Isi Kandungan Surat Al-Baqarah Ayat 11-20 : Pentingnya Menghindari Sifat Munafik
loading...
A
A
A
Surat Al-Baqarah Ayat 11-20 menyimpan pesan mendalam yang relevan bagi kehidupan sehari-hari. Ayat-ayat ini secara khusus membahas sifat-sifat yang harus dihindari, seperti kemunafikan, serta memberikan panduan moral untuk menjadi individu yang lebih baik.
Dalam artikel ini, kita akan membahas lima poin utama dari kandungan ayat-ayat tersebut, disajikan secara sederhana agar mudah dipahami dan dapat dijadikan refleksi untuk memperbaiki diri. Inilah kandungan surat Al-Baqarah ayat 11-20 yang dapat diambil hikmahnya.
Artinya :
“Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Janganlah berbuat kerusakan di bumi!"1 Mereka menjawab, "Sesungguhnya kami justru orang-orang yang melakukan perbaikan." ”
Artinya :
“Ingatlah, sesungguhnya merekalah yang berbuat kerusakan, tetapi mereka tidak menyadari."
Dalam tafsiran Ibnu Katsir ayat 11 yang berbunyi, “Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Janganlah berbuat kerusakan di bumi!"1 Mereka menjawab, "Sesungguhnya kami justru orang-orang yang melakukan perbaikan." ” ayat tersebut mengarahkan kepada mereka orang-orang munafik.
Kerusakan di muka bumi menjelaskan bagaimana orang munafik tersebut sering melakukan kekufuran dan kemaksiatan di bumi. Abu Ja'far meriwayatkan dari firman Abul Aliyah “Waidza qila lahum la tufsidu fil ardh” (Janganlah kalian berbuat maksiat di muka bumi.) Kerusakan yang mereka lakukan di muka bumi adalah suatu aksi kemaksiatan mereka terhadap Allah SWT.
Dengan sifat mereka tersebut yang sering berpura-pura tidak merusak muka bumi. Munculah firman Allah SWT yang membantah kebohongan mereka yang berbunyi “Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak menyadarinya” (Al-Baqarah: 12).
Orang munafik sering berpura pura sebagai orang yang beriman dan tidak menyadari bahwa mereka sebenarnya merusak suatu peradaban. Maka sebagai orang beriman harus berhati hati terhadap hasutan mereka untuk melakukan hal maksiat.
Artinya :
“Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Berimanlah kamu sebagaimana orang lain yang telah beriman!" Mereka menjawab, "Apakah kami akan beriman seperti orang-orang yang kurang akal itu beriman?" Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang kurang akal, tetapi mereka tidak tahu."
Dalam tafsiran Ibnu Katsir, Allah SWT berfirman, “apabila dikatakan kepada mereka, "Berimanlah kamu sebagaimana orang lain yang telah beriman!"” mereka dalam hal ini adalah orang munafik, mereka akan menjawab "Apakah kami akan beriman seperti orang-orang yang kurang akal itu beriman?".
Orang-orang munafik adalah orang yang senang meninggikan diri sendiri daripada orang lain, menganggap mereka sendiri memiliki akal yang lebih dibandingkan orang beriman. Maka mereka berani untuk berkata “beriman seperti orang-orang yang kurang akal itu beriman?".
Allah SWT membantah mereka dengan firman, “Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang kurang akal, tetapi mereka tidak tahu.” dimana dalam hal ini mereka (orang munafik) adalah orang yang tidak menyadari bahwa merekalah yang kurang akal dibandingkan orang beriman.
Menurut Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam dan lain-lainnya, makna ayat 13 surat Al-Baqarah yaitu, "apakah kami dan mereka sama derajat dan jalannya, padahal mereka adalah orang-orang bodoh?" dimana mereka berpikir untuk menurunkan derajat mereka walaupun semua manusia memiliki derajat yang sama bahkan mereka sendiri sebenarnya memiliki derajat yang rendah.
Mengetahui ayat tersebut, bijaknya sebagai orang beriman untuk memiliki iman kepada Allah, Malaikat, Kitab, Nabi, Kiamat, dan Qada serta Qadar.
Artinya :
“Dan apabila mereka berjumpa dengan orang yang beriman, mereka berkata, "Kami telah beriman." Tetapi apabila mereka kembali kepada setan-setan (para pemimpin) mereka, mereka berkata, "Sesungguhnya kami bersama kamu, kami hanya berolok-olok." "
Artinya :
“Allah akan memperolok-olokkan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan. "
Tafsiran Ibnu Katsir pun memperjelaskan ayat 14-15, pada saat Allah SWT berfirman, “apabila mereka (Munafik) berjumpa dengan orang yang beriman, mereka berkata, "Kami telah beriman." ” mereka akan berkata “Kami telah beriman.” seakan akan mereka adalah sahabat untuk orang orang beriman.
Pada kenyataanya perkataan tersebut bertujuan untuk memperdaya orang beriman sehingga mereka dapat berdiplomasi untuk melindungi diri sebagai golongan mukmin saat umat mukmin berperang. Adapun mereka ingin mengambil sebagian harta perang yang didapatkan untuk kepentingan diri sendiri.
Pada bagian “apabila mereka kembali kepada setan-setan” menjelaskan bahwa pada saat orang-orang munafik tersebut kembali kepada pemimpin sesat mereka seperti kepala pemimpin musyrik dan munafik, mereka sebenarnya hanya mengejek teman teman Nabi Muhammad SAW.
Maka Allah SWT membantah mereka dengan memberikan ancaman terhadap perbuatan orang munafik tersebut, “Allah akan (membalas) olok-olokan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan mereka” (Al-Baqarah: 15).
Allah SWT akan membiarkan orang munafik tersesat dalam kemunafikan mereka dan mengolok-olok mereka. Ibnu Jarir juga menjelaskan pendapat Ulama lain bahwa ayat ini sendiri adalah sebuah ungkapan pembalikan. Maksud dari ungkapan balikan yaitu bagaimana orang yang telah menipunya ternyata dapat dibalikan tipuan tersebut.
Maka yang dapat dimaksud dalam hal ini adalah bagaimana Allah SWT tidak butuh menyesatkan dan mengolok-olok mereka. Melainkan mereka sendiri telah terjerumus dalam lubang yang mereka galikan.
Artinya :
“Mereka itulah yang membeli kesesatan dengan petunjuk. Maka perdagangan mereka itu tidak beruntung dan mereka tidak mendapat petunjuk."
Dijelaskan pada tafsiran Ibnu Katsir, pengertian dari bagaimana mereka yaitu orang munafik membeli sebuah kesesatan menggunakan petunjuk adalah bagaimana mereka lebih ingin mengambil kesesatan dibandingkan hidayah dari Allah SWT.
Mereka rela melepaskan hidayah demi mendapatkan kesesatan sebagaimana kalangan mereka menyukai hal kesesatan daripada hidayah. Orang munafik sendiri memang terdiri dari berbagai macam golongan dimana terdapat golongan yang memilih kesesatan daripada hidayah.
Hal ini mengakibatkan firman Allah SWT selanjutnya yang berbunyi, “Maka perdagangan mereka itu tidak beruntung dan mereka tidak mendapat petunjuk.” yaitu mereka sama sekali tidak beruntung dari tidak mendapatkan hidayah hingga mendapatkan bimbingan dalam perbuatannya.
Al-Baqarah (2:17)
Artinya :
“Perumpamaan mereka seperti orang-orang yang menyalakan api, setelah menerangi sekelilingnya, Allah melenyapkan cahaya (yang menyinari) mereka dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat."
Al-Baqarah (2:18)
Artinya :
“Mereka tuli, bisu dan buta, sehingga mereka tidak dapat kembali."
Pada tafsiran Ibnu Katsir, ayat ini menjelaskan bagaimana kondisi orang munafik yang diumpamakan sebagai seseorang yang menyalakan api untuk menerangi sekelilingnya, kemudian cahaya itu padam sehingga dia kembali dalam kegelapan.
Perumpamaan api dalam ayat tersebut adalah sebuah keimanan dari orang munafik. Pada awalnya, api tersebut memberikan mereka petunjuk. Akan tetapi, karena kemunafikan dan kekufuran mereka api tersebut padam. Sehingga mereka kehilangan panduan hidup dan tidak dapat membedakan yang benar dari yang salah.
Tuli dalam hal ini mereka tidak bisa mendengar nasihat atau petunjuk, Bisu yaitu mereka tidak dapat berkata yang benar, dan buta yaitu tidak melihat jalan kebaikan atau memahami petunjuk Allah.
Hal ini menunjukkan bahwa mereka kehilangan kemampuan untuk menerima, memahami, dan menjalankan kebenaran.
Dengan perumpamaan tersebut, maka dapat diketahui bahwa orang yang munafik akan kesesatan yang abadi dikarenakan bagaimana hati mereka dikunci untuk menerima hidayah dari Allah SWT.
Surat Al-Baqarah Ayat 11-20 memberikan pelajaran yang sangat berharga bagi setiap individu, khususnya dalam memahami pentingnya menjauhi sifat munafik. Ayat-ayat ini mengingatkan kita untuk selalu menjaga keikhlasan hati, menjunjung tinggi kebenaran, dan tidak terjerumus dalam kesesatan.
Semoga lima kandungan yang telah dibahas dalam artikel ini dapat menjadi refleksi bagi kita semua untuk terus memperbaiki diri dan memperkuat iman. Dengan memahami dan mengamalkan pesan-pesan dari ayat-ayat ini, kita bisa menjalani kehidupan yang lebih bermakna dan sesuai dengan tuntunan Allah SWT.MG/ Raffirabbani Panatamahdi Adizaputra
Baca juga: Allah SWT Membongkar Sifat Orang Munafik, Lalu Membuka Pintu Tobat-Nya
Dalam artikel ini, kita akan membahas lima poin utama dari kandungan ayat-ayat tersebut, disajikan secara sederhana agar mudah dipahami dan dapat dijadikan refleksi untuk memperbaiki diri. Inilah kandungan surat Al-Baqarah ayat 11-20 yang dapat diambil hikmahnya.
5 Isi Kandungan Surat Al-Baqarah Ayat 11-20
1. Sifat Orang Munafik yang Berpura - pura dan Tidak Menyadari Kebenaran
Kandungan surat Al-Baqarah ayat 11-12 menjelaskan bagaimana sifat orang munafik sebenarnya, yaitu orang yang senang berpura-pura baik dan tidak menyadari kebenaran.Al-Baqarah (2:11)
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا تُفْسِدُوا۟ فِى ٱلْأَرْضِ قَالُوٓا۟ إِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُونَ
Artinya :
“Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Janganlah berbuat kerusakan di bumi!"1 Mereka menjawab, "Sesungguhnya kami justru orang-orang yang melakukan perbaikan." ”
Al-Baqarah (2:12)
أَلَآ إِنَّهُمْ هُمُ ٱلْمُفْسِدُونَ وَلَـٰكِن لَّا يَشْعُرُونَ
Artinya :
“Ingatlah, sesungguhnya merekalah yang berbuat kerusakan, tetapi mereka tidak menyadari."
Dalam tafsiran Ibnu Katsir ayat 11 yang berbunyi, “Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Janganlah berbuat kerusakan di bumi!"1 Mereka menjawab, "Sesungguhnya kami justru orang-orang yang melakukan perbaikan." ” ayat tersebut mengarahkan kepada mereka orang-orang munafik.
Kerusakan di muka bumi menjelaskan bagaimana orang munafik tersebut sering melakukan kekufuran dan kemaksiatan di bumi. Abu Ja'far meriwayatkan dari firman Abul Aliyah “Waidza qila lahum la tufsidu fil ardh” (Janganlah kalian berbuat maksiat di muka bumi.) Kerusakan yang mereka lakukan di muka bumi adalah suatu aksi kemaksiatan mereka terhadap Allah SWT.
Dengan sifat mereka tersebut yang sering berpura-pura tidak merusak muka bumi. Munculah firman Allah SWT yang membantah kebohongan mereka yang berbunyi “Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak menyadarinya” (Al-Baqarah: 12).
Orang munafik sering berpura pura sebagai orang yang beriman dan tidak menyadari bahwa mereka sebenarnya merusak suatu peradaban. Maka sebagai orang beriman harus berhati hati terhadap hasutan mereka untuk melakukan hal maksiat.
2. Bijaknya Beriman Kepada Allah SWT
Ayat ke 13 dalam surat Al-Baqarah menjelaskan sebenarnya orang yang beriman kepada Allah SWT adalah orang yang berada dijalan yang benar dan adalah orang yang bijak. Melainkan orang munafik yang menganggap orang beriman bodoh sebenarnya adalah mereka yang kecil akalnya.Al-Baqarah (2:13)
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ ءَامِنُوا۟ كَمَآ ءَامَنَ ٱلنَّاسُ قَالُوٓا۟ أَنُؤْمِنُ كَمَآ ءَامَنَ ٱلسُّفَهَآءُ ۗ أَلَآ إِنَّهُمْ هُمُ ٱلسُّفَهَآءُ وَلَـٰكِن لَّا يَعْلَمُونَ
Artinya :
“Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Berimanlah kamu sebagaimana orang lain yang telah beriman!" Mereka menjawab, "Apakah kami akan beriman seperti orang-orang yang kurang akal itu beriman?" Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang kurang akal, tetapi mereka tidak tahu."
Dalam tafsiran Ibnu Katsir, Allah SWT berfirman, “apabila dikatakan kepada mereka, "Berimanlah kamu sebagaimana orang lain yang telah beriman!"” mereka dalam hal ini adalah orang munafik, mereka akan menjawab "Apakah kami akan beriman seperti orang-orang yang kurang akal itu beriman?".
Orang-orang munafik adalah orang yang senang meninggikan diri sendiri daripada orang lain, menganggap mereka sendiri memiliki akal yang lebih dibandingkan orang beriman. Maka mereka berani untuk berkata “beriman seperti orang-orang yang kurang akal itu beriman?".
Allah SWT membantah mereka dengan firman, “Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang kurang akal, tetapi mereka tidak tahu.” dimana dalam hal ini mereka (orang munafik) adalah orang yang tidak menyadari bahwa merekalah yang kurang akal dibandingkan orang beriman.
Menurut Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam dan lain-lainnya, makna ayat 13 surat Al-Baqarah yaitu, "apakah kami dan mereka sama derajat dan jalannya, padahal mereka adalah orang-orang bodoh?" dimana mereka berpikir untuk menurunkan derajat mereka walaupun semua manusia memiliki derajat yang sama bahkan mereka sendiri sebenarnya memiliki derajat yang rendah.
Mengetahui ayat tersebut, bijaknya sebagai orang beriman untuk memiliki iman kepada Allah, Malaikat, Kitab, Nabi, Kiamat, dan Qada serta Qadar.
3. Bermuka Duanya Orang Munafik Terhadap Orang Beriman
Selain sifat orang munafik yang berpura-pura dan tidak menyadari kebenaran, orang munafik juga menjadi sebuah ancaman bagi orang beriman yang dijelaskan dalam kandungan surat Al-Baqarah ayat 14-15.Al-Baqarah (2:14)
وَإِذَا لَقُوا۟ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ قَالُوٓا۟ ءَامَنَّا وَإِذَا خَلَوْا۟ إِلَىٰ شَيَـٰطِينِهِمْ قَالُوٓا۟ إِنَّا مَعَكُمْ إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِءُونَ
Artinya :
“Dan apabila mereka berjumpa dengan orang yang beriman, mereka berkata, "Kami telah beriman." Tetapi apabila mereka kembali kepada setan-setan (para pemimpin) mereka, mereka berkata, "Sesungguhnya kami bersama kamu, kami hanya berolok-olok." "
Al-Baqarah (2:15)
ٱللَّهُ يَسْتَهْزِئُ بِهِمْ وَيَمُدُّهُمْ فِى طُغْيَـٰنِهِمْ يَعْمَهُونَ
Artinya :
“Allah akan memperolok-olokkan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan. "
Tafsiran Ibnu Katsir pun memperjelaskan ayat 14-15, pada saat Allah SWT berfirman, “apabila mereka (Munafik) berjumpa dengan orang yang beriman, mereka berkata, "Kami telah beriman." ” mereka akan berkata “Kami telah beriman.” seakan akan mereka adalah sahabat untuk orang orang beriman.
Pada kenyataanya perkataan tersebut bertujuan untuk memperdaya orang beriman sehingga mereka dapat berdiplomasi untuk melindungi diri sebagai golongan mukmin saat umat mukmin berperang. Adapun mereka ingin mengambil sebagian harta perang yang didapatkan untuk kepentingan diri sendiri.
Pada bagian “apabila mereka kembali kepada setan-setan” menjelaskan bahwa pada saat orang-orang munafik tersebut kembali kepada pemimpin sesat mereka seperti kepala pemimpin musyrik dan munafik, mereka sebenarnya hanya mengejek teman teman Nabi Muhammad SAW.
Maka Allah SWT membantah mereka dengan memberikan ancaman terhadap perbuatan orang munafik tersebut, “Allah akan (membalas) olok-olokan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan mereka” (Al-Baqarah: 15).
Allah SWT akan membiarkan orang munafik tersesat dalam kemunafikan mereka dan mengolok-olok mereka. Ibnu Jarir juga menjelaskan pendapat Ulama lain bahwa ayat ini sendiri adalah sebuah ungkapan pembalikan. Maksud dari ungkapan balikan yaitu bagaimana orang yang telah menipunya ternyata dapat dibalikan tipuan tersebut.
Maka yang dapat dimaksud dalam hal ini adalah bagaimana Allah SWT tidak butuh menyesatkan dan mengolok-olok mereka. Melainkan mereka sendiri telah terjerumus dalam lubang yang mereka galikan.
4. Orang Munafik yang Membeli Kesesatan Dengan Petunjuk
Ayat 16 dalam surat Al-Baqarah ayat 16 mengandung penjelasan bagaimana orang munafik tersebut adalah orang yang membeli kesesatan dengan menggunakan petunjuk.Al-Baqarah (2:16)
أُو۟لَـٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ ٱشْتَرَوُا۟ ٱلضَّلَـٰلَةَ بِٱلْهُدَىٰ فَمَا رَبِحَت تِّجَـٰرَتُهُمْ وَمَا كَانُوا۟ مُهْتَدِينَ
Artinya :
“Mereka itulah yang membeli kesesatan dengan petunjuk. Maka perdagangan mereka itu tidak beruntung dan mereka tidak mendapat petunjuk."
Dijelaskan pada tafsiran Ibnu Katsir, pengertian dari bagaimana mereka yaitu orang munafik membeli sebuah kesesatan menggunakan petunjuk adalah bagaimana mereka lebih ingin mengambil kesesatan dibandingkan hidayah dari Allah SWT.
Mereka rela melepaskan hidayah demi mendapatkan kesesatan sebagaimana kalangan mereka menyukai hal kesesatan daripada hidayah. Orang munafik sendiri memang terdiri dari berbagai macam golongan dimana terdapat golongan yang memilih kesesatan daripada hidayah.
Hal ini mengakibatkan firman Allah SWT selanjutnya yang berbunyi, “Maka perdagangan mereka itu tidak beruntung dan mereka tidak mendapat petunjuk.” yaitu mereka sama sekali tidak beruntung dari tidak mendapatkan hidayah hingga mendapatkan bimbingan dalam perbuatannya.
5. Perumpamaan Orang Munafik
Terakhir, kandungan surat Al-Baqarah ayat 17-18 menjelaskan sebuah perumpamaan bagi orang munafik sebagai orang yang menyalakan api.Al-Baqarah (2:17)
مَثَلُهُمْ كَمَثَلِ ٱلَّذِى ٱسْتَوْقَدَ نَارًۭا فَلَمَّآ أَضَآءَتْ مَا حَوْلَهُۥ ذَهَبَ ٱللَّهُ بِنُورِهِمْ وَتَرَكَهُمْ فِى ظُلُمَـٰتٍۢ لَّا يُبْصِرُونَ
Artinya :
“Perumpamaan mereka seperti orang-orang yang menyalakan api, setelah menerangi sekelilingnya, Allah melenyapkan cahaya (yang menyinari) mereka dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat."
Al-Baqarah (2:18)
صُمٌّۢ بُكْمٌ عُمْىٌۭ فَهُمْ لَا يَرْجِعُونَ
Artinya :
“Mereka tuli, bisu dan buta, sehingga mereka tidak dapat kembali."
Pada tafsiran Ibnu Katsir, ayat ini menjelaskan bagaimana kondisi orang munafik yang diumpamakan sebagai seseorang yang menyalakan api untuk menerangi sekelilingnya, kemudian cahaya itu padam sehingga dia kembali dalam kegelapan.
Perumpamaan api dalam ayat tersebut adalah sebuah keimanan dari orang munafik. Pada awalnya, api tersebut memberikan mereka petunjuk. Akan tetapi, karena kemunafikan dan kekufuran mereka api tersebut padam. Sehingga mereka kehilangan panduan hidup dan tidak dapat membedakan yang benar dari yang salah.
Tuli dalam hal ini mereka tidak bisa mendengar nasihat atau petunjuk, Bisu yaitu mereka tidak dapat berkata yang benar, dan buta yaitu tidak melihat jalan kebaikan atau memahami petunjuk Allah.
Hal ini menunjukkan bahwa mereka kehilangan kemampuan untuk menerima, memahami, dan menjalankan kebenaran.
Dengan perumpamaan tersebut, maka dapat diketahui bahwa orang yang munafik akan kesesatan yang abadi dikarenakan bagaimana hati mereka dikunci untuk menerima hidayah dari Allah SWT.
Surat Al-Baqarah Ayat 11-20 memberikan pelajaran yang sangat berharga bagi setiap individu, khususnya dalam memahami pentingnya menjauhi sifat munafik. Ayat-ayat ini mengingatkan kita untuk selalu menjaga keikhlasan hati, menjunjung tinggi kebenaran, dan tidak terjerumus dalam kesesatan.
Semoga lima kandungan yang telah dibahas dalam artikel ini dapat menjadi refleksi bagi kita semua untuk terus memperbaiki diri dan memperkuat iman. Dengan memahami dan mengamalkan pesan-pesan dari ayat-ayat ini, kita bisa menjalani kehidupan yang lebih bermakna dan sesuai dengan tuntunan Allah SWT.MG/ Raffirabbani Panatamahdi Adizaputra
Baca juga: Allah SWT Membongkar Sifat Orang Munafik, Lalu Membuka Pintu Tobat-Nya
(wid)