Mengenal Karier Perempuan di Masa Rasulullah SAW
loading...
A
A
A
Zaman sekarang bekerja atau berkarier bagi sebagian kaum perempuan, sudah menjadi pilihan. Bahkan menjadi perempuan karier menjadi dambaan banyak muslimah saat ini. Perempuan karier adalah perempuan yang memasuki dunia usaha atau pekerjaan dan menghabiskan lebih banyak waktunya di luar rumah.
Berkarier memiliki tujuan utama, misalnya mencari nafkah keluarga, menyalurkan bakat, dan mengaplikasikan ilmu serta keahlian yang dimilikinya.
Nah, tahukah muslimah bahwa di masa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam pun, kaum perempuan tidak hanya melulu mengurus urusan rumah tangga, banyak dari mereka yang aktif melakukan aktivitas laiinya di luar rumah. Bahkan hal itu telah menjadi profesinya sehari-hari. (Baca juga : Jadilah Calon Istri yang Sesuai Panduan Rasulullah )
Lantas, bagaimana dan apa saja pekerjaan atau profesi perempuan di masa Nabi Muhammad SAW?
1. Perawat
Perawat menjadi salah satu profesi para perempuan di masa Nabi SAW. Umumnya, mereka bertugas mengobati luka para tentara muslim dan merawat mereka yang sakit pasca peperangan. Selain itu, mereka juga yang bertugas menyediakan serta menyiapkan makanan dan minuman.
Dari Anas bin Malik, ia berkata, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda;
"Aku selalu berperang bersama Ummu Sulaim dan para perempuan dari Anshar. Jika ia berperang, maka mereka memberikan air dan mengobati orang-orang yang luka. (HR. Muslim)
(Baca juga : Inilah Faedah Syahwat dan Cara Mengendalikannya )
Dari Ummu Athiyyah Al-Anshariyyah, ia berkata, “Aku pernah ikut berperang bersama-sama dengan Rasulullah SAW. sebanyak tujuh kali peperangan, aku tinggal di perkemahan mereka, memasak makanan untuk mereka, mengobati yang luka, dan merawat orang-orang yang sakit.” (HR. Muslim)
2. Akademisi dan ulama perempuan
Salah satu pekerjaan atau profesi perempuan di masa Nabi SAW adalah sebagai akademisi atau ulama’ perempuan. Hal ini sebagaimana dilakukan oleh para istri Nabi SAW yang mengajarkan hadis-hadis Rasulullah kepada para sahabat lainnya. Khususnya hadis-hadis yang berkaitan tentang keluarga dan akhlak-akhlak Rasulullah saat berada di rumah.
Adapun istri Nabi Shallallahu alaihi wa sallam yang paling banyak meriwayatkan hadis adalah Sayyidah Aisyah radhiyallahu'anha dan Ummu Salamah radhiyallahu'anha. ( )
3. Pembuat kerajinan tangan
Membuat kerajinan tangan pun menjadi salah satu pekerjaan yang dilakukan oleh para perempuan di masa Nabi SAW. Bahkan istri Nabi SAW, Zainab dikenal memiliki tangan kreatif .
Dari Aisyah; Ummul mukminin, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Di antara kalian yang lebih dahulu bertemu denganku di hari kiamat kelak adalah yang paling panjang lengannya. Aisyah berkata, “Lalu, mereka para istri Rasulullah SAW mengukur tangan siapakah yang paling panjang.” Aisyah berkata, “Ternyata setelah diukur-ukur Zainablah yang paling panjang di antara kami, karena ia sering melakukan pekerjaan dengan tangannya dan bersedekah.” (HR. Muslim)
Raithah istri Abdullah bin Mas’ud juga salah satu perempuan yang membuat kerajinan tangan lalu dijual untuk menghidupi perekonomian keluarganya.
(Baca juga :Pencairan BLT Karyawan Rp600 Ribu untuk Bank Swasta Butuh Waktu 5 Hari)
Dari Raithah, istri Abdullah, ia adalah wanita yang rajin membuat kerajinan, dia berjualan, dan bersedekah. Suatu hari, ia berkata kepada Abdullah, “Engkau dan anakmu telah menyibukkanku sehingga aku tidak dapat bersedekah.” Abdullah berkata, “Kalaulah hal tersebut tidak mendapatkan pahala, maka aku tidak menyukainya untuk kamu kerjakan.” Lalu mereka berdua bertanya mengenai hal itu kepada Rasulullah saw. dan beliau bersabda kepada istri Abdullah, “Engkau mendapatkan pahala dari yang kamu nafkahkan untuk mereka.” (HR. Ahmad)
4. Petani
Selain menjadi perawat di medan pertempuran, para perempuan di masa Rasulullah pun ada yang berprofesi sebagai petani. Khususnya petani kurma dari kebun milik mereka sendiri. Di dalam riwayat imam Muslim disebutkan bahwa Nabi SAW pernah masuk ke dalam kebun milik seorang perempuan yang bernama Ummu Mubasyir Al-Anshariyyah.
(Baca juga : Positif Corona Makin Banyak, Masyarakat Harus Disiplin Protokol Kesehatan )
Asma’ binti Abi Bakar juga mengurusi kebun kurmanya untuk membantu perekonomian rumah tangganya bersama Az-Zubair bin Awwam.
Dari Asma’ binti Abi Bakr radhiyallahu'anha, ia berkata, “Az-Zubair bin Awwam menikahiku. Saat itu, ia tidak memiliki harta dan tidak juga memiliki budak serta tidak memiliki apa-apa kecuali alat penyiram lahan dan seekor kuda. Maka, akulah yang memberi makan dan minum kudanya, menjahit timbanya serta membuatkan adonan roti. Padahal, aku bukanlah seorang pembuat roti. Karena itu, para tetanggaku dari kaum Anshar lah yang membuatkan roti. Aku memindahkan biji kurma dari kebun Az-Zubair yang telah ditetapkan oleh Rasulullah di atas kepalaku. Tanah itu dariku atas dua pertiga farsakh… (HR. Al-Bukhari)
Begitu pula dengan bibik Jabir bin Abdillah. Ia berusaha bangkit untuk menjalani kehidupannya setelah dicerai suaminya dengan bertani di kebun kurma miliknya.
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ يَقُولُ طُلِّقَتْ خَالَتِى فَأَرَادَتْ أَنْ تَجُدَّ نَخْلَهَا فَزَجَرَهَا رَجُلٌ أَنْ تَخْرُجَ فَأَتَتِ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالَ « بَلَى فَجُدِّى نَخْلَكِ فَإِنَّكِ عَسَى أَنْ تَصَدَّقِى أَوْ تَفْعَلِى مَعْرُوفًا ».(رواه مسلم)
Dari Jabir bin Abdillah, ia berkata, “Bibikku dicerai suaminya. Lalu, ia ingin memetik buah kurma, namun ia dilarang oleh seorang laki-laki untuk keluar rumah.” setelah itu, istriku mendatangi Rasulullah saw. untuk menanyakan hal itu, maka Rasulullah saw. menjawab, “Ya boleh, Petiklah buah kurmamu, semoga kamu dapat bersedekah atau berbuat kebajikan.” (H.R. Muslim)
5. Penggembala kambing
Dari Muadz bin Sa’ad atau Sa’ad bin Muadz ia mengabarkan bahwa seorang perempuan budak Ka’ab bin Malik bekerja menggembala kambing di pengunungan Sal’. Ketika terjadi insiden pada salah satu kambingnya, ia bergegas menyembelihnya. Nabi saw. ditanya tentang hal ini, “Makanlah (kambing itu),” jawab Nabi saw. (H.R. Al-Bukhari)
(Baca juga : Latihan Perdana Barcelona Hilang Keceriaan Tanpa Messi )
Itulah, beberapa profesi atau pekerjaaan yang dilakukan kaum perempuan di masa Nabi Shallallahu alaihi wa sallam. Hal ini menunjukkan bahwa sebagai seorang perempuan tidak menjadi penghalang untuk berkreativitas dan beraktivitas.
Wallahu A'lam
Berkarier memiliki tujuan utama, misalnya mencari nafkah keluarga, menyalurkan bakat, dan mengaplikasikan ilmu serta keahlian yang dimilikinya.
Nah, tahukah muslimah bahwa di masa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam pun, kaum perempuan tidak hanya melulu mengurus urusan rumah tangga, banyak dari mereka yang aktif melakukan aktivitas laiinya di luar rumah. Bahkan hal itu telah menjadi profesinya sehari-hari. (Baca juga : Jadilah Calon Istri yang Sesuai Panduan Rasulullah )
Lantas, bagaimana dan apa saja pekerjaan atau profesi perempuan di masa Nabi Muhammad SAW?
1. Perawat
Perawat menjadi salah satu profesi para perempuan di masa Nabi SAW. Umumnya, mereka bertugas mengobati luka para tentara muslim dan merawat mereka yang sakit pasca peperangan. Selain itu, mereka juga yang bertugas menyediakan serta menyiapkan makanan dan minuman.
Dari Anas bin Malik, ia berkata, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda;
"Aku selalu berperang bersama Ummu Sulaim dan para perempuan dari Anshar. Jika ia berperang, maka mereka memberikan air dan mengobati orang-orang yang luka. (HR. Muslim)
(Baca juga : Inilah Faedah Syahwat dan Cara Mengendalikannya )
Dari Ummu Athiyyah Al-Anshariyyah, ia berkata, “Aku pernah ikut berperang bersama-sama dengan Rasulullah SAW. sebanyak tujuh kali peperangan, aku tinggal di perkemahan mereka, memasak makanan untuk mereka, mengobati yang luka, dan merawat orang-orang yang sakit.” (HR. Muslim)
2. Akademisi dan ulama perempuan
Salah satu pekerjaan atau profesi perempuan di masa Nabi SAW adalah sebagai akademisi atau ulama’ perempuan. Hal ini sebagaimana dilakukan oleh para istri Nabi SAW yang mengajarkan hadis-hadis Rasulullah kepada para sahabat lainnya. Khususnya hadis-hadis yang berkaitan tentang keluarga dan akhlak-akhlak Rasulullah saat berada di rumah.
Adapun istri Nabi Shallallahu alaihi wa sallam yang paling banyak meriwayatkan hadis adalah Sayyidah Aisyah radhiyallahu'anha dan Ummu Salamah radhiyallahu'anha. ( )
3. Pembuat kerajinan tangan
Membuat kerajinan tangan pun menjadi salah satu pekerjaan yang dilakukan oleh para perempuan di masa Nabi SAW. Bahkan istri Nabi SAW, Zainab dikenal memiliki tangan kreatif .
Dari Aisyah; Ummul mukminin, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Di antara kalian yang lebih dahulu bertemu denganku di hari kiamat kelak adalah yang paling panjang lengannya. Aisyah berkata, “Lalu, mereka para istri Rasulullah SAW mengukur tangan siapakah yang paling panjang.” Aisyah berkata, “Ternyata setelah diukur-ukur Zainablah yang paling panjang di antara kami, karena ia sering melakukan pekerjaan dengan tangannya dan bersedekah.” (HR. Muslim)
Raithah istri Abdullah bin Mas’ud juga salah satu perempuan yang membuat kerajinan tangan lalu dijual untuk menghidupi perekonomian keluarganya.
(Baca juga :Pencairan BLT Karyawan Rp600 Ribu untuk Bank Swasta Butuh Waktu 5 Hari)
Dari Raithah, istri Abdullah, ia adalah wanita yang rajin membuat kerajinan, dia berjualan, dan bersedekah. Suatu hari, ia berkata kepada Abdullah, “Engkau dan anakmu telah menyibukkanku sehingga aku tidak dapat bersedekah.” Abdullah berkata, “Kalaulah hal tersebut tidak mendapatkan pahala, maka aku tidak menyukainya untuk kamu kerjakan.” Lalu mereka berdua bertanya mengenai hal itu kepada Rasulullah saw. dan beliau bersabda kepada istri Abdullah, “Engkau mendapatkan pahala dari yang kamu nafkahkan untuk mereka.” (HR. Ahmad)
4. Petani
Selain menjadi perawat di medan pertempuran, para perempuan di masa Rasulullah pun ada yang berprofesi sebagai petani. Khususnya petani kurma dari kebun milik mereka sendiri. Di dalam riwayat imam Muslim disebutkan bahwa Nabi SAW pernah masuk ke dalam kebun milik seorang perempuan yang bernama Ummu Mubasyir Al-Anshariyyah.
(Baca juga : Positif Corona Makin Banyak, Masyarakat Harus Disiplin Protokol Kesehatan )
Asma’ binti Abi Bakar juga mengurusi kebun kurmanya untuk membantu perekonomian rumah tangganya bersama Az-Zubair bin Awwam.
Dari Asma’ binti Abi Bakr radhiyallahu'anha, ia berkata, “Az-Zubair bin Awwam menikahiku. Saat itu, ia tidak memiliki harta dan tidak juga memiliki budak serta tidak memiliki apa-apa kecuali alat penyiram lahan dan seekor kuda. Maka, akulah yang memberi makan dan minum kudanya, menjahit timbanya serta membuatkan adonan roti. Padahal, aku bukanlah seorang pembuat roti. Karena itu, para tetanggaku dari kaum Anshar lah yang membuatkan roti. Aku memindahkan biji kurma dari kebun Az-Zubair yang telah ditetapkan oleh Rasulullah di atas kepalaku. Tanah itu dariku atas dua pertiga farsakh… (HR. Al-Bukhari)
Begitu pula dengan bibik Jabir bin Abdillah. Ia berusaha bangkit untuk menjalani kehidupannya setelah dicerai suaminya dengan bertani di kebun kurma miliknya.
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ يَقُولُ طُلِّقَتْ خَالَتِى فَأَرَادَتْ أَنْ تَجُدَّ نَخْلَهَا فَزَجَرَهَا رَجُلٌ أَنْ تَخْرُجَ فَأَتَتِ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالَ « بَلَى فَجُدِّى نَخْلَكِ فَإِنَّكِ عَسَى أَنْ تَصَدَّقِى أَوْ تَفْعَلِى مَعْرُوفًا ».(رواه مسلم)
Dari Jabir bin Abdillah, ia berkata, “Bibikku dicerai suaminya. Lalu, ia ingin memetik buah kurma, namun ia dilarang oleh seorang laki-laki untuk keluar rumah.” setelah itu, istriku mendatangi Rasulullah saw. untuk menanyakan hal itu, maka Rasulullah saw. menjawab, “Ya boleh, Petiklah buah kurmamu, semoga kamu dapat bersedekah atau berbuat kebajikan.” (H.R. Muslim)
5. Penggembala kambing
Dari Muadz bin Sa’ad atau Sa’ad bin Muadz ia mengabarkan bahwa seorang perempuan budak Ka’ab bin Malik bekerja menggembala kambing di pengunungan Sal’. Ketika terjadi insiden pada salah satu kambingnya, ia bergegas menyembelihnya. Nabi saw. ditanya tentang hal ini, “Makanlah (kambing itu),” jawab Nabi saw. (H.R. Al-Bukhari)
(Baca juga : Latihan Perdana Barcelona Hilang Keceriaan Tanpa Messi )
Itulah, beberapa profesi atau pekerjaaan yang dilakukan kaum perempuan di masa Nabi Shallallahu alaihi wa sallam. Hal ini menunjukkan bahwa sebagai seorang perempuan tidak menjadi penghalang untuk berkreativitas dan beraktivitas.
Wallahu A'lam
(wid)