Sejarah Masjid Umayyah Damaskus, Tempat Turunnya Nabi Isa yang Kini Kembali Ramai setelah Tumbangnya Rezim Assad
loading...
A
A
A
Sejarah Masjid Umayyah Damaskus , yang ditengarai akan menjadi tempat turunnya Nabi Isa alaihissalam di akhir Zaman, kini kembali ramai setelah tumbangnya Rezim Assad di Suriah. Bagaimana sebenarnya cikal bakal dan sejarah berdirinya masjid tersebut?
Masjid Umayyah, saat ini dikenal juga sebagai Masjid Agung Damaskus, merupakan salah satu dari masjid tertua dan terbesar di dunia. Terletak di kota tua Damaskus, ibu kota negara Suriah. Masjid Agung Damaskus merupakan peninggalan Bani Umayyah di Damaskus, yang menjadi salah satu simbol masa kejayaan peradaban umat Islam. Dan sosok yang membangun masjid di Damaskus adalah Khalifah Al-Walid bin Abdul Malik, yang memerintah sejak tahun 705 hingga 715.
Menilik sejarahnya, lokasi berdirinya Masjid Umayyah saat ini, masjid tersebut sudah ribuan tahun disucikan sebagai rumah ibadah sejak Zaman Besi, ketika bangsa Aram membangun kuil untuk dewa hujan, Hadad. Pada tahun 64, ketika Damaskus diambil alih oleh orang-orang Romawi, kuil bangsa Aram diubah menjadi pusat pemujaan kekaisaran terhadap Yupiter, dewa hujan Romawi. Tiga abad kemudian, Kaisar Theodosius I dari Kekaisaran Romawi Timur (Bizantium) mengubah kuil menjadi katedral dan tempat kedudukan bagi Patriarkat Antiokhia.
Pada tahun 634, Damaskus menjadi kota Bizantium pertama yang ditaklukkan oleh Islam di bawah kepemimpinan Khalifah Abu Bakar dan jenderalnya, Abu Ubaidah bin Jarrah dan Khalid bin Walid. Setelah penaklukan Muslim atas Damaskus, sebagian dari katedral dijadikan musala bagi tentara Islam, sedangkan sebagian tetap menjadi tempat ibadah umat Kristen. Sejak itu hingga dimulainya kekuasaan Khalifah Walid bin Abdul Malik, atau sekitar 70 tahun lamanya, umat Islam dan Kristen memasuki tempat ibadah masing-masing melalui pintu yang sama.
Seiring pertumbuhan komunitas Muslim di wilayah itu, memunculkan kebutuhan akan ruang ibadah yang lebih luas pula. Atas dasar itulah, Khalifah Walid bin Abdul Malik memerintahkan agar seluruh bagian katedral dijadikan tempat ibadah bagi umat Islam. Sebagian besar bangunan katedral pun dihancurkan untuk didirikan kompleks masjid agung yang besar. Masjid baru inilah yang sekarang dikenal sebagai Masjid Umayyah atau Masjid Agung Damaskus. Sebagai kompensasi atas pengambilalihan katedral, Khalifah Walid bin Abdul Malik mengembalikan properti lain di Kota Damaskus kepada umat Kristen.
Dalam sejumlah riwayat, disebutkan bahwa sebuah masjid yang dibangun di Damaskus pada masa Walid bin Abdul Malik merupakan hasil karya arsitek terkenal. Tokoh tersebut bernama Abu Ubaidah bin Al-Jarrah. Masjid ini merupakan salah satu contoh paling awal dari arsitektur Islam yang monumental. Arsitekturnya mencerminkan kekayaan dan kejayaan Dinasti Umayyah pada zamannya.
Konstruksi awalnya disusun dengan menggunakan bahan-bahan mewah seperti marmer, mozaik emas, dan batu indah lainnya yang melingkupi bidang seluas 4.000 meter persegi. Hingga kini, Masjid Umayyah tetap menjadi salah satu situs bersejarah yang paling penting dan monumental dalam sejarah Islam. Meski penah mengalami beberapa kali kerusakan akibat konflik bersenjata dan peralihan kekuasaan, upaya restorasi terus dilakukan untuk mempertahankan keaslian dan keindahan masjid ini.
Karakter atau ciri khas Bani Umayyah pun tetap dipertahankan, meski pemerintahan Abbasiyah turut menambahkan bangunan baru di kompleks Masjid Agung Damaskus.
Demikian artikel tentang sejarah Masjid Umayyah ini, semoga bermanfaat dan menambah pengetahuan tentang sejarah Islam.
Masjid Umayyah, saat ini dikenal juga sebagai Masjid Agung Damaskus, merupakan salah satu dari masjid tertua dan terbesar di dunia. Terletak di kota tua Damaskus, ibu kota negara Suriah. Masjid Agung Damaskus merupakan peninggalan Bani Umayyah di Damaskus, yang menjadi salah satu simbol masa kejayaan peradaban umat Islam. Dan sosok yang membangun masjid di Damaskus adalah Khalifah Al-Walid bin Abdul Malik, yang memerintah sejak tahun 705 hingga 715.
Menilik sejarahnya, lokasi berdirinya Masjid Umayyah saat ini, masjid tersebut sudah ribuan tahun disucikan sebagai rumah ibadah sejak Zaman Besi, ketika bangsa Aram membangun kuil untuk dewa hujan, Hadad. Pada tahun 64, ketika Damaskus diambil alih oleh orang-orang Romawi, kuil bangsa Aram diubah menjadi pusat pemujaan kekaisaran terhadap Yupiter, dewa hujan Romawi. Tiga abad kemudian, Kaisar Theodosius I dari Kekaisaran Romawi Timur (Bizantium) mengubah kuil menjadi katedral dan tempat kedudukan bagi Patriarkat Antiokhia.
Pada tahun 634, Damaskus menjadi kota Bizantium pertama yang ditaklukkan oleh Islam di bawah kepemimpinan Khalifah Abu Bakar dan jenderalnya, Abu Ubaidah bin Jarrah dan Khalid bin Walid. Setelah penaklukan Muslim atas Damaskus, sebagian dari katedral dijadikan musala bagi tentara Islam, sedangkan sebagian tetap menjadi tempat ibadah umat Kristen. Sejak itu hingga dimulainya kekuasaan Khalifah Walid bin Abdul Malik, atau sekitar 70 tahun lamanya, umat Islam dan Kristen memasuki tempat ibadah masing-masing melalui pintu yang sama.
Seiring pertumbuhan komunitas Muslim di wilayah itu, memunculkan kebutuhan akan ruang ibadah yang lebih luas pula. Atas dasar itulah, Khalifah Walid bin Abdul Malik memerintahkan agar seluruh bagian katedral dijadikan tempat ibadah bagi umat Islam. Sebagian besar bangunan katedral pun dihancurkan untuk didirikan kompleks masjid agung yang besar. Masjid baru inilah yang sekarang dikenal sebagai Masjid Umayyah atau Masjid Agung Damaskus. Sebagai kompensasi atas pengambilalihan katedral, Khalifah Walid bin Abdul Malik mengembalikan properti lain di Kota Damaskus kepada umat Kristen.
Karya Arsitek Islam Abu Ubaidah bin Al-Jarrah
Awal dibangunnya Masjid Umayyah terjadi pada masa pemerintahan Khalifah Walid bin Abdul Malik dan selesai pada tahun 715. Pembangunan masjid, yang dilakukan oleh ribuan pekerja, membutuhkan waktu sekitar sembilan tahun.Dalam sejumlah riwayat, disebutkan bahwa sebuah masjid yang dibangun di Damaskus pada masa Walid bin Abdul Malik merupakan hasil karya arsitek terkenal. Tokoh tersebut bernama Abu Ubaidah bin Al-Jarrah. Masjid ini merupakan salah satu contoh paling awal dari arsitektur Islam yang monumental. Arsitekturnya mencerminkan kekayaan dan kejayaan Dinasti Umayyah pada zamannya.
Konstruksi awalnya disusun dengan menggunakan bahan-bahan mewah seperti marmer, mozaik emas, dan batu indah lainnya yang melingkupi bidang seluas 4.000 meter persegi. Hingga kini, Masjid Umayyah tetap menjadi salah satu situs bersejarah yang paling penting dan monumental dalam sejarah Islam. Meski penah mengalami beberapa kali kerusakan akibat konflik bersenjata dan peralihan kekuasaan, upaya restorasi terus dilakukan untuk mempertahankan keaslian dan keindahan masjid ini.
Karakter atau ciri khas Bani Umayyah pun tetap dipertahankan, meski pemerintahan Abbasiyah turut menambahkan bangunan baru di kompleks Masjid Agung Damaskus.
Demikian artikel tentang sejarah Masjid Umayyah ini, semoga bermanfaat dan menambah pengetahuan tentang sejarah Islam.
(wid)