Khotbah Jumat: Jadilah Pahlawan, Mulai dari Diri Sendiri
loading...
A
A
A
Khotbah Jumat hari ini mengangkat peristiwa paling bersejarah di Kota Surabaya pada 10 November yaitu peringatan Hari Pahlawan.
Maka dari itu penting untuk kita meneladani sikap para pahlawan dalam berjuang untuk kemerdekaan bangsa Indonesia . Jasa mereka sangat banyak bagi bangsa ini, tidak akan pernah selesai diceritakan oleh lisan maupun dalam tulisan. Berikut teks khotbah Jumatnya
Latin:
Alhamdulillah, alhamdulillah alladzi hamdan yuwafi ni’amahu wa yukafi’u maziidahu, ya rabbana laka alhamdu kama yanbaghi li-jalaali wajhika wa li-‘aziimi sultaanika, subhanaka Allahumma laa uhsii thanaa’aka ‘alayka anta kama athnayta ‘ala nafsika. Wa ashhadu an laa ilaaha illallah wahdahu laa shareeka lahu, wa ashhadu anna sayyidana Muhammadan ‘abduhoo wa rasooluhu wa safiyyuhu wa khaliiluhu, khayru nabiyyin arsalahoo Allahu ila al-‘aalamiina kullaheee basheeran wa nazeera.
Allahumma salli wa sallim wa barik ‘ala sayyidinaa Muhammadin wa ‘ala aali sayyidinaa Muhammadin salaatan wa salaaman mutalaazimiin ilaa yawmid-deen. Amma ba’d, faya ayyuhal haadhiroon ittaquoo Allah haqqatu tuqaatihi wa laa tamuutunna illa wa antum muslimoon.
Qaalallahu ta'alaa fi al-Qur'ani al-‘aziim, 'A’oozu billahi minash shaytaanir rajiim, bismillahir rahmaanir rahiim: Yaa ayyuhal laziina aamanoo laa takhoonoo Allah wa ar-rasool wa takhoonoo amaanaatikum wa antum ta’lamoon.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah memberi kita nikmat kehidupan, kesehatan, serta kesempatan untuk bertemu kembali dalam keadaan yang baik di hari yang penuh berkah ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta umat Islam yang mengikuti ajaran beliau hingga akhir zaman.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,
Hari ini kita berkumpul dalam rangka melaksanakan ibadah salat Jumat yang mulia. Pada kesempatan yang baik ini, tepat pada tanggal 10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan. Hari Pahlawan adalah saat yang tepat untuk mengenang jasa-jasa para pahlawan yang telah berjuang demi kemerdekaan tanah air. Namun, kita perlu menyadari bahwa makna menjadi pahlawan tidak hanya terbatas pada pertempuran di medan perang atau pengorbanan besar yang tampak di luar sana. Sebagai generasi penerus bangsa, kita pun memiliki peran penting dalam meneruskan perjuangan mereka.
Saudaraku yang dimuliakan Allah,
Pahlawan bukan hanya mereka yang dikenang karena keberanian di medan perang, tetapi juga mereka yang memberikan kontribusi nyata bagi kemajuan masyarakat dan bangsa. Pahlawan adalah orang-orang yang berjuang tanpa pamrih, yang berani menghadapi tantangan dan kesulitan demi tujuan yang lebih besar. Mereka adalah contoh bagi kita untuk selalu berjuang, meskipun kadang perjuangan itu tidak selalu tampak luar biasa di mata orang lain.
Hari ini, di tengah kemajuan zaman dan perubahan dunia yang semakin pesat, kita sebagai generasi muda harus bertanya pada diri kita sendiri: Apa yang telah kita lakukan untuk bangsa ini? Bagaimana kita bisa menjadi pahlawan di masa kini? Pertanyaan ini penting, karena sesungguhnya pahlawan bukan hanya tentang siapa yang paling terkenal atau siapa yang paling berani, tetapi tentang siapa yang berani untuk melakukan kebaikan, memperjuangkan kebenaran, dan memberi manfaat kepada sesama.
Saudaraku yang berbahagia,
Menjadi pahlawan bukan berarti harus menunggu kesempatan besar atau situasi yang rumit. Sungguh, kita semua dapat memulai perjuangan itu dari diri kita sendiri. Jadilah pahlawan bagi keluarga kita, bagi lingkungan sekitar kita, bahkan untuk bangsa ini dengan melakukan hal-hal yang kecil namun penuh makna. Mulailah dengan memperbaiki diri, meningkatkan kualitas hidup, dan menjadi pribadi yang bermanfaat bagi orang lain.
Jika kita ingin menjadi pahlawan, pertama-tama kita harus memiliki karakter yang baik. Karakter yang kuat, jujur, dan bertanggung jawab adalah fondasi utama yang harus kita bangun. Seseorang yang memiliki mental pahlawan akan mampu melihat mana yang merupakan kebenaran dan mana yang merupakan kebatilan. Kebenaran dan kebatilan merupakan hal yang berlawanan seperti kutub utara dan selatan yang tak bisa bercampur menjadi satu.
Dalam Al-Qur’an disebutkan:
Wa lâ talbisul-ḫaqqa bil-bâthili wa taktumul-ḫaqqa wa antum ta'lamûn
Artinya: “Janganlah kamu campuradukkan kebenaran dengan kebatilan dan (jangan pula) kamu sembunyikan kebenaran, sedangkan kamu mengetahui(-nya).” (QS Al-Baqarah: 42).
Saudaraku yang dirahmati Allah,
Pahlawan tidak hanya mereka yang memiliki gelar atau yang dikenal banyak orang. Setiap individu yang berusaha untuk memperbaiki diri dan memberikan manfaat kepada orang lain adalah pahlawan di matanya Allah. Misalnya, seorang guru yang dengan sabar mendidik dan mencerdaskan anak bangsa, seorang ibu yang mendidik anak-anaknya dengan kasih sayang dan nilai-nilai kebaikan, seorang pekerja yang berusaha keras untuk memenuhi kebutuhan keluarganya dengan cara yang halal dan baik, semua itu adalah bentuk perjuangan yang tak kalah mulianya.
Bagi kita yang tinggal di kota besar atau lingkungan yang penuh dengan dinamika kehidupan modern, menjadi pahlawan juga bisa berarti berperan aktif dalam menjaga lingkungan, berjuang melawan ketidakadilan, atau bahkan ikut serta dalam mengatasi masalah sosial di masyarakat. Memerhatikan sesama, berbuat adil, dan menjaga keharmonisan adalah bentuk nyata dari kepahlawanan yang perlu kita kenalkan pada diri kita sendiri dan orang lain.
Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Anfal ayat 15-16:
Maka dari itu penting untuk kita meneladani sikap para pahlawan dalam berjuang untuk kemerdekaan bangsa Indonesia . Jasa mereka sangat banyak bagi bangsa ini, tidak akan pernah selesai diceritakan oleh lisan maupun dalam tulisan. Berikut teks khotbah Jumatnya
Khotbah I
الْحَمْدُ ِللهِ، اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ حَمْدًا يُوَافِيْ نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ، يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِيْ لِجَلَالِ وَجْهِكَ وَلِعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ، سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ لَا أُحْصِيْ ثَنَاءَكَ عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَصَفِيُّهُ وَخَلِيْلُهُ، خَيْرُ نَبِيٍّ أَرْسَلَهُ اللهُ إِلَى الْعَالَمِ كُلِّهِ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً وَسَلَامًا مُتَلَازِمَيْنِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ أَمَّا بَعْدُ، فَيَاأَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ. أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ: يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَخُوْنُوا اللّٰهَ وَالرَّسُوْلَ وَتَخُوْنُوْٓا اَمٰنٰتِكُمْ وَاَنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ. أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ: يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَخُوْنُوا اللّٰهَ وَالرَّسُوْلَ وَتَخُوْنُوْٓا اَمٰنٰتِكُمْ وَاَنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ
Latin:
Alhamdulillah, alhamdulillah alladzi hamdan yuwafi ni’amahu wa yukafi’u maziidahu, ya rabbana laka alhamdu kama yanbaghi li-jalaali wajhika wa li-‘aziimi sultaanika, subhanaka Allahumma laa uhsii thanaa’aka ‘alayka anta kama athnayta ‘ala nafsika. Wa ashhadu an laa ilaaha illallah wahdahu laa shareeka lahu, wa ashhadu anna sayyidana Muhammadan ‘abduhoo wa rasooluhu wa safiyyuhu wa khaliiluhu, khayru nabiyyin arsalahoo Allahu ila al-‘aalamiina kullaheee basheeran wa nazeera.
Allahumma salli wa sallim wa barik ‘ala sayyidinaa Muhammadin wa ‘ala aali sayyidinaa Muhammadin salaatan wa salaaman mutalaazimiin ilaa yawmid-deen. Amma ba’d, faya ayyuhal haadhiroon ittaquoo Allah haqqatu tuqaatihi wa laa tamuutunna illa wa antum muslimoon.
Qaalallahu ta'alaa fi al-Qur'ani al-‘aziim, 'A’oozu billahi minash shaytaanir rajiim, bismillahir rahmaanir rahiim: Yaa ayyuhal laziina aamanoo laa takhoonoo Allah wa ar-rasool wa takhoonoo amaanaatikum wa antum ta’lamoon.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah memberi kita nikmat kehidupan, kesehatan, serta kesempatan untuk bertemu kembali dalam keadaan yang baik di hari yang penuh berkah ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta umat Islam yang mengikuti ajaran beliau hingga akhir zaman.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,
Hari ini kita berkumpul dalam rangka melaksanakan ibadah salat Jumat yang mulia. Pada kesempatan yang baik ini, tepat pada tanggal 10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan. Hari Pahlawan adalah saat yang tepat untuk mengenang jasa-jasa para pahlawan yang telah berjuang demi kemerdekaan tanah air. Namun, kita perlu menyadari bahwa makna menjadi pahlawan tidak hanya terbatas pada pertempuran di medan perang atau pengorbanan besar yang tampak di luar sana. Sebagai generasi penerus bangsa, kita pun memiliki peran penting dalam meneruskan perjuangan mereka.
Saudaraku yang dimuliakan Allah,
Pahlawan bukan hanya mereka yang dikenang karena keberanian di medan perang, tetapi juga mereka yang memberikan kontribusi nyata bagi kemajuan masyarakat dan bangsa. Pahlawan adalah orang-orang yang berjuang tanpa pamrih, yang berani menghadapi tantangan dan kesulitan demi tujuan yang lebih besar. Mereka adalah contoh bagi kita untuk selalu berjuang, meskipun kadang perjuangan itu tidak selalu tampak luar biasa di mata orang lain.
Hari ini, di tengah kemajuan zaman dan perubahan dunia yang semakin pesat, kita sebagai generasi muda harus bertanya pada diri kita sendiri: Apa yang telah kita lakukan untuk bangsa ini? Bagaimana kita bisa menjadi pahlawan di masa kini? Pertanyaan ini penting, karena sesungguhnya pahlawan bukan hanya tentang siapa yang paling terkenal atau siapa yang paling berani, tetapi tentang siapa yang berani untuk melakukan kebaikan, memperjuangkan kebenaran, dan memberi manfaat kepada sesama.
Saudaraku yang berbahagia,
Menjadi pahlawan bukan berarti harus menunggu kesempatan besar atau situasi yang rumit. Sungguh, kita semua dapat memulai perjuangan itu dari diri kita sendiri. Jadilah pahlawan bagi keluarga kita, bagi lingkungan sekitar kita, bahkan untuk bangsa ini dengan melakukan hal-hal yang kecil namun penuh makna. Mulailah dengan memperbaiki diri, meningkatkan kualitas hidup, dan menjadi pribadi yang bermanfaat bagi orang lain.
Jika kita ingin menjadi pahlawan, pertama-tama kita harus memiliki karakter yang baik. Karakter yang kuat, jujur, dan bertanggung jawab adalah fondasi utama yang harus kita bangun. Seseorang yang memiliki mental pahlawan akan mampu melihat mana yang merupakan kebenaran dan mana yang merupakan kebatilan. Kebenaran dan kebatilan merupakan hal yang berlawanan seperti kutub utara dan selatan yang tak bisa bercampur menjadi satu.
Dalam Al-Qur’an disebutkan:
وَلَا تَلْبِسُوا الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ وَتَكْتُمُوا الْحَقَّ وَاَنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ
Wa lâ talbisul-ḫaqqa bil-bâthili wa taktumul-ḫaqqa wa antum ta'lamûn
Artinya: “Janganlah kamu campuradukkan kebenaran dengan kebatilan dan (jangan pula) kamu sembunyikan kebenaran, sedangkan kamu mengetahui(-nya).” (QS Al-Baqarah: 42).
Saudaraku yang dirahmati Allah,
Pahlawan tidak hanya mereka yang memiliki gelar atau yang dikenal banyak orang. Setiap individu yang berusaha untuk memperbaiki diri dan memberikan manfaat kepada orang lain adalah pahlawan di matanya Allah. Misalnya, seorang guru yang dengan sabar mendidik dan mencerdaskan anak bangsa, seorang ibu yang mendidik anak-anaknya dengan kasih sayang dan nilai-nilai kebaikan, seorang pekerja yang berusaha keras untuk memenuhi kebutuhan keluarganya dengan cara yang halal dan baik, semua itu adalah bentuk perjuangan yang tak kalah mulianya.
Bagi kita yang tinggal di kota besar atau lingkungan yang penuh dengan dinamika kehidupan modern, menjadi pahlawan juga bisa berarti berperan aktif dalam menjaga lingkungan, berjuang melawan ketidakadilan, atau bahkan ikut serta dalam mengatasi masalah sosial di masyarakat. Memerhatikan sesama, berbuat adil, dan menjaga keharmonisan adalah bentuk nyata dari kepahlawanan yang perlu kita kenalkan pada diri kita sendiri dan orang lain.
Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Anfal ayat 15-16:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا لَقِيْتُمُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا زَحْفًا فَلَا تُوَلُّوْهُمُ الْاَدْبَارَۚ وَمَنْ يُّوَلِّهِمْ يَوْمَىِٕذٍ دُبُرَهٗٓ اِلَّا مُتَحَرِّفًا لِّقِتَالٍ اَوْ مُتَحَيِّزًا اِلٰى فِئَةٍ فَقَدْ بَاۤءَ بِغَضَبٍ مِّنَ اللّٰهِ وَمَأْوٰىهُ جَهَنَّمُ ۗ وَبِئْسَ الْمَصِيْرُ