7 Isi Kandungan Surat Al-A'raf Ayat 1-20 yang Dapat Dipelajari, Terdapat Bahayanya Menzalimi Allah
loading...
A
A
A
Surat Al-A'raf , salah satu surat dalam Al-Quran, mengandung banyak pelajaran berharga yang dapat menjadi pedoman hidup bagi umat Islam.
Ayat 1-20 dari surat ini memberikan berbagai kandungan penting, mulai dari pengingat akan kebesaran Allah hingga panduan menjalani kehidupan yang penuh makna.
Dalam artikel ini, kita akan membahas tujuh isi kandungan utama dari ayat-ayat Al Qur'an tersebut, yang tidak hanya memperkuat iman, tetapi juga memberikan inspirasi untuk menghadapi tantangan hidup sehari-hari.
Al-A'raf (7:1)
Artinya :
“Alif Lām Mīm ṣād.”
Al-A'raf (7:2)
Artinya :
“(Inilah) Kitab yang diturunkan kepadamu (Muhammad); maka janganlah engkau sesak dada karenanya, agar engkau memberi peringatan dengan (Kitab) itu dan menjadi pelajaran bagi orang yang beriman.”
Menggunakan tafsiran Ibnu Katsir, ayat 1-3 surat Al-A’raf menjelaskan bagaimana kitab Al-Qur’an diturunkan oleh Allah SWT kepada nabi Muhammad SAW dimana beliau ditugaskan Allah untuk memberi peringatan dengan kitab itu (kepada orang kafir) dan digunakan sebagai pembelajaran untuk orang beriman.
.
Untuk “Alif Lām Mīm ṣād.”, Ibnu Jarir mengatakan sehubungan dengan makna Alif Lam Mim Shad, yaitu: Akulah Allah Yang akan memutuskan (semua perkara). akan tetapi hal ini bisa berbeda pendapat dengan ulama lain dimana makna ini disesuaikan dengan tafsiran Ibnu Katsir.
Al-A'raf (7:3)
Artinya :
“Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu, dan janganlah kamu ikuti selain Dia sebagai pemimpin. Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran.”
Menurut Tafsiran Ibnu Katsir terhadap ayat 3 surat Al-A’raf, Firman Allah SWT “Ikutilah apa yang diturunkan kepada kalian dari Tuhan kalian.” memiliki makna bagaimana mereka (orang kafir maupun beriman) mengikuti jejak-jejak Nabi yang ummi, yang datang kepada kalian dengan membawa Kitab sebagai peringatan bagi mereka.
“Dan janganlah kalian mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya.” memiliki makna dimana mereka yang juga mengikuti harus menghindari menyimpang dari apa yang telah disampaikan oleh Rasul kepada mereka.
Hal ini dikarenakan pada bagian terakhir, bahwa mereka yang menyimpang dan tidak mengikuti perkataan Rasul “Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran.”
Secara garis besar, Allah SWT ingin para umat muslim untuk mengikuti apa yang diturunkan olehnya dan mengikuti jejak jejak nabi yang ummi (dari sikap hingga perilaku) dan menghindari menyimpang nabi.
Bukan hanya karena Allah SWT akan memberikan siksa akhirat karena dosa mereka tetapi juga mereka sedikit sekali mendapat pelajaran dan ilmu.
Al-A’raf (7:4)
Artinya :
“Betapa banyak negeri yang telah Kami binasakan, siksaan Kami datang (menimpa penduduk)nya pada malam hari, atau pada saat mereka beristirahat pada siang hari.”
Al-A’raf (7:5)
Artinya :
“Maka ketika siksaan Kami datang menimpa mereka, keluhan mereka tidak lain, hanya mengucap, "Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang zalim.””
Dijelaskan dalam Tafsiran Ibnu Katsir bahwa pada bagian “Betapa banyak negeri yang telah Kami binasakan” menjelaskan banyak kaum manusia yang Allah SWT hancurkan dikarenakan menentang rasul-rasulnya dan mendustakan Allah.
Maka dari itu, Allah memberikan mereka siksaan kepada mereka di pagi dan juga malam. Maksud dari “pada saat mereka beristirahat pada siang hari.” menjelaskan Allah memberikan siksaan mereka saat mereka tidur atau beristirahat di tengah malam dan di tengah siang.
Adapun pengakuan dosa kaum kafir tersebut ketika azab menimpa menimpa mereka. orang-orang yang zalim tersebut mengakui kesalahan mereka, tetapi pengakuan ini datang terlambat.
Al-A’raf (7:6)
Artinya :
“Maka pasti akan Kami tanyakan kepada umat yang telah mendapat seruan (dari Rasul-rasul) dan Kami akan tanyai (pula) para rasul,”
Al-A’raf (7:7)
Artinya :
“dan pasti akan Kami beritakan kepada mereka dengan ilmu (Kami) dan Kami tidak jauh (dari mereka).”
Dijelaskan lebih lanjut oleh tafsiran Ibnu Katsir, Pada hari kiamat nanti, Allah akan mengajukan pertanyaan kepada seluruh umat manusia mengenai tanggapan mereka terhadap para rasul yang diutus untuk menyampaikan risalah-Nya.
Selain itu, Allah juga akan meminta para rasul untuk memberikan penjelasan mengenai pelaksanaan tugas mereka dalam menyampaikan pesan-pesan-Nya.
Setelah itu Pada hari kiamat, Allah SWT akan mengungkapkan kepada hamba-hamba-Nya segala perkataan dan perbuatan yang telah mereka lakukan, baik yang besar maupun kecil, serta yang berat maupun ringan.
Tidak ada amal yang terlewatkan saat diungkapkan oleh Allah SWT kepada hamba-hambanya karena sesungguhnya Allah SWT Maha Menyaksikan segala sesuatu.
Al-A’raf (7:11)
Artinya :
“Dan sungguh, Kami telah menciptakan kamu, kemudian membentuk (tubuh)mu, kemudian Kami berfirman kepada para malaikat. "Bersujudlah kamu kepada Adam," maka mereka pun sujud kecuali Iblis. Ia (Iblis) tidak termasuk mereka yang bersujud.”
Al-A’raf (7:12)
Artinya :
“(Allah) berfirman, "Apakah yang menghalangimu (sehingga) kamu tidak bersujud (kepada Adam) ketika Aku menyuruhmu?" (Iblis) menjawab, "Aku lebih baik daripada dia. Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah."”
Al-A’raf (7:13)
Artinya :
“(Allah) berfirman, "Maka turunlah kamu darinya (surga); karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya. Keluarlah! Sesungguhnya kamu termasuk makhluk yang hina."”
Ayat tersebut menurut tafsiran Ibnu Katsir mengingatkan kepada manusia tentang kemuliaan Nabi Adam atau dalam hal ini bapak mereka. Ayat 11 menjelaskan Nabi Adam telah dibentuk sebaik-baiknya dan diperintahkan para malaikat untuk bersujud kepada Nabi Adam.
Akan tetapi, Iblis menolak untuk bersujud kepada Nabi Adam yang mengakibatkan Allah SWT mempertanyakan Iblis, “Apakah yang menghalangimu (sehingga) kamu tidak bersujud ketika Aku menyuruhmu?”.
Iblis menjawab “Aku lebih baik daripada dia. Engkau menciptakanku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.”. Dapat diketahui bahwa manusia sendiri terciptakan dari tanah sebagaimana Nabi Adam, manusia pertama diciptakan.
Sedangkan Iblis tercipta dari api yang mengakibatkan Iblis berperilaku sombong dengan alasan Iblis berfikir api lebih baik daripada tanah.
Akibat dari kesombongan tersebut, Allah SWT murka dan mengusir Iblis dari surga dengan firmanya “Turunlah kamu darinya (surga) karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya. Keluarlah! Sesungguhnya kamu termasuk makhluk yang hina.”
Al-A’raf (7:16)
Artinya :
“(Iblis) menjawab, "Karena Engkau telah menyesatkan aku, pasti aku akan selalu menghalangi mereka dari jalan-Mu yang lurus,””
Al-A’raf (7:17)
Artinya :
“(kemudian pasti aku akan mendatangi mereka dari depan, dari belakang, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur.”
Al-A’raf (7:18)
Artinya :
“(Allah) berfirman, "Keluarlah kamu dari sana (surga) dalam keadaan terhina dan terusir! Sesungguhnya barang siapa di antara mereka ada yang mengikutimu, pasti akan Aku isi neraka Jahanam dengan kamu semua."”
Tafsiran Ibnu Katsir sendiri menjelaskan pada bagian "Karena Engkau telah menyesatkan aku, pasti aku akan selalu menghalangi mereka dari jalan-Mu yang lurus,” Menurut Ibnu Abbas, maksudnya sebagaimana Engkau telah menghukumi aku hingga tersesat.
Akibat kesesatan tersebut, mendorong Iblis untuk menyesatkan atau menghalangi mereka ke jalan yang lurus yaitu jalan kepada Allah SWT.
Pada “kemudian pasti aku akan mendatangi mereka dari depan” menjelaskan Iblis akan jadikan mereka ragu akan kehidupan akhirat mereka. kemudian “Dan dari belakang mereka.” adalah kehidupan duniawi, “Dan dari kanan mereka.” adalah keagamaan, terakhir “Dan dari kiri mereka.” adalah mengakibatkan manusia tergiur dengan kemaksiatannya.
Alhasil dari niat Iblis tersebut, Allah SWT mengusir Iblis dalam keadaan terhina dan terusir kedalam neraka jahanam dan akan mengisinya dengan mereka yang mengikuti Iblis.
Al-A’raf (7:19)
Artinya :
“Dan (Allah berfirman), "Wahai Adam! Tinggallah engkau bersama istrimu dalam surga dan makanlah apa saja yang kamu berdua sukai. Tetapi janganlah kamu berdua dekati pohon yang satu ini. (Apabila didekati) kamu berdua akan termasuk orang-orang yang zalim."”
Al-A’raf (7:20)
Artinya :
“Kemudian setan membisikkan pikiran jahat kepada mereka agar menampakkan aurat mereka (yang selama ini) tertutup. Dan (setan) berkata, "Tuhanmu hanya melarang kamu berdua mendekati pohon ini, agar kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal (dalam surga)."”
Dalam tafsiran Ibnu Katsir, Allah SWT membolehkan Nabi Adam dengan istrinya Hawa untuk tinggal di dalam surga dan menikmati apa yang surga dapat berikan terkecuali pohon tertentu. Jika diantara kedua dari mereka mendekati pohon tersebut, maka mereka berdua adalah orang yang zalim.
Pada saat Allah SWT telah memerintahkan Nabi Adam dan Hawa untuk menghindar dari pohon tersebut, Setan mulai membisik kepada keduanya bisikan yang jahat agar menampakkan aurat mereka (yang selama ini) tertutup.
Selain itu setan berkata “"Tuhanmu hanya melarang kamu berdua mendekati pohon ini, agar kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal (dalam surga)."
Dengan mendengar dari ayat tersebut dapat diketahui bahwa setan adalah suatu makhluk yang licik dan hina yang harus dihindari oleh para manusia.
Surat Al-A'raf ayat 1-20 menyimpan berbagai pelajaran mendalam yang dapat menjadi panduan hidup bagi umat Islam.
Dengan memahami isi kandungannya, kita diajak untuk lebih dekat kepada Allah SWT, menjauhi larangan-Nya, dan merenungi kisah-kisah umat terdahulu sebagai bahan introspeksi.
Semoga penjabaran ini dapat memperkuat iman kita dan menjadi motivasi untuk terus menjalani hidup sesuai dengan petunjuk Al-Qur'an. Mari jadikan Surat Al-A'raf sebagai pengingat untuk selalu berusaha menjadi hamba yang taat dan bersyukur.MG/ Raffirabbani Panatamahdi Adizaputra
Ayat 1-20 dari surat ini memberikan berbagai kandungan penting, mulai dari pengingat akan kebesaran Allah hingga panduan menjalani kehidupan yang penuh makna.
Dalam artikel ini, kita akan membahas tujuh isi kandungan utama dari ayat-ayat Al Qur'an tersebut, yang tidak hanya memperkuat iman, tetapi juga memberikan inspirasi untuk menghadapi tantangan hidup sehari-hari.
7 Kandungan Ayat 1-20 Surat Al-A'raf
1. Al-Qur’an sebagai Petunjuk
Banyak sekali surat dan ayat yang menjelaskan bahwa Al-Qur’an adalah sebuah petunjuk bagi manusia dalam menjalani kehidupan. Penjelasan ini berada pada ayat ke 1 dan 2 dari surat Al-A’raf.Al-A'raf (7:1)
الٓمٓصٓ
Artinya :
“Alif Lām Mīm ṣād.”
Al-A'raf (7:2)
كِتَـٰبٌ أُنزِلَ إِلَيْكَ فَلَا يَكُن فِى صَدْرِكَ حَرَجٌۭ مِّنْهُ لِتُنذِرَ بِهِۦ وَذِكْرَىٰ لِلْمُؤْمِنِينَ
Artinya :
“(Inilah) Kitab yang diturunkan kepadamu (Muhammad); maka janganlah engkau sesak dada karenanya, agar engkau memberi peringatan dengan (Kitab) itu dan menjadi pelajaran bagi orang yang beriman.”
Menggunakan tafsiran Ibnu Katsir, ayat 1-3 surat Al-A’raf menjelaskan bagaimana kitab Al-Qur’an diturunkan oleh Allah SWT kepada nabi Muhammad SAW dimana beliau ditugaskan Allah untuk memberi peringatan dengan kitab itu (kepada orang kafir) dan digunakan sebagai pembelajaran untuk orang beriman.
.
Untuk “Alif Lām Mīm ṣād.”, Ibnu Jarir mengatakan sehubungan dengan makna Alif Lam Mim Shad, yaitu: Akulah Allah Yang akan memutuskan (semua perkara). akan tetapi hal ini bisa berbeda pendapat dengan ulama lain dimana makna ini disesuaikan dengan tafsiran Ibnu Katsir.
2. Larangan Menyembah Selain Allah
Orang yang beriman akan mengetahui untuk menyembah kepada Allah SWT dan menghindari menyembah yang lain. Dalam ayat ke 3, dijelaskan mengapa orang beriman dilarang menyembah tuhan selain Allah SWTAl-A'raf (7:3)
ٱتَّبِعُوا۟ مَآ أُنزِلَ إِلَيْكُم مِّن رَّبِّكُمْ وَلَا تَتَّبِعُوا۟ مِن دُونِهِۦٓ أَوْلِيَآءَ ۗ قَلِيلًۭا مَّا تَذَكَّرُونَ
Artinya :
“Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu, dan janganlah kamu ikuti selain Dia sebagai pemimpin. Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran.”
Menurut Tafsiran Ibnu Katsir terhadap ayat 3 surat Al-A’raf, Firman Allah SWT “Ikutilah apa yang diturunkan kepada kalian dari Tuhan kalian.” memiliki makna bagaimana mereka (orang kafir maupun beriman) mengikuti jejak-jejak Nabi yang ummi, yang datang kepada kalian dengan membawa Kitab sebagai peringatan bagi mereka.
“Dan janganlah kalian mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya.” memiliki makna dimana mereka yang juga mengikuti harus menghindari menyimpang dari apa yang telah disampaikan oleh Rasul kepada mereka.
Hal ini dikarenakan pada bagian terakhir, bahwa mereka yang menyimpang dan tidak mengikuti perkataan Rasul “Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran.”
Secara garis besar, Allah SWT ingin para umat muslim untuk mengikuti apa yang diturunkan olehnya dan mengikuti jejak jejak nabi yang ummi (dari sikap hingga perilaku) dan menghindari menyimpang nabi.
Bukan hanya karena Allah SWT akan memberikan siksa akhirat karena dosa mereka tetapi juga mereka sedikit sekali mendapat pelajaran dan ilmu.
3. Bahaya Menzalimi Allah
Selain menjelaskan larangan menyembah selain Allah SWT, pada ayat 4 dan 5 surat Al-A’raf menjelaskan bagaimana bahaya bagi seseorang untuk menzalimi Allah.Al-A’raf (7:4)
وَكَم مِّن قَرْيَةٍ أَهْلَكْنَـٰهَا فَجَآءَهَا بَأْسُنَا بَيَـٰتًا أَوْ هُمْ قَآئِلُونَ
Artinya :
“Betapa banyak negeri yang telah Kami binasakan, siksaan Kami datang (menimpa penduduk)nya pada malam hari, atau pada saat mereka beristirahat pada siang hari.”
Al-A’raf (7:5)
فَمَا كَانَ دَعْوَىٰهُمْ إِذْ جَآءَهُم بَأْسُنَآ إِلَّآ أَن قَالُوٓا۟ إِنَّا كُنَّا ظَـٰلِمِينَ
Artinya :
“Maka ketika siksaan Kami datang menimpa mereka, keluhan mereka tidak lain, hanya mengucap, "Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang zalim.””
Dijelaskan dalam Tafsiran Ibnu Katsir bahwa pada bagian “Betapa banyak negeri yang telah Kami binasakan” menjelaskan banyak kaum manusia yang Allah SWT hancurkan dikarenakan menentang rasul-rasulnya dan mendustakan Allah.
Maka dari itu, Allah memberikan mereka siksaan kepada mereka di pagi dan juga malam. Maksud dari “pada saat mereka beristirahat pada siang hari.” menjelaskan Allah memberikan siksaan mereka saat mereka tidur atau beristirahat di tengah malam dan di tengah siang.
Adapun pengakuan dosa kaum kafir tersebut ketika azab menimpa menimpa mereka. orang-orang yang zalim tersebut mengakui kesalahan mereka, tetapi pengakuan ini datang terlambat.
4. Pertanyaan dan Pencatatan Amal di Hari Kiamat
Untuk kandungan ayat 6-7 surat Al-A’raf menjelaskan bagaimana pada hari kiamat, ada pertanyaan dan pencatatan amal.Al-A’raf (7:6)
فَلَنَسْـَٔلَنَّ ٱلَّذِينَ أُرْسِلَ إِلَيْهِمْ وَلَنَسْـَٔلَنَّ ٱلْمُرْسَلِينَ
Artinya :
“Maka pasti akan Kami tanyakan kepada umat yang telah mendapat seruan (dari Rasul-rasul) dan Kami akan tanyai (pula) para rasul,”
Al-A’raf (7:7)
فَلَنَقُصَّنَّ عَلَيْهِم بِعِلْمٍۢ ۖ وَمَا كُنَّا غَآئِبِينَ
Artinya :
“dan pasti akan Kami beritakan kepada mereka dengan ilmu (Kami) dan Kami tidak jauh (dari mereka).”
Dijelaskan lebih lanjut oleh tafsiran Ibnu Katsir, Pada hari kiamat nanti, Allah akan mengajukan pertanyaan kepada seluruh umat manusia mengenai tanggapan mereka terhadap para rasul yang diutus untuk menyampaikan risalah-Nya.
Selain itu, Allah juga akan meminta para rasul untuk memberikan penjelasan mengenai pelaksanaan tugas mereka dalam menyampaikan pesan-pesan-Nya.
Setelah itu Pada hari kiamat, Allah SWT akan mengungkapkan kepada hamba-hamba-Nya segala perkataan dan perbuatan yang telah mereka lakukan, baik yang besar maupun kecil, serta yang berat maupun ringan.
Tidak ada amal yang terlewatkan saat diungkapkan oleh Allah SWT kepada hamba-hambanya karena sesungguhnya Allah SWT Maha Menyaksikan segala sesuatu.
5. Kisah Penciptaan Adam dan Penolakan Iblis
Adapun kisah penciptaan Nabi Adam dan iblis yang menolak untuk bersujud kepada Nabi Adam pada ayat ke 11-13Al-A’raf (7:11)
وَلَقَدْ خَلَقْنَـٰكُمْ ثُمَّ صَوَّرْنَـٰكُمْ ثُمَّ قُلْنَا لِلْمَلَـٰٓئِكَةِ ٱسْجُدُوا۟ لِـَٔادَمَ فَسَجَدُوٓا۟ إِلَّآ إِبْلِيسَ لَمْ يَكُن مِّنَ ٱلسَّـٰجِدِينَ
Artinya :
“Dan sungguh, Kami telah menciptakan kamu, kemudian membentuk (tubuh)mu, kemudian Kami berfirman kepada para malaikat. "Bersujudlah kamu kepada Adam," maka mereka pun sujud kecuali Iblis. Ia (Iblis) tidak termasuk mereka yang bersujud.”
Al-A’raf (7:12)
قَالَ مَا مَنَعَكَ أَلَّا تَسْجُدَ إِذْ أَمَرْتُكَ ۖ قَالَ أَنَا۠ خَيْرٌۭ مِّنْهُ خَلَقْتَنِى مِن نَّارٍۢ وَخَلَقْتَهُۥ مِن طِينٍۢ
Artinya :
“(Allah) berfirman, "Apakah yang menghalangimu (sehingga) kamu tidak bersujud (kepada Adam) ketika Aku menyuruhmu?" (Iblis) menjawab, "Aku lebih baik daripada dia. Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah."”
Al-A’raf (7:13)
قَالَ فَٱهْبِطْ مِنْهَا فَمَا يَكُونُ لَكَ أَن تَتَكَبَّرَ فِيهَا فَٱخْرُجْ إِنَّكَ مِنَ ٱلصَّـٰغِرِينَ
Artinya :
“(Allah) berfirman, "Maka turunlah kamu darinya (surga); karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya. Keluarlah! Sesungguhnya kamu termasuk makhluk yang hina."”
Ayat tersebut menurut tafsiran Ibnu Katsir mengingatkan kepada manusia tentang kemuliaan Nabi Adam atau dalam hal ini bapak mereka. Ayat 11 menjelaskan Nabi Adam telah dibentuk sebaik-baiknya dan diperintahkan para malaikat untuk bersujud kepada Nabi Adam.
Akan tetapi, Iblis menolak untuk bersujud kepada Nabi Adam yang mengakibatkan Allah SWT mempertanyakan Iblis, “Apakah yang menghalangimu (sehingga) kamu tidak bersujud ketika Aku menyuruhmu?”.
Iblis menjawab “Aku lebih baik daripada dia. Engkau menciptakanku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.”. Dapat diketahui bahwa manusia sendiri terciptakan dari tanah sebagaimana Nabi Adam, manusia pertama diciptakan.
Sedangkan Iblis tercipta dari api yang mengakibatkan Iblis berperilaku sombong dengan alasan Iblis berfikir api lebih baik daripada tanah.
Akibat dari kesombongan tersebut, Allah SWT murka dan mengusir Iblis dari surga dengan firmanya “Turunlah kamu darinya (surga) karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya. Keluarlah! Sesungguhnya kamu termasuk makhluk yang hina.”
6. Iblis/Setan Musuh Utama Manusia
Setelah kisah penciptaan Nabi Adam dan penolakan Iblis untuk bersujud kepada Nabi Adam. Ayat 16-18 menceritakan bagaimana Iblis adalah sosok ancaman bagi manusia.Al-A’raf (7:16)
قَالَ فَبِمَآ أَغْوَيْتَنِى لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَٰطَكَ ٱلْمُسْتَقِيمَ
Artinya :
“(Iblis) menjawab, "Karena Engkau telah menyesatkan aku, pasti aku akan selalu menghalangi mereka dari jalan-Mu yang lurus,””
Al-A’raf (7:17)
ثُمَّ لَـَٔاتِيَنَّهُم مِّنۢ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَـٰنِهِمْ وَعَن شَمَآئِلِهِمْ ۖ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَـٰكِرِينَ
Artinya :
“(kemudian pasti aku akan mendatangi mereka dari depan, dari belakang, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur.”
Al-A’raf (7:18)
قَالَ ٱخْرُجْ مِنْهَا مَذْءُومًۭا مَّدْحُورًۭا ۖ لَّمَن تَبِعَكَ مِنْهُمْ لَأَمْلَأَنَّ جَهَنَّمَ مِنكُمْ أَجْمَعِينَ
Artinya :
“(Allah) berfirman, "Keluarlah kamu dari sana (surga) dalam keadaan terhina dan terusir! Sesungguhnya barang siapa di antara mereka ada yang mengikutimu, pasti akan Aku isi neraka Jahanam dengan kamu semua."”
Tafsiran Ibnu Katsir sendiri menjelaskan pada bagian "Karena Engkau telah menyesatkan aku, pasti aku akan selalu menghalangi mereka dari jalan-Mu yang lurus,” Menurut Ibnu Abbas, maksudnya sebagaimana Engkau telah menghukumi aku hingga tersesat.
Akibat kesesatan tersebut, mendorong Iblis untuk menyesatkan atau menghalangi mereka ke jalan yang lurus yaitu jalan kepada Allah SWT.
Pada “kemudian pasti aku akan mendatangi mereka dari depan” menjelaskan Iblis akan jadikan mereka ragu akan kehidupan akhirat mereka. kemudian “Dan dari belakang mereka.” adalah kehidupan duniawi, “Dan dari kanan mereka.” adalah keagamaan, terakhir “Dan dari kiri mereka.” adalah mengakibatkan manusia tergiur dengan kemaksiatannya.
Alhasil dari niat Iblis tersebut, Allah SWT mengusir Iblis dalam keadaan terhina dan terusir kedalam neraka jahanam dan akan mengisinya dengan mereka yang mengikuti Iblis.
7. Penggodaan Setan terhadap Adam dan Hawa
Terakhir terdapat cerita bagaimana Iblis menggoda Adam dan Hawa yang mengakibatkan mereka turun dari surga. Penjelasan tersebut terdapat pada kandungan ayat 19-20.Al-A’raf (7:19)
وَيَـٰٓـَٔادَمُ ٱسْكُنْ أَنتَ وَزَوْجُكَ ٱلْجَنَّةَ فَكُلَا مِنْ حَيْثُ شِئْتُمَا وَلَا تَقْرَبَا هَـٰذِهِ ٱلشَّجَرَةَ فَتَكُونَا مِنَ ٱلظَّـٰلِمِينَ
Artinya :
“Dan (Allah berfirman), "Wahai Adam! Tinggallah engkau bersama istrimu dalam surga dan makanlah apa saja yang kamu berdua sukai. Tetapi janganlah kamu berdua dekati pohon yang satu ini. (Apabila didekati) kamu berdua akan termasuk orang-orang yang zalim."”
Al-A’raf (7:20)
فَوَسْوَسَ لَهُمَا ٱلشَّيْطَـٰنُ لِيُبْدِىَ لَهُمَا مَا وُۥرِىَ عَنْهُمَا مِن سَوْءَٰتِهِمَا وَقَالَ مَا نَهَىٰكُمَا رَبُّكُمَا عَنْ هَـٰذِهِ ٱلشَّجَرَةِ إِلَّآ أَن تَكُونَا مَلَكَيْنِ أَوْ تَكُونَا مِنَ ٱلْخَـٰلِدِينَ
Artinya :
“Kemudian setan membisikkan pikiran jahat kepada mereka agar menampakkan aurat mereka (yang selama ini) tertutup. Dan (setan) berkata, "Tuhanmu hanya melarang kamu berdua mendekati pohon ini, agar kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal (dalam surga)."”
Dalam tafsiran Ibnu Katsir, Allah SWT membolehkan Nabi Adam dengan istrinya Hawa untuk tinggal di dalam surga dan menikmati apa yang surga dapat berikan terkecuali pohon tertentu. Jika diantara kedua dari mereka mendekati pohon tersebut, maka mereka berdua adalah orang yang zalim.
Pada saat Allah SWT telah memerintahkan Nabi Adam dan Hawa untuk menghindar dari pohon tersebut, Setan mulai membisik kepada keduanya bisikan yang jahat agar menampakkan aurat mereka (yang selama ini) tertutup.
Selain itu setan berkata “"Tuhanmu hanya melarang kamu berdua mendekati pohon ini, agar kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal (dalam surga)."
Dengan mendengar dari ayat tersebut dapat diketahui bahwa setan adalah suatu makhluk yang licik dan hina yang harus dihindari oleh para manusia.
Surat Al-A'raf ayat 1-20 menyimpan berbagai pelajaran mendalam yang dapat menjadi panduan hidup bagi umat Islam.
Dengan memahami isi kandungannya, kita diajak untuk lebih dekat kepada Allah SWT, menjauhi larangan-Nya, dan merenungi kisah-kisah umat terdahulu sebagai bahan introspeksi.
Semoga penjabaran ini dapat memperkuat iman kita dan menjadi motivasi untuk terus menjalani hidup sesuai dengan petunjuk Al-Qur'an. Mari jadikan Surat Al-A'raf sebagai pengingat untuk selalu berusaha menjadi hamba yang taat dan bersyukur.MG/ Raffirabbani Panatamahdi Adizaputra
(wid)