo-kolonialisme.
Jamaah jumat yang dimuliakan oleh Allah Swt
Kemerdekaan adalah anugerah berharga. Tak hanya dalam konteks bernegara, tetapi juga dalam kehidupan spiritual dan sosial sebagai seorang Muslim.
Pada agama Islam, kemerdekaan memiliki makna lebih dalam yang mencakup aspek-aspek lain dari sekadar terbebas dari penjajahan fisik. Kemerdekaan dalam pandangan Islam meliputi kebebasan jiwa, pemikiran, dan kebebasan dari penghambaan kepada selain Allah Swt.
Islam menekankan bahwa hakikat kemerdekaan sejati adalah ketika seseorang mampu memerdekakan dirinya dari segala bentuk perbudakan selain kepada Allah SWT. Jadi, bukan soal lepas dari belenggu fisik, tetapi juga terbebas dari keterikatan pada hawa nafsu, materi, serta tekanan sosial yang dapat menjauhkan manusia dari Tuhannya.
Sidang jum'ah rahimakumullah
Lebih jauh, kemerdekaan dalam Islam juga menuntut umat untuk membebaskan diri dari kezaliman. Entah itu terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain.
Jadi, ketika melihat kezaliman, umat Islam diajarkan untuk memperjuangkan keadilan, kebenaran, serta melawan segala bentuk tirani dan penindasan. Alasannya sederhana, yakni karena Islam memandang tidak ada perbedaan antara manusia kecuali dalam hal ketakwaan, sehingga segala bentuk diskriminasi atau penindasan harus dihapuskan.
Dengan demikian, makna kemerdekaan sesungguhnya dalam Islam adalah kebebasan yang sejati. Kebebasan ini hanya dapat dicapai dengan tunduk sepenuhnya kepada Allah SWT, tuhan semesta alam.
Barakallahu lii wa lakum fill qur’aanil azhiim wa nafa’nii wa iyyaakum bima fiihi minal aayaati wa dzikril hakiim. Aquulu qowlii hadzaa wa astaghfirullaaha lii wa lakum wa lisaa iril muslimiina min kulli danbin fastaghfiruuhu innahu huwal ghafuurur rahiimu.
Khotbah II
Demikian ulasan mengenai contoh khutbah Jumat tentang arti kemerdekaan sesungguhnya.
WalLâhu a’lam bi ash-shawâb.
Kemerdekaan sebuah negara tak bisa didapat tanpa perjuangan keras. Hal ini juga berlaku bagi Indonesia yang telah berjuang melalui para pahlawan kemerdekaan sejak dulu.
Meski bangsa Indonesia sudah merdeka, kita yang masih hidup di era sekarang wajib terus mengisinya. Jangan sampai usaha dan perjuangan berdarah-darah para pahlawan dulu menjadi sia-sia karena kita tak peduli dengan apa pun keadaan bangsa.
Berikut ini contoh naskah khotbah Jumat tentang arti merdeka sesungguhnya sebagaimana dinukil dari laman MUI dan Buletin Dakwah Kaffah, Kamis (29/8/2024).
Khotbah Jumat tentang Arti Merdeka Sesungguhnya
Khotbah Iاَلْحَمْدُللهِ الَّذِى اَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ الْاِيْمَانِ وَالْحُرِّيَّةِ. اَشْهَدُاَنْ لَااِلٰهَ اِلَّااللّٰهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُاَنَّ مُحَمَّدًاعَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ, اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِه وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ اِلٰى يَوْمِ الّقِيَامَةِ.
اَمَّابَعْدُ فَيَا اَيُّهَاالْمُسْلِمُوْنَ اِتَّقُوااللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَاتَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
وَقَالَ اللّٰهُ تَعَالٰى : اَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّيْطَا نِ الرَّ جِيْمِ : وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِيْٓ اٰدَمَ وَحَمَلْنٰهُمْ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنٰهُمْ مِّنَ الطَّيِّبٰتِ وَفَضَّلْنٰهُمْ عَلٰى كَثِيْرٍ مِّمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيْلًا ࣖ
Hadirin sidang Jumat rahimakumullah;
Puji syukur mari kita panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala karunia yang telah dilimpahkan selama ini. Terutama sekali nikmat iman dan islam, sehingga sampai saat ini kita masih menjadi seorang muslim dan mudah-mudahan kita sandang terus hingga akhir hayat nanti.
Pada tanggal 17 Agustus 2024 yang lalu, kita baru merayakan hari kemerdekaan bangsa kita yang ke-79. Demi menjaga aset perjuangan yang dilakukan para pahlawan dulu, maka dalam mengisi kemerdekaan ini seyogyanya kita bisa memaknainya dengan sebaik mungkin.
Pada bahasa Arab, kemerdekaan berasal dari kata “al-Istiqlal”. Sementara dalam padanan kata bebas kemerdekaan juga disebut dengan istilah “al-Hurr” dan bentuk kata kerjanya adalah “al-Hurriyah”.
Terlepas dari apa pun pemaknaannya, kemerdekaan adalah anugerah yang sangat berharga. Tidak hanya dalam konteks bernegara, tetapi juga dalam kehidupan spiritual dan sosial seorang Muslim.
Hadirin jumat yang berbahagia
Kolonialisme sangatlah identik dengan imperialisme (penjajahan). Sejumlah negara seperti Inggris, Prancis, Spanyol, Portugal dan Belanda pernah menjadi kekuatan kolonial pada masa lalu. Bangsa kita ini juga menjadi salah satu yang pernah merasakan penderitaan di bawah kolonialisme Barat sebelum akhirnya meraih kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945.
Namun, meski kita sudah merdeka pada tahun 1945, masih banyak orang yang menyebut periode setelahnya menandai era neo-kolonialisme (penjajahan gaya baru).
Secara singkat, istilah tersebut bisa diartikan sebagai upaya negara-negara maju atau kekuatan global untuk melakukan kontrol terhadap negara-negara berkembang atau bekas koloni, meskipun secara formal mereka sebenarnya telah merdeka.
Menariknya, neo-kolonialisme ini dilakukan tanpa kekuatan militer. Tetapi melalui dominasi ekonomi, politik, budaya dan ideologi.
Lalu, apakah Indonesia saat ini juga dicengkeram oleh neo-kolonialisme? Ada beberapa indikator yang membuat kita bisa masuk ke dalamnya.
Sebut saja dari ketergantungan pada investasi asing dan perdagangan internasional, ketergantungan utang luar negeri, pengaruh kebijakan politik asing hingga dominasi gaya hidup dan budaya. Faktor-faktor tersebut setidaknya bisa menjadi ancaman bagi Indonesia untuk masuk neo-kolonialisme.
Jamaah jumat yang dimuliakan oleh Allah Swt
Kemerdekaan adalah anugerah berharga. Tak hanya dalam konteks bernegara, tetapi juga dalam kehidupan spiritual dan sosial sebagai seorang Muslim.
Pada agama Islam, kemerdekaan memiliki makna lebih dalam yang mencakup aspek-aspek lain dari sekadar terbebas dari penjajahan fisik. Kemerdekaan dalam pandangan Islam meliputi kebebasan jiwa, pemikiran, dan kebebasan dari penghambaan kepada selain Allah Swt.
Islam menekankan bahwa hakikat kemerdekaan sejati adalah ketika seseorang mampu memerdekakan dirinya dari segala bentuk perbudakan selain kepada Allah SWT. Jadi, bukan soal lepas dari belenggu fisik, tetapi juga terbebas dari keterikatan pada hawa nafsu, materi, serta tekanan sosial yang dapat menjauhkan manusia dari Tuhannya.
Sidang jum'ah rahimakumullah
Lebih jauh, kemerdekaan dalam Islam juga menuntut umat untuk membebaskan diri dari kezaliman. Entah itu terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain.
Jadi, ketika melihat kezaliman, umat Islam diajarkan untuk memperjuangkan keadilan, kebenaran, serta melawan segala bentuk tirani dan penindasan. Alasannya sederhana, yakni karena Islam memandang tidak ada perbedaan antara manusia kecuali dalam hal ketakwaan, sehingga segala bentuk diskriminasi atau penindasan harus dihapuskan.
Dengan demikian, makna kemerdekaan sesungguhnya dalam Islam adalah kebebasan yang sejati. Kebebasan ini hanya dapat dicapai dengan tunduk sepenuhnya kepada Allah SWT, tuhan semesta alam.
Barakallahu lii wa lakum fill qur’aanil azhiim wa nafa’nii wa iyyaakum bima fiihi minal aayaati wa dzikril hakiim. Aquulu qowlii hadzaa wa astaghfirullaaha lii wa lakum wa lisaa iril muslimiina min kulli danbin fastaghfiruuhu innahu huwal ghafuurur rahiimu.
Khotbah II
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ حَمْدًا كَمَا أَمَرَ. أَشْهَدُ أَنْ لَااِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، اِلٓهٌ لَمْ يَزَلْ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيْلًا. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَحَبِيْبُهُ وَخَلِيْلُهُ، أَكْرَمُ الْأَوَّلِيْنَ وَالْأَخِرِيْنَ، اَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ أٓلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ كَانَ لَهُمْ مِنَ التَّابِعِيْنَ، صَلَاةً دَائِمَةً بِدَوَامِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِيْنَ
أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَذَرُوْا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ. وَحَافِظُوْا عَلَى الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ وَالصَّوْمِ وَجَمِيْعِ الْمَأْمُوْرَاتِ وَالْوَاجِبَاتِ. وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ بِنَفْسِهِ. وَثَنَّى بِمَلَائِكَةِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ. إِنَّ اللّٰهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فِيْ العَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وِالْأَمْوَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَةً، اِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
عِبَادَ اللهِ، اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاءِ ذِيْ الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرُكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَذَرُوْا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ. وَحَافِظُوْا عَلَى الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ وَالصَّوْمِ وَجَمِيْعِ الْمَأْمُوْرَاتِ وَالْوَاجِبَاتِ. وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ بِنَفْسِهِ. وَثَنَّى بِمَلَائِكَةِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ. إِنَّ اللّٰهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فِيْ العَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وِالْأَمْوَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَةً، اِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
عِبَادَ اللهِ، اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاءِ ذِيْ الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرُكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
Demikian ulasan mengenai contoh khutbah Jumat tentang arti kemerdekaan sesungguhnya.
WalLâhu a’lam bi ash-shawâb.
(wid)